Dewa Brahma Berstana Di Pura
BALI EXPRESS, DENPASRA
– Pura adalah tempat ibadah bagi penyembah agama Hindu, khususnya yang ada di Bali. Keberagaman dan fungsinya pun beragam, sebagaimana halnya Pura Dalem yang akrab kaitannya dengan urusan kanuragan, terdaftar kerjakan penekun Ilmu Pangleakan.
Pura berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti baluwarti yang berhubungan dengan kerajaan. Saja di Indonesia, khususnya di Bali, kantung dikonotasikan sebagai gelanggang ibadah. Untuk trik kerajaan, cenderung disebut kastil.
Saking banyaknya pura yang ada , maka Bali dijuluki Pulau Seribu Pura. Selain banyak jumlahnya, jaring-jaring pun plural jenisnya. Salah satu variasi atau golongannya adalah pura Kahyangan Tiga. Sesuai penyebutannya, pundi-pundi Kahyangan Tiga terdiri atas tiga pura, adalah Kantung Desa, Puseh, dan Dalem. Sesuai konsep Tri Murti, Jala-jala Desa adalah stana Sang pencipta yang bermanifastasi sebagai Dewa Brahma dengan faedah penciptaan. Selanjutnya Pura Puseh andai stana Betara Wisnu dengan kuasa pemelihara. Sementara Pura Dalem yakni stana Betara Siwa dengan kuasa pelebur.
Menariknya, di Bali sendiri, ada banyak jenis Jala-jala Dalem lagi. Saja secara mahajana, Pura Dalem ada dua variasi, adalah yang menjadi bagian Kahyangan Tiga dan yang tidak. Galibnya Jaring-jaring Dalem yang selain bagian Kahyangan Tiga merupakan bagian berpokok ki kenangan penguasa pada masa lampau. Sebagai halnya diketahui, gelar ‘Dalem’ adalah gelar cak bagi bangsawan nan secara umum mulai sejak dari Jawadwipa. Yang sama adalah, secara publik keturanan syah yang disebut trah Dalem yakni penganut ajaran Siwa. Lega zaman itu, tajali di Nusantara terdiri atas dua ajaran, yakni Siwa dan Buddha.
Eksklusif lakukan Jaring-jaring Dalem Kahyangan Tiga, keberadaannya erat dengan setra ataupun kuburan dan Pundi-pundi Prajapati. Menurut Jro Mangku Dr. Made Subagia, SH., M.Fil.H, berdasarkan Lontar Siwa Tattwa, Pundi-pundi Dalem , Prajapati, dan Setra tidak bisa dipisahkan. Ketiganya merupakan satu kesatuan. “Itulah putaran berusul satu ketunggalan , karena Prajapati dan Pura Dalem bagian dari konsep purusa lan pradana,” ujarnya kepada Bali Express (Jawa Pos Group) kemarin.
Dijelaskan pinisepuh perguruan Siwa Murti Bali tersebut, Ida Hyang Bhatari Durga berstana di Pura Dalem andai anasir pradana. Selanjutnya di Prajapati berstana Ida Hyang Siwa Brahma Prajapati sebagai unsur Purusa. “Sedangkan Setra adalah tempat penyatuan atau penunggalan energi positif dan negatif Siwa Ludra lan Durga Berawi ,” jelasnya.
Jika kedua kemujaraban yang mahadahsyat tersebut menyatu, menurut Jro Mangku Subagia, akan tercipta keharmonisan dan kesejahteraan di dunia. Ini yakni lambang usia. Ketika dua unsur berbeda, namun berpasangan bergabung, maka akan suka-suka rakitan. “Dengan demikian, setra dipakai pusat maupun centre ngerehang rangda dan barong, termaktub pangliakan,” jelasnya.
Hal itu dikarenakan, nubuat liak alias leak bersumber dari guna Siwa-Durga yang disatukan. Konon privat periode-waktu tertentu, kekuatan purusa Siwa dan khasiat pradana Durga bergabung pada arena yang minimal dianggap angker, yakni pamuhunan maupun tempat pengabenan di setra. Dengan demikian, lakukan orang-orang yang mengamalkan ilham pangliakan atau pangleakan, akan berburu waktu nan tepat tersebut untuk melakukan pengagungan di setra sehingga beruntung rahmat kemujaraban dari Siwa-Durga.
Lebih lanjut, Jro Mangku Subagia yang merupakan empunya klinik Ngurah Medical Centre, Kebo Iwa, tersebut, menjelaskan, letak Pura Dalem cenderung di Selatan desa adat alias desa pakraman karena menurut pangideran Lima Brahma, Betara Brahma sebagai penguasa di arah Selatan. Hal ini kembali terkait dengan Siwa Brahma Prajapati. Dengan demikian, umumnya masyarakat Hindu di Bali saat meninggal, jasadnya akan dibakar di setra. Sesuai tajali Siwaistik, saat seseorang meninggal, diharapkan atmanya bisa bergabung dengan Siwa.
Silam, bagaimana dengan Jaring-jaring Dalem Puri nan cak semau di Besakih? Akademisi IHDN Denpasar tersebut menyatakan, Pura Dalem Kastil berbeda dengan Rajut Dalem kahyangan , sehingga letaknya lain berapit dengan setra dan Prajapati. “Pura Dalem Puri ini adalah hulunya Pura Dalem Kahyangan Tiga, nan cak semau di setiap desa pakraman di Bali,” terangnya.
Dengan demikian, sira mengatakan, jika melangsungkan upacara nuntun betara pitara ke pundi-pundi deifikasi keluarga, yang biasa disebut merajan, tidak harus ke Dalem Puri. “Itu sesungguhnya tidak mutlak harus ke Pura Dalem Kastil,” tegasnya.
Dijelaskan pekerja Ilmu Leak tersebut, Pura Dalem Puri Besakih tergolong rajut nan yaitu stana saktinya atau kekuatan magis religiusnya dari Dewa Siwa yang disebut dengan Uma Dewi atau Dewi Durga. “Karena itu ki masuk Pura Dalem Keraton ini berlembar-lembar dengan ki masuk Pura Penataran Agung Besakih yang berbentuk Candi Bentar,” jelasnya.
Dikatakannya, umat Hindu di Bali yang cenderung menonjolkan Siwa Siddhanta, percaya bahwa roh orang yang sudah lalu meninggal itu semuanya disimbolkan menuju alam menghilang yang disebut Para Loka. “Spirit yang baik itu disimbolkan dan dikabulkan di Pura Dalem Puri. Inilah simbol Sorga,” tandasnya.
BALI EXPRESS, DENPASRA
– Jaring-jaring adalah tempat ibadah kerjakan penganut agama Hindu, khususnya yang suka-suka di Bali. Jenis dan fungsinya pula beragam, seperti halnya Pura Dalem nan hampir kaitannya dengan urusan kanuragan, termasuk untuk penekun Ilmu Pangleakan.
Pura berasal dari bahasa Sanskerta, nan berarti benteng nan berhubungan dengan kerajaan. Tetapi di Indonesia, khususnya di Bali, pura dikonotasikan sebagai tempat ibadah. Untuk pokok imperium, cenderung disebut istana.
Saking banyaknya jaring-jaring yang ada , maka Bali dijuluki Pulau Seribu Pura. Selain banyak jumlahnya, pura juga beragam jenisnya. Salah satu jenis atau golongannya adalah pura Kahyangan Tiga. Sesuai penyebutannya, pura Kahyangan Tiga terdiri atas tiga rajut, yakni Pura Desa, Puseh, dan Dalem. Sesuai konsep Tri Murti, Rajut Desa ialah stana Sang pencipta nan bermanifastasi sebagai Dewa Brahma dengan khasiat invensi. Selanjutnya Pundi-pundi Puseh laksana stana Dewa Wisnu dengan kuasa pemelihara. Sementara Pura Dalem merupakan stana Dewa Siwa dengan kuasa pelebur.
Menariknya, di Bali sendiri, suka-suka banyak jenis Pura Dalem lagi. Namun secara umum, Pura Dalem ada dua jenis, yakni yang menjadi bagian Kahyangan Tiga dan yang enggak. Lazimnya Pura Dalem yang selain bagian Kahyangan Tiga yaitu bagian dari sejarah penguasa puas masa lalu. Seperti diketahui, gelar ‘Dalem’ merupakan gelar bagi bangsawan nan secara awam berpangkal mulai sejak Jawadwipa. Yang sederajat adalah, secara mahajana keturanan raja nan disebut trah Dalem adalah penganut visiun Siwa. Sreg zaman itu, petunjuk di Nusantara terdiri atas dua ajaran, yakni Siwa dan Buddha.
Solo bakal Pura Dalem Kahyangan Tiga, keberadaannya erat dengan setra alias kuba dan Pundi-pundi Prajapati. Menurut Jro Mangku Dr. Made Subagia, SH., M.Fil.H, bersendikan Lontar Siwa Tattwa, Pura Dalem , Prajapati, dan Setra tidak boleh dipisahkan. Ketiganya yakni suatu kesatuan. “Itulah bagian dari satu kesatuan , karena Prajapati dan Pura Dalem bagian semenjak konsep purusa lan pradana,” ujarnya kepada Bali Express (Jawa Pos Group) kemarin.
Dijelaskan pinisepuh perguruan Siwa Murti Bali tersebut, Ida Hyang Bhatari Durga berstana di Pura Dalem andai unsur pradana. Seterusnya di Prajapati berstana Ida Hyang Siwa Brahma Prajapati sebagai unsur Purusa. “Sedangkan Setra merupakan tempat penyatuan atau penunggalan energi positif dan negatif Siwa Ludra lan Durga Berawi ,” jelasnya.
Jika kedua kekuatan yang mahadahsyat tersebut menyatu, menurut Jro Mangku Subagia, akan tercipta kemesraan dan kedamaian di marcapada. Ini adalah lambang nasib. Ketika dua unsur berbeda, tetapi bersampingan menyatu, maka akan cak semau reka cipta. “Dengan demikian, setra dipakai pusat atau centre ngerehang rangda dan barong, termasuk pangliakan,” jelasnya.
Hal itu dikarenakan, ajaran liak atau leak bersumber dari manfaat Siwa-Durga nan disatukan. Konon dalam waktu-waktu tertentu, kekuatan purusa Siwa dan kekuatan pradana Durga menyatu lega tempat yang minimum dianggap angker, yakni pamuhunan atau arena pembakaran mayat di setra. Dengan demikian, bagi orang-orang yang berbuat ajaran pangliakan ataupun pangleakan, akan mengejar waktu yang tepat tersebut bakal mengamalkan pemuliaan di setra sehingga asian anugerah kekuatan berpunca Siwa-Durga.
Lebih lanjur, Jro Mangku Subagia yang merupakan pemilik klinik Ngurah Medical Centre, Kebo Iwa, tersebut, menguraikan, letak Pura Dalem cenderung di Selatan desa adat atau desa pakraman karena menurut pangideran Panca Brahma, Dewa Brahma sebagai penguasa di arah Selatan. Situasi ini kembali terkait dengan Siwa Brahma Prajapati. Dengan demikian, umumnya masyarakat Hindu di Bali saat meninggal, jasadnya akan dibakar di setra. Sesuai ajaran Siwaistik, detik seseorang meninggal, diharapkan atmanya boleh menyatu dengan Siwa.
Lewat, bagaimana dengan Pura Dalem Kastil yang ada di Besakih? Akademisi IHDN Denpasar tersebut menyatakan, Pura Dalem Puri berbeda dengan Pura Dalem kahyangan , sehingga letaknya tidak bersanding dengan setra dan Prajapati. “Pura Dalem Istana ini yaitu hulunya Pura Dalem Kahyangan Tiga, yang ada di setiap desa pakraman di Bali,” terangnya.
Dengan demikian, engkau mengatakan, jika melangsungkan upacara nuntun dewa pitara ke pura pemuliaan anak bini, yang halal disebut merajan, tidak harus ke Dalem Kastil. “Itu sesungguhnya tidak mutlak harus ke Pundi-pundi Dalem Istana,” tegasnya.
Dijelaskan pegiat Mantra Leak tersebut, Pura Dalem Keraton Besakih tergolong pura yang yakni stana saktinya alias kekuatan magis religiusnya berusul Dewa Siwa yang disebut dengan Uma Dewi atau Haur Durga. “Karena itu portal masuk Pundi-pundi Dalem Puri ini berhadap-aribaan dengan pintu masuk Jaring-jaring Penataran Agung Besakih yang berbentuk Candi Bentar,” jelasnya.
Dikatakannya, umat Hindu di Bali yang cenderung menitikberatkan Siwa Siddhanta, percaya bahwa semangat orang yang telah meninggal itu semuanya disimbolkan cenderung kalimantang ki amblas yang disebut Para Loka. “Roh yang baik itu disimbolkan dan diterima di Jaring-jaring Dalem Kastil. Inilah tanda baca Sorga,” tandasnya.
Source: https://baliexpress.jawapos.com/balinese/07/09/2017/menguak-misteri-pura-dalem-bagi-umat-hindu-bali/