Berburu Harimau Karya Raden Saleh

Karya ilustrator Raden Imani nan berjudul
Boschbrand

atau n domestik bahasa Indonesia-nya
Kebakaran Hutan
telah menjadi properti dari Galeri Nasional Pemerintah Singapura. Sebelumnya dirinya menyumbangkan kepada Raja Willem III di waktu 1850.

Privat lukisan tersebut terlihat suasana muram, langit keruh meski ada semburat putih, seperti senja semata-mata juga bisa pagi. Kebakaran terjadi seumpama parasan birit, di mana banyak bara jago merah terpencar di mega dan gas baplang menetapi cakrawala.

Seekor kijang jantan memanjatkan pemimpin sebagai halnya perdua dicengkram maut, seekor macan tutul dan maung sigenting mencari jalan buat keluar dari kebakaran. Di langit, keropok burung pening menjauh, demikian elang laut mencari tempat singgah.

Di fragmen tengah seekor banteng besar berwarna kehitaman seperti terkejut karena intiha dari pelariannya terhadap kebakaran yakni sebuah tebing nan menjulang di atas bengawan lautan. Seekor seladang kembali hampir merosot, tetapi pundaknya dicengkram maka itu harimau.

Barangkali, ketika banteng lebah ratulebah itu berlari menjauh mulai sejak kebakaran, dirinya disergap harimau. Cuma balasannya ketika dia berangkat di tepi tebing itu, mereka benar-benar terjebak dalam situasi nan sama-sama tidak menguntungkan.

Heboh Harimau Jawa Unjuk di Sukabumi, Benarkah Si Raja Jenggala Belum Punah?

“Begitu pun seekor macan raksasa tak yang pastinya mengiler sreg perburuan di tengah kekacauan itu. Beliau menatap nyalang kepada alat penglihatan mereka yang melihat hal itu,” catat Dedy Tri Riyadi n domestik
Menduga Interelasi lukisan Raden Alim dengan Syair Chairil Anwar.

Raden Saleh juga pernah melukis sebuah macan kalem dan tenang berjudul
Tiger Drinking. Melalui lukisan yang dibuat perian 1863 itu, manusia harimau jawa ini muncul dari lebatnya hutan tropis nan kelam dan sedang mereguk air di pinggir danau yang tenang.

Mikke Susanto, kritikus seni rupa yang mengajar di ISI Yogyakarta mengatakan bahwa karya Raden Saleh ini adalah pengecualian. Biasanya sira cerbak melukis hewan dengan tampilan garang, enerjik dan maskulin.

“Namun pada lukisan yang dibuat 154 waktu itu, dia menampilkan sosok macan kesepian yang muncul dari dalam rimba raya,” paparnya yang dimuat
Historia.

Situasi yang menghela adalah lukisan
Tiger Drinking
yaitu salah satu lukisan yang disukai Bung Karno. Dalam rukyat Mikke, Soekarno menyenangi lukisan itu karena merupakan cerminan dan perian depannya: kesepian di perdua keramaian.

Raden Imani dan harimau

Raden Alim memang dikenal lestari dalam melukis potret dan hewan. Pengamatan nan sangat dahsyat pada alam maupun binatang membuat karya-karya pria kelahiran Semarang ini banyak yang dipuja.

Lain semua generasi tahun yang vitalitas hari saat ini perikatan melihat harimau jawa (Panthera tigris sondaica). Satwa ini merupakan kucing segara yang mengendalikan daerah hutan dan lereng gunung di Pulau Jawa.

Kini untuk menyaksikan hewan ini cuma menerobos dokumentasi baik berupa foto atau lukisan. Salah satu pelaku pengarsipan keberadaan harimau jawa yang pernah berjaya adalah maestro lukisan Raden Saleh.

Harimau menjadi fauna ketiga terbanyak n domestik lukisan-lukisan Raden Saleh, selepas banteng dan singa. Kamu melukis binatang itu sebagai pujian kepada umbul-umbul tropis nan dirasakan sejak belia.

Harimau punya medan individual dalam lukisan-lukisan Raden Imani. Satwa itu menjadi entitas dan identitas keasiaan justru kejawaan Raden Saleh di paruh aliran romantisme yang menengah berkembang di Eropa.

Mitologi Inyiak Balang, Budaya Meluhurkan Harimau maka itu Masyarakat Minang

Dia memang dikenal dengan tren lukis nuansa romantisme seperti mana lukisan situasi penangkapan Diponegoro, potret Gubernur Jenderal Hindia Belanda G.J van den Bosch, dan Salakan Ancala Merapi.

Mikke memaparkan bagaimana Raden Saleh melukiskan harimau semasa hidupnya. Mikke melihat Raden Alim telah bergulat dengan dunia sato sejak dirinya belia.

“Hidupnya dimanfaatkan untuk bidang seni rupa, fashion, botani, antropologi, arsitektur, sastra/literasi,” paparnya nan dimuat
National Geographic.

Mikke menjelaskan Raden Saleh telah melukis satwa, khususnya harimau, sejak usia belasan. Kejadian itu dapat dibuktikan dengan sejumlah lukisan pelajaran harimaunya yang ditampilkan dengan gaya bertamadun Barat.

Rang-lembaga harimau itu, katanya, menjadi kerja dokumentatif, atau kodifikasi yang biasa dilakukan makanya perupa alam abad 19. Mikke menambahkan bahwa pada masa itu, kebanyakan perupa didatangkan berpangkal Eropa ke Indonesia.

Di sinilah, kemampuan Raden Saleh melukis, khususnya sato dilirik makanya direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (Bogor) Caspar Reinwardt. Karena itu lambat laun, usahanya itu mengantarkannya ke Eropa.

Pergulatan emosi

Sejauh di Eropa, studi Raden Saleh akan gaya barat makin awet. Sahaja jelas Mikke, dirinya tidak menyingkirkan identitasnya bak orang Nusantara, sehingga menambahkan unsur daerah asalnya di dalam lukisan.

Peristiwa ini jelas Mikke tertumbuk pandangan dalam lukisan dengan latarnya yang bernuansa tropis, seperti gunung vulkanik, padang suket kering, dan hutan jenggala. Mikke pula mencerna beberapa lukisan harimau Raden Saleh adalah bentuk keprihatinan.

Melalui lukisannya, Raden Saleh mendokumentasikan bagaimana manusia berinteraksi dengan maung. Bahwa masyarakat di Pulau Jawa belalah memburu hewan ini, lengkap dengan gambaran siapa yang menjadi pelaku dan korban.

“Apa yang dilukiskan itu memang melukiskan kondisi publik pada perian itu yang sering bertengkar dengan manusia,” paparnya.

Dijelaskan maka itu Mikke, di Pulau Jawa puas musim tinggal ada tradisi rampogan, di mana harimau dibantai alias ditangkap lakukan diadu dengan satwa lain. Kondisi ini menyebabkan jumlah harimau berkurang, hingga jadinya dilarang pada awal abad 20.

Cerita Mbah Doreng dan Gambar Penghormatan Individu Jawa kepada Macan

Melalui lukisan Raden Saleh, jelas Mikke, bisa terlihat bagaimana malangnya nasib maung di masa lampau. Harimau-harimau yang menyesakkan ini harus diperingati sebagai kenangan bersama hingga sekarang.

“Tergambar betapa bangganya individu-orang itu. Betapa susahnya memperingatkan mereka untuk tak seperti ini (memburu harimau ini mengakibatkannya nasib harimau),” paparnya.

Mikke mengungkapkan bahwa ketika melihat lukisan macan tersebut akan tergambar emosi koteng Raden Saleh. Emosi ini boleh tertuang kerumahtanggaan betapa detailnya lukisan nan Raden Saleh buat.

Menurutnya, gambaran emosi Raden Imani tak sahaja tertuang dalam lukisan harimau, beberapa lukisan begitu juga singa pun terlihat Raden Saleh menumpahkannya dengan mandu nan sangat kuat.

Di intern lukisannya juga terlihat pemahamannya akan vitalitas. Misalnya lukisan Kebakaran
Padang Jukut
atau
Forest Fire. Melalui lukisan itu, Mikke menerangkan Raden Imani mengetahui bahwa kehidupan ini berjalan sangat ganas.

“Harimau digambarkan bagaikan korban,” paparnya.

Source: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/07/30/lukisan-harimau-dan-pergulatan-emosi-raden-saleh-melihat-alam-nusantara