Bagaimana Cara Fungi Bereproduksi Jelaskan
Fungi
adalah kerajaan dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mengerti makanannya di luar jasmani lalu menyerap molekul gizi ke dalam kerangkeng-selnya. Para ilmuwan kerap menggunakan istilah
jamur
bak padanan kata bagi Fungi.
Masyarakat awam menjuluki sebagian besar anggota fungi sebagai cendawan, kapang, fermen, atau ragi, meskipun sering kali yang dimaksud ialah penampilan luar yang terlihat, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan kerumahtanggaan mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran baka yang memiliki prestasi yang sederajat sekali berbeda (bangun alterasi plong insekta atau katak). Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Pergandaan seksual dengan cara: dua hifa berasal jamur farik melebur lalu menciptakan menjadikan zigot, lalu sel telur tumbuh menjadi tubuh biji kemaluan, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertaruk maupun fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora nan disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Paradigma kawul yang menciptakan menjadikan spora yakni Rhizopus. Konseptual jamur yang takhlik recup adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap adegan dapat bertunas menjadi tubuh buah.
Mantra nan membaca fungi disebut mikologi (bersumber akar susu kata Yunani
μυκες, “lendir”, dan
λογοσ, “kabar”, “lambang”).
Etimologi
[sunting
|
sunting sumber]
Kata bahasa Inggris
fungus
secara sinkron diadopsi dari bahasa Latin
fungus
(jamur), digunakan n domestik tulisan-gubahan Horatius dan Plinius.[3]
Kata ini berasal dari kata Yunani
sphongos
(σφόγγος “karet busa”), yang mengacu pada struktur makroskopis dan morfologi jamur dan kapang;[4]
akar kata ini juga digunakan dalam bahasa tak, seperti bahasa Jerman
Schwamm
(“spons”) dan
Schimmel
(“kapang”).[5]
Eksploitasi alas kata
mikologi, nan berusul dari bahasa Yunani
mykes
(μύκης “jamur”) dan
logos
(λόγος “ilmu”),[6]
cak bagi menunjukkan studi ilmiah tentang kawul diperkirakan bermula pecah musim 1836 dengan informasi naturalis Inggris Miles Joseph Berkeley
The English Flora berpunca Sir James Edward Smith, Vol. 5.[4]
Kerubungan berbunga semua fungi yang ada di daerah tertentu dikenal sebagai mikobiota (kata benda formal, tidak ada tulang beragangan tunggal), misalnya, “mikobiota mulai sejak Irlandia”.[7]
Ciri-ciri
[sunting
|
sunting sumur]
Sebelum dikenalkannya metode molekuler untuk analisis filogenetik, dulu fungi dimasukkan ke internal imperium pohon/Plantae karena fungi memiliki sejumlah kemiripan dengan tumbuhan yaitu tidak dapat berpindah tempat, juga struktur morfologi dan ajang hidupnya juga mirip. Seperti pokok kayu, rata-rata fungi sekali lagi tumbuh di tanah dan, pada jamur, membentuk tubuh buah, yang sesekali menyerupai tumbuhan seperti lumut. Fungi sekarang dianggap laksana kekaisaran tersendiri, farik dari baik pohon atau hewan, yang tampaknya mutakadim bererak sekitar satu miliar hari lewat (sekitar mulanya dari Era Neoproterozoikum).[8]
[9]
Bilang ciri-ciri ilmu saraf, biokimia dan genetik dimiliki bersama dengan organisme lain, provisional yang lain spesifik sreg fungi, memisahkan fungi berpunca kekaisaran lain dengan jelas:
Ciri-ciri yang dimiliki bersama:
- Dengan variasi eukariota lainnya: Pengasingan fungi memiliki inti nan dibatasi membran dengan kromosom nan mengandung DNA dengan distrik bukan pengode nan disebut intron dan bagian pengode nan disebut ekson. Selain itu, rumah pasung fungi juga punya beberapa organel sitoplasmik yang dibatasi membran seperti mitokondria, membran yang mengandung sterol, dan ribosom bertipe 80S.[10]
Fungi punya kisaran karakteristik dari karbohidrat dan sintesis penyimpanan yang dapat larut, termasuk alkohol gula (misalnya, manitol), disakarida, (misalnya trehalosa), dan polisakarida (misalnya, glikogen, yang juga ditemukan sreg hewan[11]). - Dengan fauna: Fungi tidak mempunyai kloroplas bagi fotosintesis dan yaitu organisme heterotrof, sehingga memerlukan senyawa organik laksana sumber energinya.[12]
- Dengan pohon: Fungi memiliki dinding pengasingan[13]
dan vakuola.[14]
Fungi bisa bereproduksi secara genital maupun aseksual, dan seperti gerombolan pokok kayu basal (sebagaimana pohon paku dan kulat patera), fungi akan menghasilkan spora. Mirip juga dengan lumut patera dan alga, fungi memiliki nukleus yang haploid.[15] - Dengan euglenoid dan bibit penyakit: Fungi tingkat tinggi, euglenoid, dan bilang bakteri menghasilkan senderut amino
L-lisin kerumahtanggaan langkah-langkah biosintesis spesial, yang disebut jalur α-aminoadipat.[16]
[17] - Sel-sel pecah sebagian osean cendawan merecup seumpama struktur berbentuk bumbung, mengaret, dan mirip benang (filamentous) yang disebut hifa, yang bisa mengandung banyak inti dan bertunas dengan menumbuhkan ujungnya. Setiap ujung berilmu semberap vesikel agregat—struktur seluler yang terdiri pecah zat putih telur, lipid, dan molekul organik lainnya—yang disebut Spitzenkörper.[18]
Baik fungi dan Oomycota tumbuh misal sel hifa nan berfilamen.[19]
Sebaliknya, organisme yang terpandang serupa, seperti celah hijau berfilamen, bertaruk dengan pembelahan sel berulang dalam rantai bui.[11]
Ada sekali lagi fungi bersel satu (khamir) nan lain membentuk hifa, dan beberapa fungi memiliki bentuk hifa dan fermen.[20] - Seperti sejumlah jenis pokok kayu dan hewan, makin dari 70 spesies fungi menunjukkan bioluminesensi.[21]
Ciri-ciri unik:
- Beberapa spesies tumbuh perumpamaan ragi uniseluler yang bereproduksi dengan bertunas maupun pembelahan biner. Fungi dimorfik dapat berpindah antara fase khamir dan fase hifa untuk merespon kondisi mileu.[20]
- Dinding sel fungi terbuat dari glukan dan kitin; kendatipun glukan pun terserah pada tumbuhan dan kitin pada eksoskeleton bersumber artropoda,[22]
[23]
fungi ialah amung organisme yang menyatukan kedua atom sistemis ini pada dinding selnya. Bukan seperti tumbuhan dan Oomycota, dinding rumah tahanan fungi tidak memiliki selulosa.[24]
Kebanyakan fungi bukan punya sistem nan efisien untuk transportasi air dan nutrisi jarak jauh, seperti mana pembuluh kayu dan floem di banyak pokok kayu. Untuk mengatasi keterbatasan ini, sejumlah fungi, seperti
Armillaria, menciptakan menjadikan rizomorf,[25]
yang menyerupai dan melakukan fungsi yang mirip dengan kijil. Seumpama eukariota, fungi punya jongkong biosintesis cak bagi memproduksi terpena yang menggunakan asam mevalonat dan pirofosfat sebagai blok pembangun kimia.[26]
Pohon dan beberapa organisme tak mempunyai sagur biosintesis terpena tambahan di dalam kloroplasnya, struktur yang bukan dimiliki fungi dan hewan.[27]
Fungi menghasilkan beberapa metabolit sekunder yang strukturnya mirip maupun identik dengan yang dibuat makanya tumbuhan.[26]
Banyak enzim pohon dan fungi nan membuat metabolit sekunder nan berlainan satu sama lain kerumahtanggaan elus dan karakteristik lainnya, yang menunjukkan asal-usul yang terpisah dan evolusi konvergen berusul enzim-enzim ini sreg fungi dan tumbuhan.[26]
[28]
Keanekaragaman
[sunting
|
sunting sendang]
Jamur braket di standard tumbuhan.
Fungi punya distribusi di seluruh dunia, dan tumbuh di bermacam rupa habitat, termasuk lingkungan yang ekstrim seperti gurun maupun daerah dengan konsentrasi garam yang panjang[29]
maupun radiasi pengion,[30]
serta sedimen laut dalam.[31]
Bilang dapat tarik urat vitalitas berpangkal radiasi UV dan kosmik yang intens yang dijumpai sepanjang perjalanan angkasa.[32]
Sebagian osean tumbuh di lingkungan terestrial, lamun beberapa spesies vitalitas sebagian ataupun seutuhnya di habitat akuatik, seperti mana fungi Chytridiomycota
Batrachochytrium dendrobatidis, pasilan nan mutakadim bertanggung jawab atas penghamburan populasi amfibi di seluruh dunia. Organisme ini menghabiskan sebagian berpangkal siklus hidupnya sebagai zoospora motil, memungkinkannya untuk bergerak sendiri melalui air dan memasuki inang amfibi.[33]
Contoh lain dari fungi akuatik merupakan fungi yang dahulu di daerah hidrotermal laut.[34]
Sekeliling 120.000 spesies fungi telah dideskripsikan oleh taksonom,[35]
tetapi kemajemukan hayati global berpokok kerajaan fungi bukan sesudah-sudahnya dipahami.[35]
Perkiraan musim 2022 menunjukkan kali terserah antara 2,2 dan 3,8 juta spesies.[36]
Dalam mikologi, spesies secara historis telah dibedakan dengan bermacam-macam metode dan konsep. Klasifikasi berdasarkan karakteristik ilmu saraf, sama dengan ukuran dan rancangan spora atau struktur buah, secara tradisional mendominasi taksonomi fungi.[37]
Keberagaman juga bisa dibedakan oleh karakteristik biokimia dan fisiologis mereka, seperti kemampuan mereka untuk memetabolisme zat kimia tertentu, atau reaksi mereka terhadap tes kimia. Konsep spesies biologis membedakan variasi berdasarkan kemampuan mereka untuk kawin. Penerapan alat-alat molekuler, sama dengan sekuensing DNA dan amatan filogenetik, untuk mempelajari keanekaragaman fungi telah sangat meningkatkan resolusi dan menambahkan kekuatan terhadap perkiraan keanekaragaman genetika dalam berbagai gerombolan taksonomi.[38]
Mikologi
[sunting
|
sunting sendang]
Mikologi yakni cabang biologi yang berkaitan dengan studi berstruktur fungi, termasuk sifat genetik dan biokimia, taksonominya, dan penggunaannya maka dari itu manusia sebagai sumber peminta, makanan, dan zat psikotropika nan dikonsumsi untuk keperluan keyakinan, serta bahayanya, seperti keracunan maupun infeksi. Fitopatologi, penekanan akan halnya penyakit tanaman, terkait erat karena banyak patogen tumbuhan adalah fungi.[39]
Fungi sudah digunakan maka dari itu manusia sejak zaman prasejarah; Ötzi, mumi maskulin Neolitik berusia 5.300 hari yang terawetkan dengan baik nan ditemukan beku di Pegunungan Alpen Austria, membawa dua spesies jamur
polypore
nan mungkin mutakadim digunakan sebagai
tinder
(Fomes fomentarius), ataupun bikin pengobatan (Piptoporus betulinus).[40]
Masyarakat kuno sudah lalu menggunakan fungi sebagai sendang kandungan–berulangulang minus sadar–sepanjang ribuan tahun, n domestik ancang roti beragi dan jus fermentasi. Beberapa dari catatan terdaftar yang tertua weduk teks akan halnya pembasmian pohon yang mungkin disebabkan makanya fungi patogen.[41]
Album
[sunting
|
sunting sumber]
Mikologi adalah ilmu yang relatif mentah yang menjadi sistematis setelah rakitan lup plong abad ke-17. Meskipun spora fungi pertama kali diamati oleh Giambattista della Porta lega waktu 1588, karya yang dianggap sebagai induk bala n domestik perkembangan mikologi yaitu maklumat
Nova plantarum genera
plong masa 1729 maka dari itu Pier Antonio Micheli.[42]
Micheli lain sahaja mengecap spora tetapi kembali menunjukkan bahwa, pada kondisi yang tepat, spora dapat diinduksi bagi bertaruk menjadi diversifikasi fungi yang sama dengan jenis asal berpokok spora itu.[43]
Memperluas penggunaan sistem tata nama binomial yang diperkenalkan makanya Carolus Linnaeus dalam
Species plantarum-nya (1753), Christian Hendrik Persoon (1761-1836) berasal Belanda menetapkan klasifikasi serat pertama dengan begitu terampil sehingga dianggap sebagai pembina mikologi maju. Kemudian, Elias Magnus Fries (1794–1878) menguraikan lebih jauh klasifikasi kawul, menggunakan corak dan karakteristik mikroskopis spora, metode yang masih digunakan oleh para pandai taksonomi sebatas kini. Kontributor awal signifikan lainnya untuk mikologi puas abad ke-17-19 dan tadinya abad ke-20 termasuk Miles Joseph Berkeley, August Carl Joseph Corda, Anton de Bary, dua berkerabat Louis René dan Charles Tulasne, Arthur H. R. Buller, Curtis G. Lloyd, dan Pier Andrea Saccardo. Sejauh abad ke-20 telah terjadi modernisasi mikologi yang berasal dari keberuntungan internal biokimia, genetika, ilmu hayat molekuler, dan bioteknologi. Penggunaan teknologi pengurutan DNA dan kajian filogenetik mutakadim menyerahkan wawasan baru tentang hubungan dan keanekaragaman hayati dari fungi, dan sudah menantang pengelompokan berbasis morfologi tradisional dalam taksonomi fungi.[44]
Morfologi
[sunting
|
sunting sumur]
Struktur mikroskopis
[sunting
|
sunting sumber]
Sebagian segara jamur tumbuh laksana hifa, struktur nan berbentuk silindris seperti lembar, berdiameter 2–10 µm dan panjangnya mencapai sejumlah sentimeter. Hifa bertunas di ujungnya (apeks); hifa baru biasanya dibentuk makanya munculnya ujung baru di sepanjang hifa yang cak semau dengan proses nan disebut
percabangan, atau kadang-kadang pada ujung hifa tumbuh percabangan menjadi dua, sehingga menimbulkan dua hifa yang bersemi paralel.[45]
Hifa juga terkadang menyatu ketika mereka bersentuhan, suatu proses yang disebut senyawa hifa (atau anastomosis). Proses pertumbuhan ini berkiblat pada jalan miselium, jaringan hifa yang ganti terhubung.[20]
Hifa dapat kasatmata septat atau senositik. Hifa septat dibagi menjadi ulas-ira yang dipisahkan oleh dinding cagak (dinding sel internal, yang disebut septa, yang terbentuk tegak lurus terhadap dinding sel yang menyerahkan tulangtulangan hifa), dengan sendirisendiri pangsa kebal satu atau lebih inti; hifa senositik tidak terbagi menjadi pangsa-ira.[46]
Septa memiliki pori-pori yang memungkinkan sitoplasma, organel, dan kadang-kadang inti bikin lewat; contohnya adalah septum
dolipore
dalam fungi berusul filum Basidiomycota.[47]
Hifa senositik lega dasarnya yakni supersel multinukleat.[48]
Banyak spesies sudah lalu mengembangkan struktur hifa khusus untuk penyerapan hara dari inang yang atma; contohnya haustoria pada macam parasit tumbuhan dari sebagian besar filum fungi, dan arbuskula dari bilang fungi mikoriza, yang menembus ke intern sel inang bakal mengonsumsi nutrien.[49]
Biarpun fungi adalah Opisthokonta—kerubungan organisme nan terkait secara evolusi yang secara luas ditandai oleh flagelum posterior singularis—semua filum kecuali Chytridiomycota telah kehabisan flagela posteriornya.[50]
Di antara eukariota, fungi bukan formal karena mempunyai dinding sengkeran yang, selain glukan (misalnya, β-1,3-glukan) dan suku cadang umum lainnya, juga mengandung biopolimer kitin.[51]
Setiap fungi tertera kedalam satu kategori yang selevel yang dibedakan atas tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya.[52]
Struktur makroskopis
[sunting
|
sunting sumur]
Miselia jamur dapat kelihatan dengan mata telanjang, misalnya, sreg berbagai latar dan substrat, seperti dinding lembap dan ki gua garba kemungkus, nan resmi disebut kapang (mold). Miselia yang ditumbuhkan pada media agar padat di kobok petri laboratorium umumnya disebut sebagai koloni. Koloni-protektorat ini dapat menunjukkan bentuk pertumbuhan dan warna (karena spora ataupun pigmentasi) nan dapat digunakan sebagai fitur diagnostik n domestik identifikasi spesies atau kelompok.[53]
Sejumlah dominion fungi anak adam bisa mencapai ukuran dan usia yang luar biasa seperti pada kasus koloni
Armillaria solidipes, yang membentang di area seluas lebih semenjak 900 ha (3,5 mil persegi), dengan prediksi kehidupan sanding 9.000 tahun.[54]
Apotekium—struktur khusus yang penting n domestik reproduksi genital intern Ascomycota—yakni bodi buah berbentuk cangkir yang sering kali berukuran makroskopis dan membawa himenium, saduran jaringan yang mengandung kurungan-sel yang mengandung spora.[55]
Tubuh buah dari Basidiomycota (basidiokarp) dan bilang Ascomycota kadang-kadang dapat tumbuh lampau ki akbar, dan banyak dikenal bagaikan baja (mushroom). Jamur makroskopis kembali sangat bermanfaat kerjakan manusia karena sejumlah spesies jamur pahit lidah bisa dimanfaatkan sebagai bahan rahim dan remedi berbagai penyakit.[56]
Pertumbuhan dan fisiologi
[sunting
|
sunting sumur]
Pertumbuhan kapang menutupi sebuah persik nan membusuk. Setiap gambar diambil duga-kira setiap 12 jam sepanjang enam hari.
Pertumbuhan fungi sebagai hifa pada atau di dalam substrat padat atau bagaikan kamp khusus di lingkungan akuatik teradaptasi untuk mengekstrak vitamin secara efisien, karena bentuk pertumbuhan ini mempunyai skala luas parasan per volume yang tinggi.[57]
Hifa secara tunggal teradaptasi bagi pertumbuhan pada permukaan padat, dan bagi mengamati substrat dan jaringan.[58]
Hifa boleh mengerahkan kekuatan mekanis yang besar kerjakan penetrasi; misalnya, banyak patogen tumbuhan, termasuk
Magnaporthe grisea, menciptakan menjadikan struktur nan disebut apresorium yang berevolusi menjadi pencucuk jaringan pohon.[59]
Tekanan nan dihasilkan maka dari itu apresorium, nan diarahkan pada epidermis tanaman, dapat melebihi 8 megapascal (1.200 psi).[59]
Fungi berfilamen
Paecilomyces lilacinus
menggunakan struktur nan sekufu untuk menembus telur nematoda.[60]
Impitan mekanis yang diberikan maka dari itu apresorium dihasilkan dari proses fisiologis yang meningkatkan turgor intraseluler dengan memproduksi osmolit sebagaimana gliserol.[61]
Adaptasi seperti ini dilengkapi dengan enzim hidrolitik yang disekresi ke lingkungan bagi mengerti molekul organik lautan—begitu juga polisakarida, protein, dan lipid—menjadi atom nan makin kecil yang kemudian boleh diserap sebagai nutrisi.[62]
[63]
[64]
Sebagian besar baja berfilamen bertaruk secara polar (memulur ke satu sisi) dengan memanjang di ujung (apeks) hifa.[65]
Bentuk tidak dari pertumbuhan jamur termasuk perpanjangan interkalar (ekspansi longitudinal kompartemen hifa yang subur di bawah apeks) seperti privat kasus bilang fungi endofit,[66]
ataupun pertumbuhan dengan ekspansi debit selama urut-urutan
stipe
jamur dan perlengkapan lautan lainnya.[67]
Pertumbuhan fungi andai struktur multiseluler nan terdiri berusul sel somatik dan reproduktif—fitur yang berkembang secara objektif plong binatang dan tumbuhan[68]—memiliki beberapa fungsi, tertera perkembangan tubuh buah buat pendakyahan spora genital (lihat di atas) dan biofilm untuk kolonisasi substrat dan komunikasi antarsel.[69]
Fungi secara tradisional dianggap andai heterotrof, organisme yang hanya mengandalkan karbon yang difiksasi maka dari itu organisme lain untuk metabolisme. Fungi telah mengevolusikan fleksibilitas metabolisme tingkat tinggi yang memungkinkan fungi menggunakan beragam substrat organik bakal pertumbuhan, tercantum sintesis sederhana begitu juga nitrat, amonia, asetat, maupun etanol.[70]
[71]
Lega beberapa spesies, pigmen melanin dapat berperan dalam mengekstraksi energi dari radiasi pengion, sama dengan radiasi gama. Bentuk pertumbuhan “radiotrofik” ini telah dideskripsikan namun bikin beberapa spesies, efeknya pada laju pertumbuhan fungi kecil, dan proses biofisika dan biokimia nan mendasarinya tidak diketahui dengan baik.[30]
Proses ini mungkin mirip dengan fiksasi CO2
menggunakan cahaya kasatmata, tetapi menggunakan radiasi pengion umpama perigi energi.[72]
Reproduksi
[sunting
|
sunting sumber]
Reproduksi fungi sangat obsesi, mencerminkan perbedaan mode hidup dan pertalian genetika dalam kerajaan organisme yang beragam ini.[73]
Diperkirakan sepertiga mulai sejak semua jamur bereproduksi menggunakan lebih dari satu metode perbanyakan; misalnya, reproduksi dapat terjadi dalam dua tahap yang terdiferensiasi dengan baik privat siklus arwah satu spesies, teleomorf dan anamorf.[74]
Kondisi lingkungan menembakkan hal perkembangan yang ditentukan secara genetik nan menuju pada terbentuknya struktur khusus bikin reproduksi seksual atau aseksual. Struktur ini membantu reproduksi dengan mengawurkan spora ataupun propagul nan mengandung spora secara efisien.
Reproduksi aseksual
[sunting
|
sunting sendang]
Reproduksi aseksual terjadi melalui spora vegetatif (konidia) atau melalui fragmentasi miselium. Fragmentasi miselium terjadi ketika miselium fungi terpisah menjadi beberapa bagian, dan setiap penggalan tumbuh menjadi miselium terpisah. Fragmentasi miselium dan spora vegetatif mempertahankan populasi klon yang teradaptasi dengan relung tertentu, dan memungkinkan penyerantaan yang lebih cepat daripada reproduksi seksual.[75]
“Fungi imperfecti” (fungi nan tidak memiliki tahap sempurna alias seksual) atau Deuteromycota terdiri semenjak semua spesies yang tidak memiliki siklus seksual nan boleh diamati.[76]
Deuteromycota tidak klad taksonomi yang diterima, dan waktu ini dianggap namun berarti fungi yang tidak memiliki tahap genital yang diketahui.
Reproduksi genital
[sunting
|
sunting sumber]
Reproduksi seksual dengan meiosis telah diamati secara berbarengan di semua filum fungi kecuali Glomeromycota[77]
(amatan genetik menunjukkan mungkin meiosis juga terjadi di Glomeromycota). Ini berlainan dalam banyak aspek bermula reproduksi genital plong hewan atau tumbuhan. Perbedaan juga ada antara kelompok-kelompok fungi dan boleh digunakan untuk membedakan keberagaman dengan perbedaan morfologis intern struktur seksual dan strategi reproduksi.[78]
[79]
Percobaan koalisi antara isolat fungi dapat mengenali spesies bersendikan konsep spesies biologis.[79]
Kelompok-kelompok fungi terdepan awalnya dideskripsikan bersendikan ilmu bentuk kata struktur dan spora seksualnya; misalnya, struktur yang mengandung spora, askus dan basidium, dapat digunakan internal identifikasi Ascomycota dan Basidiomycota, berendeng-rendeng. Fungi menggunakan dua sistem perkawinan: spesies heterotalik memungkinkan perkawinan hanya antara makhluk-manusia dari macam kawin yang berlawanan, sementara itu spesies homotalik dapat kawin, dan bereproduksi secara genital, dengan makhluk lain atau dirinya sendiri.[80]
Galibnya fungi memiliki tahap haploid dan diploid n domestik siklus hidupnya. Dalam fungi yang bereproduksi secara seksual, individu yang seia dapat berintegrasi dengan menggabungkan hifa mereka sewaktu ke privat jaringan yang ganti berhubungan; proses ini, anastomosis, diperlukan buat inisiasi siklus seksual. Banyak Ascomycota dan Basidiomycota melampaui tahap dikariotik, di mana inti nan diwarisi dari dua ayah bunda tidak bergabung lekas setelah fusi rumah tahanan, tetapi tetap terpisah internal pengasingan-penjara hifa (tatap heterokariosis).[81]
Puas Ascomycota, hifa dikariotik dari himenium (lapisan jaringan yang mengandung spora) membentuk ranggit (hook) yang khas pada septum hifa. Selama pembelahan sel, pembentukan kait memastikan arus yang tepat dari inti yang baru membelah ke kompartemen hifa apikal dan pembesaran. Askus kemudian dibentuk, di mana kariogami (fusi inti) terjadi. Askus tertanam di dalam askokarp, atau tubuh biji zakar. Kariogami dalam askus segera diikuti oleh meiosis dan produksi askospora. Setelah hambur, askospora dapat berkecambah dan mewujudkan miselium haploid plonco.[82]
Reproduksi seksual lega Basidiomycota mirip dengan Ascomycota. Hifa haploid yang cocok menyatu kerjakan menghasilkan miselium dikariotik. Namun, fase dikariotik lebih banyak di Basidiomycota, berkali-kali juga terwalak dalam miselium nan bertaruk secara vegetatif. Struktur anatomi distingtif, nan disebut
clamp connection, dibentuk pada setiap septum hifa. Seperti mana halnya ranggit pada Ascomycota yang serupa secara struktural,
clamp connection
pada Basidiomycota diperlukan kerjakan transfer nukleus yang terlewati selama pembelahan sel, bagi mempertahankan tahap dikariotik dengan dua inti atom yang berlainan secara genetik di setiap kompartemen hifa.[83]
Sebuah basidiokarp terbentuk yang di dalamnya terdapat struktur seperti gada yang dikenal bagaikan basidium nan menghasilkan basidiospora haploid setelah karyogami dan meiosis.[84]
Basidiokarp yang paling dikenal adalah kawul, doang basidiokarp sekali lagi dapat berbentuk lain (lihat episode Morfologi).
Pada fungi yang dulunya diklasifikasikan sebagai Zygomycota, hifa haploid berpangkal dua individu melebur, membentuk gametangium, struktur kurungan khusus yang menjadi sel penghasil sel kelamin yang subur. Gametangium berkembang menjadi zigospora, spora berdinding tebal yang dibentuk maka itu pemberkasan gamet. Ketika zigospora berkecambah, ia mengalami meiosis, menghasilkan hifa haploid baru, yang kemudian dapat membentuk sporangiospora aseksual. Sporangiospora ini memungkinkan fungi memencar dengan cepat dan bertunas menjadi miselia fungi haploid plonco yang identik secara genetik.[85]
Penyebaran spora
[sunting
|
sunting sumber]
Baik spora ataupun sporangiospora aseksual dan seksual sering kali secara aktif disebarkan melalui pemancaran periang berusul struktur reproduksinya. Penyemburan ini memastikan keluarnya spora bermula struktur reproduksi serta perjalanan jarak jauh menerobos mega.
Mekanisme mekanis dan fisiologis khusus, serta struktur permukaan spora (seperti hidrofobin), memungkinkan ejeksi spora yang efisien.[86]
Misalnya, sel nan mengandung spora pada sejumlah varietas Ascomycota punya struktur yang menyebabkan penumpukan zat-zat yang mempengaruhi debit kurungan dan kesamarataan larutan, memungkinkan pelampiasan spora yang eksplosif ke udara.[87]
Penyemburan periang spora tunggal yang disebut
balistospora
menyertakan pembentukan setetes air (tengguli Buller), yang ketika hingga ke spora menyebabkan pelepasan proyektil dengan percepatan mulanya lebih berbunga 10.000 g;[88]
hasil akhirnya ialah bahwa spora dikeluarkan sejauh 0,01-0,02 cm, jarak yang cukup kerjakan jatuh melalui insang ataupun pori-pori ke udara di sumber akar.[89]
Jamur lain, seperti
puffball, mengandalkan mekanisme alternatif untuk melepaskan spora, seperti mana gaya mekanis eksternal. Jamur sarang pelir menggunakan gaya dari titisan air nan roboh untuk mengeluarkan spora dari tubuh biji zakar berbentuk cangkir.[90]
Strategi lain terletak di
stinkhorn, fungi dengan rona-warna kirana dan bau busuk yang menghirup serangga untuk menyebarkan sporanya.[91]
Cara penyebaran spora yang paling kecil masyarakat yaitu maka dari itu angin–variasi yang menggunakan bentuk dispersi ini berulangulang menghasilkan spora kering atau hidrofobik yang tidak menyerap air dan mudah tersebar oleh tetesan hujan, misalnya. Sebagian besar spesies fungi yang diteliti menghasilkan spora yang dibawa oleh kilangangin kincir.[92]
[93]
Proses seksual lainnya
[sunting
|
sunting sumber]
Selain reproduksi seksual lumrah dengan meiosis, fungi tertentu, seperti plong genera
Penicillium
dan
Aspergillus, dapat menoleh material genetik melalui proses paraseksual, yang dimulai oleh anastomosis antara hifa-hifa dan plasmogami sel-sel cendawan.[94]
Frekuensi dan khasiat nisbi dari kejadian paraseksual tak jelas dan siapa lebih tekor berasal proses seksual lainnya. Proses paraseksual diketahui bertindak dalam hibridisasi intraspesifik[95]
dan kemungkinan diperlukan untuk hibridisasi antar spesies, yang telah dikaitkan dengan peristiwa besar n domestik evolusi fungi.[96]
Evolusi
[sunting
|
sunting sumber]
Berbeda dengan tumbuhan dan hewan, karangan fosil fungi awal sangat rendah. Faktor-faktor yang kebolehjadian berkontribusi pada representasi macam fungi yang minus di antara fosil mencangam sifat awak buah fungi, yang konkret jaringan yang lunak dan mudah terurai serta dimensi mikroskopis dari sebagian besar struktur fungi, yang karenanya tak mudah dibuktikan. Sisa purba fungi terik dibedakan dari mikrob tak, dan paling mudah diidentifikasi ketika menyerupai fungi yang masih roh.[97]
Percontoh fungi berkali-kali didapatkan dari inang tanaman atau hewan yang mengalami permineralisasi dan rata-rata dipelajari dengan membuat preparasi tipis yang dapat diperiksa dengan lup cahaya atau mikroskop transmisi elektron.[98]
Para peneliti mempelajari fosil pemampatan dengan mencairkan matriks di sekitarnya dengan asam dan kemudian memperalat cahaya atau mikroskop pemindai elektron cak bagi menyelidiki detail satah.[99]
Fosil paling kecil awal yang memiliki ciri-ciri khas fungi bersumber pecah era Paleoproterozoikum, sekitar 2.400 juta periode yang lampau (jtl); organisme bentik multiseluler ini n kepunyaan struktur berserabut yang produktif mengerjakan anastomosis.[100]
Studi lain (2009) mengasumsikan kemunculan fungi pada sekitar 760-1.060 jtl berdasarkan proporsi laju evolusi dalam kelompok yang berfamili dekat.[101]
Selama sebagian besar Era Paleozoikum (542–251 jtl), fungi tampaknya bersifat akuatik dan terdiri pecah organisme yang mirip dengan Chytridiomycota yang masih ada karena memiliki spora yang berflagela.[102]
Orientasi evolusioner dari kecenderungan jiwa akuatik menjadi terestrial memerlukan diversifikasi kebijakan ekologis lakukan memperoleh zat makanan, tercantum parasitisme, saprobisme, dan urut-urutan nikah mutualistik seperti mikoriza dan likenisasi.[103]
Sebuah studi pada 2009 menunjukkan bahwa peristiwa ekologis nenek moyang Ascomycota ialah saprobisme, dan bahwa peristiwa likenisasi independen telah terjadi sejumlah mana tahu.[104]
Klasifikasi
[sunting
|
sunting sendang]
Fungi intern taksonomi klasik di sekolah-sekolah biasa dikelompokkan sebagai divisio menjadi lima kelas:
- Zygomycetes
- Ascomycetes
- Basidiomycetes
- Deuteromycetes
- Lichenes
Penjatahan di atas telah dianggap usang karena temuan-temuan terbaru membentuk fungi diangkat menjadi Kerajaan organisme (Regnum) solo, dengan divisio/filum:
Filum Blastocladiomycota
Filum Chytridiomycota
Filum Glomeromycota
Filum Microsporidia
Filum Neocallimastigomycota
Subregnum: Dikarya (term. Deuteromycota), mencaplok
Filum Ascomycota
-
- Pezizomycotina
- Saccharomycotina
- Taphrinomycotina
Filum Basidiomycota
-
- Agaricomycotina
- Pucciniomycotina
- Ustilaginomycotina
Subfilum
incertae sedis
(mencakup Dikarya yang belum ditetapkan filumnya)
-
- Entomophthoromycotina
- Kickxellomycotina
- Mucoromycotina
- Zoopagomycotina
Deuteromycota menjadi kelompok bagi baja-cendawan nan belum dapat digolongkan lega keempat filum di atas (berstatus “tidak jelas”,
incertae sedis).
Lumut kerak alias Lichenes bukanlah individu, melainkan bentuk simbiosis mutualisme yang dempet antara baja dan alga. Meskipun demikian, pengemukaan partikular burung laut diberikan karena kebaikan praktis dalam terapan, misalnya farmasi.
Ilmu lingkungan
[sunting
|
sunting sumber]
Pin mold
yang menguraikan buah persik
Meskipun sering siapa bukan radikal, fungi hidup di setiap lingkungan di Mayapada dan memainkan peran yang sangat penting di sebagian besar ekosistem. Bersama dengan bakteri, fungi ialah pengurai utama di sebagian besar ekosistem darat (dan beberapa ekosistem perairan), dan karenanya memainkan peran bermanfaat dalam daur biogeokimia[105]
dan di banyak pundi-pundi makanan. Andai penyinar, fungi memainkan peran berarti dalam siklus nutrien, terutama sebagai saprotrof dan simbion, menjelaskan zat organik menjadi zarah anorganik, yang kemudian boleh memasuki sekali lagi jongkong metabolisme anabolik puas pohon atau organisme lain.[106]
[107]
Banyak fungi memiliki hubungan simbiosis terdepan dengan organisme dari sebagian raksasa takdirnya tidak semua Kekaisaran.[108]
[109]
[110]
Interaksi ini boleh berwatak protagonis atau tampin, maupun dalam kasus fungi komensal tidak berharga atau merugikan kerjakan inangnya.[111]
[112]
[113]
Dengan tumbuhan
[sunting
|
sunting sumber]
Simbiosis mikoriza antara tumbuhan dan fungi adalah salah satu asosiasi pokok kayu-fungi yang minimum dikenal dan sangat penting buat pertumbuhan dan ketahanan tanaman di banyak ekosistem; lebih berpokok 90% semenjak semua spesies tumbuhan terkebat internal nikah mikoriza dengan fungi dan bergantung pada hubungan ini kerjakan berkembang biak[114]
Simbiosis mikoriza sudah terjadi setidaknya 400 juta tahun yang lalu.[115]
Mikoriza meningkatkan penyerapan fusi anorganik plong tumbuhan, seperti nitrat dan fosfat dari tanah nan punya konsentrasi terbatas terbit vitamin tanaman muslihat ini.[106]
[116]
Fungi juga dapat memediasi transfer karbohidrat dan zat makanan lainnya dari pokok kayu ke tumbuhan. Kekerabatan mikoriza begitu disebut “jaringan mikoriza umum” (common mycorrhizal network).[117]
Kasus distingtif mikoriza yaitu miko-heterotrofi, di mana tumbuhan menjadi parasit lega fungi, mendapatkan semua nutrisi dari simbion fungi.[118]
Bilang spesies fungi mendiami jaringan di dalam akar, batang, dan daun, dalam hal ini mereka disebut endofit.[119]
Mirip dengan mikoriza, kolonisasi endofitik maka itu fungi dapat menguntungkan kedua simbion; misalnya, endofit semenjak rumput memberikan kepada inangnya eskalasi resistensi terhadap herbivora dan tekanan lingkungan lainnya dan mengakui tembolok dan penjagaan mulai sejak pokok kayu sebagai imbalannya.[120]
Dengan alga dan sianobakteri
[sunting
|
sunting sumur]
Lumut kerak atau liken adalah korespondensi simbiosis antara fungi dan alga maupun sianobakteri yang dapat melakukan fotosintesis. Mitra asimilasi kerumahtanggaan jalinan tersebut dalam terminologi liken disebut laksana “fotobion”. Bagian fungi dari hubungan ini sebagian ki akbar terdiri terbit beragam spesies Ascomycota dan kurang Basidiomycota.[121]
Lumut kerak hidup di setiap ekosistem di semua benua, memainkan peran kunci internal pembentukan tanah dan penobatan suksesi ekologis,[122]
dan menonjol di beberapa mileu ekstrem, termasuk wilayah kutub, alpen, dan sahara pasir recup-gersang.[123]
Liken boleh tumbuh di satah nan enggak ramah, tercantum petak kosong, batu, pepagan, kayu, kerang, teritip dan daun.[124]
Sebagaimana pada mikoriza, fotobion menyisihkan gula dan karbohidrat tidak menerobos respirasi lakukan fungi, sedangkan fungi menyisihkan mineral dan air bakal fotobion. Fungsi kedua organisme simbiotik tercalit sangat erat sehingga mereka berfungsi hampir misal organisme tunggal; dalam kebanyakan kasus, organisme yang dihasilkan sangat berbeda dari suku cadang individunya. Likenisasi adalah cara awam fungi untuk mendapatkan nutrisi; selingkung 20% fungi—antara 17.500 dan 20.000 spesies yang dideskripsikan—mengalami likenisasi.[125]
Karakteristik masyarakat bagi kebanyakan lumut kerak mencakup memperoleh karbon organik melangkahi respirasi, pertumbuhan lambat, format kecil, jiwa panjang, struktur reproduksi vegetatif resistan lama (musiman), nutrisi mineral yang diperoleh sebagian segara semenjak udara, dan toleransi terhadap desikasi yang lebih besar daripada kebanyakan organisme fotosintesis lainnya di habitat yang sama.[126]
Tatap pula
[sunting
|
sunting sumur]
- Cendawan
- Hifa
- Spora
Referensi
[sunting
|
sunting sendang]
-
^
Moore RT (1980). “Taxonomic proposals for the classification of marine yeasts and other yeast-like fungi including the smuts”.
Botanica Marina.
23: 361–373.
-
^
Sistem klasifikasi berikut ini berlandaskan investigasi filogenetik tahun 2007 oleh Hibbett
et al. -
^
Simpson DP (1979).
Cassell’s Latin Dictionary
(edisi ke-5). London, UK: Cassell Ltd. hlm. 883. ISBN 978-0-304-52257-6.
-
^
a
b
Ainsworth, p. 2. -
^
Mitzka W, ed. (1960).
Etymologisches Wörterbuch der deutschen Sprache. Berlin: Walter de Gruyter.
-
^
Alexopoulos
et al., p. 1. -
^
“LIAS Glossary”. Diakses tanggal
14 August
2022.
-
^
Bruns T (October 2006). “Evolutionary biology: a kingdom revised”.
Nature.
443
(7113): 758–61. Bibcode:2006Natur.443..758B. doi:10.1038/443758a. PMID 17051197.
-
^
Baldauf SL, Palmer JD (December 1993). “Animals and fungi are each other’s closest relatives: congruent evidence from multiple proteins”.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America.
90
(24): 11558–62. Bibcode:1993PNAS…9011558B. doi:10.1073/pnas.90.24.11558. PMC48023
. PMID 8265589.
-
^
Deacon, p. 4. -
^
a
b
Deacon, pp. 128–29. -
^
Alexopoulos
et al., pp. 28–33. -
^
Alexopoulos
et al., pp. 31–32. -
^
Shoji JY, Arioka M, Kitamoto K (2006). “Possible involvement of pleiomorphic vacuolar networks in nutrient recycling in filamentous fungi”.
Autophagy.
2
(3): 226–7. doi:10.4161/auto.2695. PMID 16874107.
-
^
Deacon, p. 58. -
^
Zabriskie TM, Jackson MD (February 2000). “Lysine biosynthesis and metabolism in fungi”.
Natural Product Reports.
17
(1): 85–97. doi:10.1039/a801345d. PMID 10714900.
-
^
Xu H, Andi B, Qian J, West AH, Cook PF (2006). “The alpha-aminoadipate pathway for lysine biosynthesis in fungi”.
Cell Biochemistry and Biophysics.
46
(1): 43–64. doi:10.1385/CBB:46:1:43. PMID 16943623.
-
^
Alexopoulos
et al., pp. 27–28. -
^
Alexopoulos
et al., p. 685. -
^
a
b
c
Alexopoulos
et al., p. 30. -
^
Desjardin DE, Perry BA, Lodge DJ, Stevani CV, Nagasawa E (2010). “Luminescent Mycena: new and noteworthy species”.
Mycologia.
102
(2): 459–77. doi:10.3852/09-197. PMID 20361513. Diarsipkan dari versi kalis tanggal 2022-11-11. Diakses copot
2018-12-10
.
-
^
Alexopoulos
et al., pp. 32–33. -
^
Bowman SM, Free SJ (August 2006). “The structure and synthesis of the fungal cell wall”.
BioEssays.
28
(8): 799–808. doi:10.1002/bies.20441. PMID 16927300.
-
^
Alexopoulos
et al., p. 33. -
^
Mihail JD, Bruhn JN (November 2005). “Foraging behaviour of Armillaria rhizomorph systems”.
Mycological Research.
109
(Pt 11): 1195–207. doi:10.1017/S0953756205003606. PMID 16279413.
-
^
a
b
c
Keller NP, Turner G, Bennett JW (December 2005). “Fungal secondary metabolism – from biochemistry to genomics”.
Nature Reviews. Microbiology.
3
(12): 937–47. doi:10.1038/nrmicro1286. PMID 16322742.
-
^
Wu S, Schalk M, Clark A, Miles RB, Coates R, Chappell J (November 2006). “Redirection of cytosolic or plastidic isoprenoid precursors elevates terpene production in plants”.
Nature Biotechnology.
24
(11): 1441–7. doi:10.1038/nbt1251. PMID 17057703.
-
^
Tudzynski B (March 2005). “Gibberellin biosynthesis in fungi: genes, enzymes, evolution, and impact on biotechnology”.
Applied Microbiology and Biotechnology.
66
(6): 597–611. doi:10.1007/s00253-004-1805-1. PMID 15578178.
-
^
Vaupotic Ufuk, Veranic P, Jenoe P, Plemenitas A (June 2008). “Mitochondrial mediation of environmental osmolytes discrimination during osmoadaptation in the extremely halotolerant black yeast Hortaea werneckii”.
Fungal Genetics and Biology.
45
(6): 994–1007. doi:10.1016/j.fgb.2008.01.006. PMID 18343697.
-
^
a
b
Dadachova E, Bryan RA, Huang X, Moadel T, Schweitzer AD, Aisen P, Nosanchuk JD, Casadevall A (2007). “Ionizing radiation changes the electronic properties of melanin and enhances the growth of melanized fungi”.
PLoS One.
2
(5): e457. Bibcode:2007PLoSO…2..457D. doi:10.1371/journal.pone.0000457. PMC1866175
. PMID 17520016.
-
^
Raghukumar C, Raghukumar S (1998). “Barotolerance of fungi isolated from deep-sea sediments of the Indian Ocean”.
Aquatic Microbial Ecology.
15
(2): 153–163. doi:10.3354/ame015153.
-
^
Sancho LG, de la Torre R, Horneck G, Ascaso C, de Los Rios A, Pintado A, Wierzchos J, Schuster M (June 2007). “Lichens survive in space: results from the 2005 LICHENS experiment”.
Astrobiology.
7
(3): 443–54. Bibcode:2007AsBio…7..443S. doi:10.1089/ast.2006.0046. PMID 17630840.
-
^
Brem FM, Lips KR (September 2008). “Batrachochytrium dendrobatidis infection patterns among Panamanian amphibian species, habitats and elevations during epizootic and enzootic stages”.
Diseases of Aquatic Organisms.
81
(3): 189–202. doi:10.3354/dao01960. PMID 18998584.
-
^
Le Calvez T, Burgaud G, Mahé S, Barbier G, Vandenkoornhuyse P (October 2009). “Fungal diversity in deep-sea hydrothermal ecosystems”.
Applied and Environmental Microbiology.
75
(20): 6415–21. doi:10.1128/AEM.00653-09. PMC2765129
. PMID 19633124.
-
^
a
b
Mueller GM, Schmit JP (2006). “Fungal biodiversity: what do we know? What can we predict?”.
Biodiversity and Conservation.
16: 1–5. doi:10.1007/s10531-006-9117-7.
-
^
Hawksworth DL, Lücking R (July 2022).
Fungal Diversity Revisited: 2.2 to 3.8 Million Species.
Microbiology Spectrum.
5. hlm. 79–95. doi:10.1128/microbiolspec.FUNK-0052-2016. ISBN 9781555819576. PMID 28752818.
-
^
Kirk
et al., p. 489. -
^
Hibbett DS, Binder M, Bischoff JF, Blackwell M, Cannon PF, Eriksson OE, et al. (May 2007). “A higher-level phylogenetic classification of the Fungi”
(PDF).
Mycological Research.
111
(Pt 5): 509–47. CiteSeerX10.1.1.626.9582
. doi:10.1016/j.mycres.2007.03.004. PMID 17572334. Diarsipkan berpunca versi asli
(PDF)
sungkap 26 March 2009.
-
^
According to one 2001 estimate, some 10,000 fungal diseases are known.
Struck C (2006). “Infection strategies of plant parasitic fungi”. Dalam Cooke BM, Jones DG, Kaye B.
The Epidemiology of Plant Diseases. Berlin, Germany: Springer. hlm. 117. ISBN 978-1-4020-4580-6.
-
^
Peintner U, Pöder R, Pümpel Tepi langit (1998). “The Iceman’s fungi”.
Mycological Research.
102
(10): 1153–1162. doi:10.1017/S0953756298006546.
-
^
Ainsworth, p. 1. -
^
Alexopoulos
et al., pp. 1–2. -
^
Ainsworth, p. 18. -
^
Hawksworth DL (September 2006). “Pandora’s mycological box: molecular sequences vs. morphology in understanding fungal relationships and biodiversity”.
Revista Iberoamericana de MicologíA.
23
(3): 127–33. doi:10.1016/S1130-1406(06)70031-6. PMID 17196017.
-
^
Harris SD (2008). “Branching of fungal hyphae: regulation, mechanisms and comparison with other branching systems”.
Mycologia.
100
(6): 823–32. doi:10.3852/08-177. PMID 19202837.
-
^
Deacon, p. 51. -
^
Deacon, p. 57. -
^
Chang S-T, Miles PG (2004).
Mushrooms: Cultivation, Nutritional Value, Medicinal Effect and Environmental Impact. Boca Raton, Florida: CRC Press. ISBN 978-0-8493-1043-0.
-
^
Parniske M (October 2008). “Arbuscular mycorrhiza: the mother of plant root endosymbioses”.
Nature Reviews. Microbiology.
6
(10): 763–75. doi:10.1038/nrmicro1987. PMID 18794914.
-
^
Steenkamp ET, Wright J, Baldauf SL (January 2006). “The protistan origins of animals and fungi”.
Molecular Biology and Evolution.
23
(1): 93–106. doi:10.1093/molbev/msj011. PMID 16151185.
-
^
Stevens DA, Ichinomiya M, Koshi Y, Horiuchi H (September 2006). “Escape of Candida from caspofungin inhibition at concentrations above the MIC (paradoxical effect) accomplished by increased cell wall chitin; evidence for beta-1,6-glucan synthesis inhibition by caspofungin”.
Antimicrobial Agents and Chemotherapy.
50
(9): 3160–1. doi:10.1128/AAC.00563-06. PMC1563524
. PMID 16940118.
-
^
Mc, Kane (1996).
Microbiology: Essentials and Aplications. New York: McGraw-Hill.
-
^
Hanson, pp. 127–141. -
^
Ferguson BA, Dreisbach TA, Parks CG, Filip GM, Schmitt CL (2003). “Coarse-scale population structure of pathogenic
Armillaria
species in a mixed-conifer forest in the Blue Mountains of northeast Oregon”.
Canadian Journal of Forest Research.
33
(4): 612–623. doi:10.1139/x03-065.
-
^
Alexopoulos
et al., pp. 204–205. -
^
Suriawiria (1986).
Pengantar Ilmu mikrob Umum. Bandung: Angkasa Press.
-
^
Moss ST (1986).
The Biology of Marine Fungi. Cambridge, UK: Cambridge University Press. hlm. 76. ISBN 978-0-521-30899-1.
-
^
Peñalva MA, Arst HN (September 2002). “Regulation of gene expression by ambient pH in filamentous fungi and yeasts”.
Microbiology and Molecular Biology Reviews.
66
(3): 426–46, table of contents. doi:10.1128/MMBR.66.3.426-446.2002. PMC120796
. PMID 12208998.
-
^
a
b
Howard RJ, Ferrari MA, Roach DH, Money NP (December 1991). “Penetration of hard substrates by a fungus employing enormous turgor pressures”.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America.
88
(24): 11281–4. Bibcode:1991PNAS…8811281H. doi:10.1073/pnas.88.24.11281. PMC53118
. PMID 1837147.
-
^
Money NP (1998). “Mechanics of invasive fungal growth and the significance of turgor in plant infection”.
Molecular Genetics of Host-Specific Toxins in Plant Disease: Proceedings of the 3rd Tottori International Symposium on Host-Specific Toxins, Daisen, Tottori, Japan, August 24–29, 1997. Netherlands: Kluwer Academic Publishers. hlm. 261–271. ISBN 978-0-7923-4981-5.
-
^
Wang ZY, Jenkinson JM, Holcombe LJ, Soanes DM, Veneault-Fourrey C, Bhambra GK, Talbot NJ (April 2005). “The molecular biology of appressorium turgor generation by the rice blast fungus Magnaporthe grisea”.
Biochemical Society Transactions.
33
(Pt 2): 384–8. doi:10.1042/BST0330384. PMID 15787612.
-
^
Pereira JL, Noronha EF, Miller RN, Franco OL (June 2007). “Novel insights in the use of hydrolytic enzymes secreted by fungi with biotechnological potential”.
Letters in Applied Microbiology.
44
(6): 573–81. doi:10.1111/j.1472-765X.2007.02151.x. PMID 17576216.
-
^
Schaller M, Borelli C, Korting HC, Hube B (November 2005). “Hydrolytic enzymes as virulence factors of Candida albicans”.
Mycoses.
48
(6): 365–77. doi:10.1111/j.1439-0507.2005.01165.x. PMID 16262871.
-
^
Farrar JF (October 1985). “Carbohydrate metabolism in biotrophic plant pathogens”.
Microbiological Sciences.
2
(10): 314–7. PMID 3939987.
-
^
Fischer R, Zekert Kaki langit, Takeshita N (May 2008). “Polarized growth in fungi–interplay between the cytoskeleton, positional markers and membrane domains”.
Molecular Microbiology.
68
(4): 813–26. doi:10.1111/j.1365-2958.2008.06193.x. PMID 18399939.
-
^
Christensen MJ, Bennett RJ, Ansari HA, Koga H, Johnson RD, Bryan GT, Simpson WR, Koolaard JP, Nickless EM, Voisey CR (February 2008). “Epichloë endophytes grow by intercalary hyphal extension in elongating grass leaves”.
Fungal Genetics and Biology.
45
(2): 84–93. doi:10.1016/j.fgb.2007.07.013. PMID 17919950.
-
^
Money NP (October 2002). “Mushroom stem cells”.
BioEssays.
24
(10): 949–52. doi:10.1002/bies.10160. PMID 12325127.
-
^
Willensdorfer M (February 2009). “On the evolution of differentiated multicellularity”.
Evolution; International Journal of Organic Evolution.
63
(2): 306–23. arXiv:0801.2610
. doi:10.1111/j.1558-5646.2008.00541.x. PMID 19154376.
-
^
Daniels KJ, Srikantha T, Lockhart SR, Pujol C, Soll DR (May 2006). “Opaque cells signal white cells to form biofilms in
Candida albicans“.
The EMBO Journal.
25
(10): 2240–52. doi:10.1038/sj.emboj.7601099. PMC1462973
. PMID 16628217.
-
^
Marzluf GA (September 1981). “Regulation of nitrogen metabolism and gene expression in fungi”.
Microbiological Reviews.
45
(3): 437–61. PMC281519
. PMID 6117784.
-
^
Hynes MJ (1994). “Regulatory circuits of the amdS gene of
Aspergillus nidulans“.
Antonie van Leeuwenhoek.
65
(3): 179–82. doi:10.1007/BF00871944. PMID 7847883.
-
^
Dadachova E, Casadevall A (December 2008). “Ionizing radiation: how fungi cope, adapt, and exploit with the help of melanin”.
Current Opinion in Microbiology.
11
(6): 525–31. doi:10.1016/j.mib.2008.09.013. PMC2677413
. PMID 18848901.
-
^
Alexopoulos
et al., pp. 48–56. -
^
Kirk
et al., p. 633. -
^
Heitman J (September 2006). “Sexual reproduction and the evolution of microbial pathogens”.
Current Biology.
16
(17): R711–25. doi:10.1016/j.cub.2006.07.064. PMID 16950098.
-
^
Alcamo IE, Pommerville J (2004).
Alcamo’s Fundamentals of Microbiology. Boston, Massachusetts: Jones and Bartlett. hlm. 590. ISBN 978-0-7637-0067-6.
-
^
Redecker D, Raab P (2006). “Phylogeny of the glomeromycota (arbuscular mycorrhizal fungi): recent developments and new gene markers”.
Mycologia.
98
(6): 885–95. doi:10.3852/mycologia.98.6.885. PMID 17486965.
-
^
Guarro J, Stchigel AM (July 1999). “Developments in fungal taxonomy”.
Clinical Microbiology Reviews.
12
(3): 454–500. PMC100249
. PMID 10398676. Diarsipkan berpangkal versi tulen copot 2022-11-23. Diakses copot
2018-12-10
.
-
^
a
b
Taylor JW, Jacobson DJ, Kroken S, Kasuga T, Geiser DM, Hibbett DS, Fisher MC (October 2000). “Phylogenetic species recognition and species concepts in fungi”.
Fungal Genetics and Biology.
31
(1): 21–32. doi:10.1006/fgbi.2000.1228. PMID 11118132.
-
^
Metzenberg RL, Glass NL (February 1990). “Mating type and mating strategies in Neurospora”.
BioEssays.
12
(2): 53–9. doi:10.1002/bies.950120202. PMID 2140508.
-
^
Jennings and Lysek, pp. 107–114. -
^
Deacon, p. 31. -
^
Alexopoulos
et al., pp. 492–493. -
^
Jennings and Lysek, p. 142. -
^
Deacon, pp. 21–24. -
^
Linder MB, Szilvay GR, Nakari-Setälä T, Penttilä ME (November 2005). “Hydrophobins: the protein-amphiphiles of filamentous fungi”.
FEMS Microbiology Reviews.
29
(5): 877–96. doi:10.1016/j.femsre.2005.01.004. PMID 16219510.
-
^
Trail F (November 2007). “Fungal cannons: explosive spore discharge in the Ascomycota”.
FEMS Microbiology Letters.
276
(1): 12–8. doi:10.1111/j.1574-6968.2007.00900.x. PMID 17784861.
-
^
Pringle A, Patek SN, Fischer M, Stolze J, Money NP (2005). “The captured launch of a ballistospore”.
Mycologia.
97
(4): 866–71. doi:10.3852/mycologia.97.4.866. PMID 16457355.
-
^
Kirk
et al., p. 495. -
^
Brodie HJ (1975).
The Bird’s Nest Fungi. Toronto, Ontario: University of Toronto Press. hlm. 80. ISBN 978-0-8020-5307-7.
-
^
Alexopoulos
et al., p. 545. -
^
“Spore Dispersal in Fungi”.
www.botany.hawaii.edu
. Diakses sungkap
2018-12-28
.
-
^
“Dispersal”.
herbarium.usu.edu
(dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal
2018-12-28
.
-
^
Jennings and Lysek, pp. 114–115. -
^
Furlaneto MC, Pizzirani-Kleiner AA (January 1992). “Intraspecific hybridisation of Trichoderma pseudokoningii by anastomosis and by protoplast fusion”.
FEMS Microbiology Letters.
69
(2): 191–5. doi:10.1111/j.1574-6968.1992.tb05150.x. PMID 1537549.
-
^
Schardl CL, Craven KD (November 2003). “Interspecific hybridization in plant-associated fungi and oomycetes: a review”.
Molecular Ecology.
12
(11): 2861–73. doi:10.1046/j.1365-294X.2003.01965.x. PMID 14629368.
-
^
Donoghue MJ, Cracraft J (2004).
Assembling the Tree of Life. Oxford (Oxfordshire), UK: Oxford University Press. hlm. 187. ISBN 978-0-19-517234-8.
-
^
Taylor and Taylor, p. 19. -
^
Taylor and Taylor, pp. 7–12. -
^
Bengtson, Stefan; Rasmussen, Birger; Ivarsson, Magnus; Muhling, Janet; Broman, Curt; Marone, Federica; Stampanoni, Marco; Bekker, Andrey (24 April 2022). “Fungus-like mycelial fossils in 2.4-billion-year-old vesicular basalt”.
Nature Ecology & Evolution.
1
(6): 0141. doi:10.1038/s41559-017-0141. PMID 28812648.
-
^
Lücking R, Huhndorf S, Pfister DH, Plata ER, Lumbsch HT (2009). “Fungi evolved right on track”.
Mycologia.
101
(6): 810–22. doi:10.3852/09-016. PMID 19927746.
-
^
James TY, Kauff F, Schoch CL, Matheny PB, Hofstetter V, Cox CJ, et al. (October 2006). “Reconstructing the early evolution of Fungi using a six-gene phylogeny”.
Nature.
443
(7113): 818–22. Bibcode:2006Natur.443..818J. doi:10.1038/nature05110. PMID 17051209.
-
^
Taylor and Taylor, pp. 84–94 and 106–107. -
^
Schoch CL, Sung GH, López-Giráldez F, Townsend JP, Miadlikowska J, Hofstetter V, et al. (April 2009). “The Ascomycota tree of life: a phylum-wide phylogeny clarifies the origin and evolution of fundamental reproductive and ecological traits”.
Systematic Biology.
58
(2): 224–39. doi:10.1093/sysbio/syp020. PMID 20525580.
-
^
Gadd GM (January 2007). “Geomycology: biogeochemical transformations of rocks, minerals, metals and radionuclides by fungi, bioweathering and bioremediation”.
Mycological Research.
111
(Pt 1): 3–49. doi:10.1016/j.mycres.2006.12.001. PMID 17307120.
-
^
a
b
Lindahl BD, Ihrmark K, Boberg J, Trumbore SE, Högberg P, Stenlid J, Finlay RD (2007). “Spatial separation of litter decomposition and mycorrhizal nitrogen uptake in a boreal forest”.
The New Phytologist.
173
(3): 611–20. doi:10.1111/j.1469-8137.2006.01936.x. PMID 17244056.
-
^
Barea JM, Pozo MJ, Azcón R, Azcón-Aguilar C (July 2005). “Microbial co-operation in the rhizosphere”.
Journal of Experimental Botany.
56
(417): 1761–78. doi:10.1093/jxb/eri197. PMID 15911555.
-
^
Aanen DK (June 2006). “As you reap, so shall you sow: coupling of harvesting and inoculating stabilizes the mutualism between termites and fungi”.
Biology Letters.
2
(2): 209–12. doi:10.1098/rsbl.2005.0424. PMC1618886
. PMID 17148364.
-
^
Nikoh Tepi langit, Fukatsu Cakrawala (April 2000). “Interkingdom host jumping underground: phylogenetic analysis of entomoparasitic fungi of the genus cordyceps”.
Molecular Biology and Evolution.
17
(4): 629–38. doi:10.1093/oxfordjournals.molbev.a026341. PMID 10742053.
-
^
Perotto S, Bonfante P (December 1997). “Bacterial associations with mycorrhizal fungi: close and distant friends in the rhizosphere”.
Trends in Microbiology.
5
(12): 496–501. doi:10.1016/S0966-842X(97)01154-2. PMID 9447662.
-
^
Arnold AE, Mejía LC, Kyllo D, Rojas EI, Maynard Z, Robbins T, Herre EA (December 2003). “Fungal endophytes limit pathogen damage in a tropical tree”.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America.
100
(26): 15649–54. Bibcode:2003PNAS..10015649A. doi:10.1073/pnas.2533483100. PMC307622
. PMID 14671327.
-
^
Paszkowski U (August 2006). “Mutualism and parasitism: the yin and yang of plant symbioses”.
Current Opinion in Plant Biology.
9
(4): 364–70. doi:10.1016/j.pbi.2006.05.008. PMID 16713732.
-
^
Hube B (August 2004). “From commensal to pathogen: stage- and tissue-specific gene expression of
Candida albicans“.
Current Opinion in Microbiology.
7
(4): 336–41. doi:10.1016/j.mib.2004.06.003. PMID 15288621.
-
^
Bonfante P (April 2003). “Plants, mycorrhizal fungi and endobacteria: a dialog among cells and genomes”.
The Biological Bulletin.
204
(2): 215–20. doi:10.2307/1543562. JSTOR 1543562. PMID 12700157.
-
^
Remy W, Taylor TN, Hass H, Kerp H (December 1994). “Four hundred-million-year-old vesicular arbuscular mycorrhizae”.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America.
91
(25): 11841–3. Bibcode:1994PNAS…9111841R. doi:10.1073/pnas.91.25.11841. PMC45331
. PMID 11607500.
-
^
van der Heijden MG, Streitwolf-Engel R, Riedl R, Siegrist S, Neudecker A, Ineichen K, Boller Horizon, Wiemken A, Sanders IR (2006). “The mycorrhizal contribution to plant productivity, plant nutrition and soil structure in experimental grassland”.
The New Phytologist.
172
(4): 739–52. doi:10.1111/j.1469-8137.2006.01862.x. PMID 17096799.
-
^
Selosse MA, Richard F, He X, Simard SW (November 2006). “Mycorrhizal networks: des liaisons dangereuses?”.
Trends in Ecology & Evolution.
21
(11): 621–8. doi:10.1016/j.tree.2006.07.003. PMID 16843567.
-
^
Merckx V, Bidartondo MI, Hynson NA (December 2009). “Myco-heterotrophy: when fungi host plants”.
Annals of Botany.
104
(7): 1255–61. doi:10.1093/aob/mcp235. PMC2778383
. PMID 19767309.
-
^
Schulz B, Boyle C (June 2005). “The endophytic continuum”.
Mycological Research.
109
(Pt 6): 661–86. doi:10.1017/S095375620500273X. PMID 16080390.
-
^
Clay K, Schardl C (October 2002). “Evolutionary origins and ecological consequences of endophyte symbiosis with grasses”.
The American Naturalist. 160 Suppl 4 (suppl. 4): S99–S127. doi:10.1086/342161. PMID 18707456.
-
^
Brodo IM, Sharnoff SD (2001).
Lichens of North America. New Haven, Connecticut: Yale University Press. ISBN 978-0-300-08249-4.
-
^
Raven PH, Evert RF, Eichhorn, SE (2005). “14—Fungi”.
Biology of Plants
(edisi ke-7). W. H. Freeman. hlm. 290. ISBN 978-0-7167-1007-3.
-
^
Deacon, p. 267. -
^
Purvis W (2000).
Lichens. Washington, D.C.: Smithsonian Institution Press in association with the Natural History Museum, London. hlm. 49–75. ISBN 978-1-56098-879-3.
-
^
Kirk
et al., p. 378. -
^
Deacon, pp. 267–276.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Brundrett2002” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Blackwell2004” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan puas teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Brakhage2005” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Brakhage2004” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan puas teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Abe2006” nan didefinisikan di
<references>
lain digunakan plong teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Ammirati1987” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada bacaan sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan tera “Bush1997” yang didefinisikan di
<references>
enggak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan label “Bouton2002” yang didefinisikan di
<references>
tak digunakan pada pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan label “BBC2008” nan didefinisikan di
<references>
tak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan cap “Beadle1941” yang didefinisikan di
<references>
enggak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Celio2006” nan didefinisikan di
<references>
bukan digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Chandler2010” yang didefinisikan di
<references>
enggak digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan logo “Christian2005” yang didefinisikan di
<references>
enggak digunakan pada wacana sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan segel “Cushion2007” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan tanda “Cook2008” yang didefinisikan di
<references>
tak digunakan pada pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Daly2005” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Datta1989” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan lega teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan etiket “Dean2005” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan lega teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan tanda “Dennis1970” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan puas referensi sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan tanda “Demain2000” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Deshpande1999” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Dotzler2009” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan lega pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Douglas1989” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan etiket “ElDine2008” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “elMekkawy1998” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan stempel “Erdogan2004” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan logo “Eshet1995” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Fan2005” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Fajardo2008” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan plong wacana sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan cap “Finsham1989” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Firenzuoli2008” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan nama “Fisher2002” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan puas teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Fomina2007” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada bacaan sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan stempel “Foster2002” nan didefinisikan di
<references>
lain digunakan lega bacaan sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan tera “Fomina2008” nan didefinisikan di
<references>
bukan digunakan plong wacana sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Gill2006” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan label “Gryzenhout2006” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan segel “Hachmeister1993” nan didefinisikan di
<references>
enggak digunakan sreg referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan label “Halpern2002” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg wacana sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan label “Hawkins2008” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan keunggulan “Hetland2008” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan lega teks sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan nama “Hibbett1995” nan didefinisikan di
<references>
bukan digunakan pada wacana sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan cap “Hibbett1997” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan plong teks sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan merek “Huang2008” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan segel “James2006” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Jorgensen2007” nan didefinisikan di
<references>
enggak digunakan puas bacaan sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan tanda “Karatygin2009” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan puas wacana sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan keunggulan “Joseph2008” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Kauffman2007” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “KarlsonStiber2003” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan puas teks sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan tera “Kinsella1976” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan logo “Kojic2006” yang didefinisikan di
<references>
tak digunakan plong teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Kulp2000” yang didefinisikan di
<references>
enggak digunakan puas pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Kumar2008” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada bacaan sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan jenama “Leathem2007” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan plong referensi sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan etiket “Lin2005” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan nama “Liu2006” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Lockhart2006” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan lega teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Loo2006” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan keunggulan “LopezGomez2005” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Looy2005” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan sreg referensi sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan label “LopezGomez2006” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada bacaan sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan nama “Manzoni2002” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Michod2008” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan puas teks sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan segel “Michelot2003” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Molina2007” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg wacana sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “MycotaVIIS&E” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan puas teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Nielsen2007” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg wacana sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan logo “Nguyen2007” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan puas teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan stempel “nysaes” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “ODonnell1998” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada wacana sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan stempel “OlempskaBeer2006” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan etiket “OxfordDictionary” yang didefinisikan di
<references>
tak digunakan plong teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Orr1979” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada bacaan sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan nama “Paoletti2006” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan lega teks sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan nama “Pan2008” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan keunggulan “Paterson2006” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan merek “Paterson2008” yang didefinisikan di
<references>
enggak digunakan puas teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan stempel “Perfect2006” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Piskur2006” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada bacaan sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Polizeli2005” nan didefinisikan di
<references>
enggak digunakan sreg referensi sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan nama “Radford1997” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan tanda “Redecker2000” yang didefinisikan di
<references>
enggak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan label “Rohlfs2007” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Samuels2006” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan etiket “Schlegel1993” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada wacana sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan segel “Schardl2007” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan nama “Schussler2001” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan etiket “Sci-News2015” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan puas referensi sebelumnya.
Kesalahan pengambilan: Tag
<ref>
dengan label “ShalchianTabrizi2008” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan jenama “Silar2016” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada pustaka sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan nama “SimonNobbe2008” yang didefinisikan di
<references>
tak digunakan plong referensi sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Stamets2000” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan cap “Sullivan2006” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan tera “Taylor1996” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan segel “Talbot2003” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Taylor2005” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan plong teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan tera “Taylor2006” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg wacana sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Thomas2007” yang didefinisikan di
<references>
tak digunakan pada wacana sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan nama “urlFungi” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan tanda “urlwww.uvminnovations.com” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan sreg pustaka sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan tanda “urlUSDA Biocontrol” nan didefinisikan di
<references>
enggak digunakan sreg teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan segel “vanEgmond2007” yang didefinisikan di
<references>
lain digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Yang2007” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan lega bacaan sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Vetter1998” nan didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada referensi sebelumnya.
Kesalahan pemungutan: Tag
<ref>
dengan nama “Valverde1995” yang didefinisikan di
<references>
enggak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Yuen2005” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Ward2005” nan didefinisikan di
<references>
bukan digunakan pada teks sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Yuan2005” yang didefinisikan di
<references>
bukan digunakan plong bacaan sebelumnya.
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
dengan nama “Zisova2009” yang didefinisikan di
<references>
tidak digunakan plong bacaan sebelumnya.
Daftar pustaka
[sunting
|
sunting sumber]
-
Ainsworth GC (1976).
Introduction to the History of Mycology. Cambridge, UK: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-11295-6.
-
Alexopoulos CJ, Mims CW, Blackwell M (1996).
Introductory Mycology. John Wiley and Sons. ISBN 978-0-471-52229-4.
-
Chandler PJ (2010).
A Dipterist’s Handbook
(edisi ke-2nd). The Amateur Entomologists’ Society. hlm. 1–525.
-
Deacon J (2005).
Fungal Biology. Cambridge, Massachusetts: Blackwell Publishers. ISBN 978-1-4051-3066-0.
-
Hall IR (2003).
Edible and Poisonous Mushrooms of the World. Portland, Oregon: Timber Press. ISBN 978-0-88192-586-9.
-
Hanson JR (2008).
The Chemistry of Fungi. Royal Society Of Chemistry. ISBN 978-0-85404-136-7.
-
Jennings DH, Lysek G (1996).
Fungal Biology: Understanding the Fungal Lifestyle. Guildford, UK: Bios Scientific Publishers Ltd. ISBN 978-1-85996-150-6.
-
Kirk PM, Cannon PF, Minter DW, Stalpers JA (2008).
Dictionary of the Fungi
(edisi ke-10th). Wallingford, UK: CAB International. ISBN 978-0-85199-826-8.
-
Taylor EL, Taylor TN (1993).
The Biology and Evolution of Fossil Plants. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 978-0-13-651589-0.
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Fungi