HMPS TH



PERBEDAAN HADITS, KHABAR, DAN ATSAR



Definisi Hadits




Hadits menurut bahasa bermakna plonco. Hadits lagi – secara bahasa – berarti : “sesuatu yang dibicarakan alias dinukil”. Lagi : “sesuatu nan abnormal atau banyak”. Kerangka legal dari hadits adalah
ahaadits.  Adapun firman Allah, “Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena makan darah pasca- mereka bertukar, sekiranya mereka tidak beriktikad kepada hadits ini”
(QS. Al-Kahfi : 6). Tujuan hadits dalam ayat ini adalah Al-Qur’an.


Juga firman Halikuljabbar
“Dan adapun lemak Tuhanmu, maka sampaikanlah”
(QS. Adl-Dluhaa : 11). Maksudnya : sampaikanlah risalahmu, aduhai Muhammad (Lisaanul-‘Arab
Ibnul-Mandhur).


Hadits menurut istilah ahli hadits yakni : “Apa-segala yang disandarkan kepada Nabi shalallahu alaihi wasalam , baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah dia, baik sebelum kenabian ataupun sesudahnya”.


Padahal menurut ahli ushul-fiqh, hadits adalah : “Perkataan, perbuatan, dan penetapan nan disandarkan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam sesudah kenabian”. Tentang sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadits, karena yang dimaksud dengan hadits adalah mengerjakan barang apa yang menjadi konsekuensinya. Dan ini tidak boleh dilakukan kecuali dengan barang apa yang terjadi setelah kenabian. (Ushulul-Hadits, Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, pelataran 27).


Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah berbicara,”Buku-buku yang di dalamnya berisi mengenai khabar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam , antara enggak Tafsir, Sirah,
Maghazi
(peperangan Nabi), dan Hadits.  Buku-ki akal hadits yakni lebih idiosinkratis mandraguna mengenai situasi-keadaan sesudah kenabian, meskipun berita-berita tersebut terjadi sebelum kenabian. Namun itu tidk disebutkan bakal dijadikan landasan amal dan syari’at. Malar-malar ijma’ kaum muslimin menargetkan bahwa nan diwajibkan kepada khalayak bikin diimani dan diamalkan yaitu segala apa yang dibawa Nabi shalallahu alaihi wasalam selepas kenabian”. (Fatawaa Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah, 18/10-11).


Contoh perkataan Nabi shalallahu alaihi kata penutup merupakan sabda kamu :
“Perbuatan itu dengan karsa, dan setiap orangtergantung pada niatnya”
(HR.Bukhari dan Muslim).


Perkataan nabi beliau shalallahu alaihi wasalam kembali :
“(Laut itu) suci airnya dan konvensional bangkainya”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)


Contoh penetapan (taqrir) Nabi shalallahu alaihi wasalam adaah sikap tutup mulut beliau dan lain mengingkari terhadap suatu ragam, ataupun persetujuan beliau terhadapnya. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudry, engkau berkata : “Suka-suka dua orang musafir, ketika cak bertengger perian shalat bukan mendapatkan air, sehingga keduanya bertayamum dengan debu ceria dahulu mendirikan shalat. Kemudian keduanya merodong air, yang satu mengulang wudlu dan shalat, sedangkan nan lain tidak mengulang. Keduanya sangat mendekati Rasulullah shalallahu alaihi akhir kata dan menceritakan semua kejadian tersebut. Terhadap sosok yang bukan mengulang sira shalallahu alaihi wasalam bersabda :
“Engkau sudah bermartabat sesuai sunnah, dan sudah sepan dengannya shalatmu”.
Dan kepada yang mengulangi wudlu dan shalatnya, beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda :
“Bagimu pahala dua barangkali lipat”
(HR. Abu Dawud dan Nasa’i).


Berpangkal Mu’adz bin Ancala bahwasannya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam mengomong momen mengutusnya ke negeri Yaman : “Apa nan sira jadikan sebagai pedoman dalam menghukumi sesuatu ki aib?”.  Ia menjawab : “Dengan Kitabullah”. Rasulullah shalallahu alaihi kata penutup bertanya :
“Kalau kamu tidak mendapatkannya dalam Kitabullah?”. Dia menjawab : “Dengan Sunnah Rasullullah shalallahu alaihi akhir kata “. Beliau bertanya lagi :
“Jika kamu tidak mendapatkannya dalam Sunnag Rasulullah dan Kitabullah ?”
Dia menjawab : “Aku akan berijtihad dengan pikiranku”. Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi akhirulkalam menepuk dadanya dan merenjeng lidah :
“Maha Suci Halikuljabbar yang telah memebri petunjuk kepada utusan Rasul-Nya terhadap apa nan diridlai Rasulullah”
(HR. Abu Dawud, dan didla’ifkan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Manzilatus-Sunnah).


Diriwayatkan bahwasannya Khalid bin Walid afiliasi memakan
dlabb
(satwa seikhwan beriang di gurun) yang dihidangkan kepada Rasul shalallahu alaihi wasalam , sedangkanbeliau tidak memakannya. Sebagian shahabat bertanya,”Apakah diharamkan memakannya wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab,“Tidak, cuma karena binatang tersebut tidak cak semau di kewedanan kaumku sehingga aku lain merasa berminat”
(HR. Bukhari dan Orang islam).


Contoh dari rasam dan Bangkang Nabi shalallahu alaihi wasalam, ialah banyak sekali . Dan At-Tirmidzi telah menyusun sebuah buku tentang tabi’at (syamail) beliau shalallahu alaihi wasalam. (At-Tasyri’ wal-Fiqhi fil-Islam tarikhan wa Manhajan, Manna’ Al-Qahthan, halaman 87-88).


Di antara contohnya adalah :


Mulai sejak Abi Ishaq, dia berkata,”Seorang laki-junjungan bertanya kepada Barra’ : ‘Apakah wajah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam seperti mana cenangkas?”. Dia menjawab :
“Enggak, tapi seperti bulan”
(HR. Tirmidzi, dan ia berbicara,”hasan shahih”).


Dari Barra’ dalam riwayat lain,“Rasulullah shalallahu alaihi kata penutup tidak pendek dan enggak panjang”
( HR. Tirmidzi, dan dia merenjeng lidah,”hasan shahih”.).


Dari Jarir bin Abdullah Al-Bajali, kamu berkata,“Belum pergaulan aku melihat Rasulullah shalallahu alaihi wasalam sejak aku masuk Islam kecuali ia mesem kepadaku”.



Definis Khabar



Khabar


menurut bahasa adalah berita. Bentuk jamaknya adalah
Akhbaar.


Sedangkan menurut istilah, terdapat perbedaan pendapat :

  • Ada yang mengatakan bahwa khabar itu sebabat dengan hadits, sehingga maknanya menjadi selevel secara istilah.
  • Ada pula yang berpendapat bahwa hadits adalah segala yang menclok pecah Rasul; sementara itu khabar adalah yang datang dari selain Utusan tuhan, seperti shahabat dan tabi’in.
  • Ada juga nan berpendapat bahwa khabar bertambah umum ketimbang hadits. Jikalau hadits adalah barang apa segala apa yang datang berpokok Nabi, sedang khabar adalah yang cak bertengger semenjak Rasul shalallahu alaihi wasalam dan selain Utusan tuhan shalallahu alaihi akhir kata.



Definsi Atsar




Atsar
menurut bahasa adalah sisa dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah ada dua pendapat :

  • Ada yang mengatakan bahwa atsar itu sebagai halnya hadits, makna keduanya adalah sepadan.
  • Ada nan berpendapat bahwa atsar farik dengan hadits, yaitu apa nan disandarkan kepada shahabat dan tabi’in, baik berupa congor dan perbuatan mereka.



Diterbitkan maka dari itu:


Himpunan Mahasiswa Tafsir Hadis


Sekolah tinggi Ahmad Dahlan



Penanggung jawab:


Fadhil Iqbal


Abdul Ghani Poukoma


Muhammad Fahmi Izuddin



Pimpinan Redaksi:


Mukhlis Muhammad Rangkuti



Bendahara:


Siti Haryanti



Anggota:


Muhammad Lutfi Maulana


Yuliadi