Gambar Hewan Badak Bercula Satu
HP Bebas Pulsa : 0800 1234 000
![]() |
Badak jawa |
Goresan Bermutu : Agama ♝ Astronomi ♝ Bahasa ♝ Biografi ♝ Biologi ♝Daftar Isi ♝ Mitologi Yunani ♝ Mukomuko ♝ Nduga ♝Pahlawan Kewarganegaraan ♝ San Marino ♝Sepakbola ♝ Sudan |
Pusat Aji-aji Takrif Judul Topik (Kata sandang) ► A E J S X 1 6 8 |
Sebelumnya ( Bacharuddin Jusuf Habibie ) |
Selanjutnya ( Badan Akreditasi Nasional Perg….. ) |
Rino jawa
Badak jawa | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
![]() Pemburu Eropa dengan badak Jawa yang terbunuh tahun 1895 |
||||||||||||||
Status pelestarian | ||||||||||||||
|
||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
|
||||||||||||||
Logo binomial | ||||||||||||||
Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822[2] |
||||||||||||||
![]()
Arus badak sumbu[3] |
||||||||||||||
Subspesies | ||||||||||||||
Rhinoceros sondaicus annamiticus |
Badak jawa
atau
Badak bercula-suatu kecil
(Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu terbit panca warak yang masih mempunyai. Warak ini ikut ke genus nan sama dengan badak india dan mempunyai kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Rino ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini makin boncel daripada badak india dan bertambah dempet dalam akbar tubuh dengan badak hitam. Matra culanya biasanya kian cacat daripada 20 cm, bertambah kerdil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini kombinasi dihasilkan bentuk laksana pelecok suatu rino di Asia yang terbanyak hambur. Meski disebut “badak jawa”, hewan ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, selama Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya suntuk kritis, dengan hanya terbatas populasi yang ditemukan di dunia netral kadang-kadang, dan tidak mempunyai di tipar hewan. Rino ini prospek adalah binatang menyusui terlangka di bumi.[4]
Populasi 40-50 badak hidup di Taman Kebangsaan Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak sumbu di mayapada nonblok sesekali lainnya berada di Yojana Nasional Cat Tien, Vietnam dengan agak populasi tidak lebih bersumber okta- pada perian 2007. Susutnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang dulu bernilai pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.[4]
Susutnya populasi rino ini juga disebabkan maka dari itu kehilangan habitat, nan terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan susutnya populasi badak jawa dan menghalangi pemulihan.[5]
Tempat yang tersisa semata-mata gemuk di dua kawasan yang dilindungi, cuma badak jawa masih berada puas risiko diburu, peka terhadap problem dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu intern berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan kerjakan berekspansi kedua untuk badak jawa karena jika terjadi serbuan penyakit ataupun bencana mayapada sebagaimana tsunami, letupan dolok berapi Krakatau dan gempa manjapada, populasi warak jawa akan langsung punah.[6]
Selain itu, karena penyerangan langkap (arenga) dan kejuaraan dengan banteng untuk ruang dan perigi, maka populasinya makin terdesak.[6]
Daerah yang diidentifikasikan terjamin dan nisbi dekat merupakan Cagar alam Halimun di Dolok Salak, Jawa Barat yang pernah dihasilkan bentuk sebagai habitat badak Jawa.[6]
Badak sumbu mampu hidup sepanjang 30-45 tahun di mayapada bebas selaras sekali. Badak ini hidup di hutan hujan legok rendah, padang rumput basah dan kewedanan daratan air ampuh akbar. Warak jawa lazimnya berkarakter sepi, kecuali cak bagi perian kenal-mengenal dan menggelembungkan anak, sungguhpun suatu golongan sekali-kali berkecukupan berkumpul di dekat kubangan dan arena mendapatkan mineral. Badak dewasa bukan n kepunyaan hewan pemangsa bagaikan musuh. Badak sumbu biasanya menghindari manusia, doang akan menyerang cucu adam jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung manjapada jarang meneliti hewan itu secara serta merta karena kelangkaan mereka dan keadaan bahaya mengganggu sebuah jenis terancam. Peneliti memanfaatkan kodak dan sampel tahi bagi mengeti kesehatan dan tingkah laku mereka. Rino Jawa makin sedikit dipelajari daripada spesies rino lainnya.
Daftar konten
-
1
Taksonomi dan pencalonan-
1.1
Evolusi
-
1.1
-
2
Deskripsi -
3
Penyebaran dan habitat -
4
Sifat-
4.1
Makanan -
4.2
Reproduksi
-
4.1
-
5
Konservasi-
5.1
Ujung Kulon -
5.2
Cat Tien -
5.3
Di penangkaran -
5.4
Kampanye langkah habitat kedua
-
5.1
-
6
Footnote -
7
Pranala asing
Taksonomi dan penamaan
Penajaman pertama badak jawa diterapkan maka itu penyelidik mayapada dari luar kawasan tersebut pada masa 1787, saat dua hewan ditembak di Jawa. Sumsum badak jawa dikirim pada pemeriksa dunia Belanda Petrus Camper, yang meninggal tahun 1789 sebelum tahu menerbitkan penemuannya bahwa rino Jawa adalah varietas istimewa. Badak jawa lainnya ditembak di Pulau Sumatra oleh Alfred Duvaucel nan mengirim spesimennya ke ayah tirinya, Georges Cuvier, ilmuwan Perancis yang terkenal. Cuvier mengingat-ingat hewan ini sebagai keberagaman tersendiri tahun 1822, dan pada tahun yang sebabat diidentifikasi makanya Anselme Gaëtan Desmarest sebagai
Rhinoceros sondaicus. Spesies ini adalah spesies badak bontot nan diidentifikasi.[7]
Desmarest plong permulaannya mengidentifikasi badak ini berasal pecah Jawa, tetapi nantinya mengubahnya dan mengatakan spesimennya berasal semenjak pulau Jawa.[2]
Nama genusnya
Rhinoceros, yang didalamnya juga n kepunyaan badak India, berusul berpangkal bahasa Yunani:
rhino
berarti
indra, dan
ceros
berarti
tanduk;
sondaicus
berasal berbunga kata Sunda, kawasan yang meliputi pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan kepulauan kecil disekitarnya. Badak Jawa pun disebut badak bercula-satu kecil (sebagai perbedaan dengan rino bercula-suatu akbar, nama lain rino India).
Memiliki tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang masih n kepunyaan, temporer satu subspesies mutakadim punah:
-
Rhinoceros sondaicus sondaicus
, varietas subspesies yang diketahui sebagai
badak gajah Indonesia’
yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya doang sekeliling 40-50 di Yojana Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Suatu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda,
R.s. floweri, tetapi keadaan ini ditampik secara demes.[8]
[9] -
Rhinoceros sondaicus annamiticus
, diketahui sebagai
Badak Jawa Vietnam
maupun
Badak vietnam, yang pernah sukma di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia.
Annamiticus
berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, segi dari panggung semangat spesies ini. Kini populasinya diperkirakan bertambah sedikit bersumber 12, hidup di wana daratan rendah di Taman Kebangsaan Pewarna Tien, Vietnam. Kajian genetika memberi mantan bahwa dua subspesies yang masih mempunyai memiliki leluhur yang setara selang 300.000 dan 2 miliun waktu nan habis.[9]
[10] -
Rhinoceros sondaicus inermis
, diketahui seumpama
Badak jawa india, sangkutan spirit di Benggala hingga Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dekade permulaan musim 1900-an.
Inermis
berarti
tanpa cula, karena karakteristik badak ini ialah cula mungil pada badak dakar, dan tak mempunyai sungu pada betina. Spesimen spesies ini adalah lebah ratulebah yang enggak n kepunyaan cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak mampu dipercaya.[11]
[12]
[13]
Evolusi
Badak India berkomunikasi dekat dengan badak Jawa; mereka merupakan dua anggota keberagaman genus rino.
Pitarah warak pertama mana tahu terbagi dari
Perissodactyl
lainnya pada masa Eosen pertama. Perbandingan DNA mitokondria menerimakan panggung bahwa pitarah warak bertamadun terbagi dari pitarah
Equidae
sekitar 50 juta tahun yang tinggal.[14]
Famili nan masih mempunyai, Rhinocerotidae, pertama kali muncul puas Eosen kesudahan di Eurasia, dan leluhur jenis badak modern terbagi berasal Asia puas permulaan Miosen.[15]
Badak gajah dan badak india ialah semata anggota genus
Rhinoceros
yang pertama kali muncul pada rekaman fosil di Asia sekitar 1,6 juta-3,3 juta periode yang dahulu. Sangka molekul memberikan jebolan bahwa spesies telah terbagi lebih permulaan, sekitar 11,7 juta hari yang lalu.[16]
[14]
Meskipun timbrung ke dalam tipe genus, badak jawa dan India dipercaya tidak berkomunikasi dekat dengan spesies badak lainnya. Pengkajian berbeda telah mengeluarkan dugaan bahwa mereka mana tahu berkomunikasi dekat dengan
Gaindetherium
ataupun
Punjabitherium
nan telah punah. Analisis klad Rhinocerotidae menjodohkan
Rhinoceros
dan
Punjabitherium
yang telah punah pada klad dengan
Dicerorhinus, badak Sumatra. Eksplorasi lain mengusulkan bahwa badak Sumatra bertambah berkomunikasi dekat dengan dua spesies warak di Afrika.[17]
Badak Sumatra mampu terbagi dari rino Asia lainnya 15 juta hari yang lalu.[15]
[4]
Deskripsi
Badak gajah bertambah kecil daripada sepupunya, badak india, dan memiliki akbar tubuh yang erat dengan badak hitam. Tataran fisik rino Jawa (termasuk kepalanya) ki berjebah kian dari 3,1–3,2 m dan mencapai jenjang 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan memiliki berat selang 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian bikin mengumpulkan pengukuran akurat badak gajah bukan ikatan diterapkan dan bukan prioritas.[4]
Tidak n kepunyaan perbedaan akbar selang jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina format tubuhnya rani bertambah akbar. Badak di Vietnam bertambah kecil ketimbang di Jawa sesuai penelitian bukti menempuh foto dan pengukuran punggung mereka..[18]
Seperti sepupunya di India, badak gajah memiliki satu cula (spesies lain memiliki dua cula). Culanya yakni sumbu badak terkecil terbit semua badak, biasanya bertambah sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang selama 27 cm. Badak sumbu jarang memanfaatkan culanya untuk bertarung, doang memanfaatkannya untuk memindahkan selut di kubangan, bakal menyedot tanaman kendati mampu dimakan, dan menelanjangi jalan menempuh vegetasi tebal. Badak Jawa punya bibir panjang, atas dan tahapan yang membantunya mengambil rahim. Gigi serinya panjang dan ekstrem; ketika badak jawa bertempur, mereka memanfaatkan gigi ini. Di genyot gigi kirana, heksa- gigi geraham hierarki digunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti semua badak, badak jawa mempunyai penciuman dan rungu yang tak sukar sebelah namun memiliki rukyah indra penglihatan yang buruk. Mereka diperkirakan semangat selama 30 sampai 45 periode.[18]
Kulitnya nan sedikit berbulu, berwarna abu-serdak atau duli-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan belakang. Kulitnya n kepunyaan hipotetis mosaik alami yang menyebabkan badak memiliki perisai. Pembungkus gala badak Jawa bertambah kecil ketimbang badak india, doang konstan takhlik bentuk pelana pada pundak. Karena risiko mengganggu spesies terancam, badak jawa dipelajari menempuh sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang ditemui, dijaga alias diukur secara serempak.[19]
Pendakyahan dan habitat
Taman Nasional Ujung Kulon di Jawa adalah habitat untuk cirit warak Jawa yang masih hidup.
Sangka yang paling optimistis memperkirakan bahwa lebih adv minim terbit 100 badak gajah masih memiliki di dunia nonblok sama sekali. Mereka dianggap sebagai mamalia yang minimum terancam; meskipun masih punya badak Sumatra yang tempat hidupnya tidak dilindungi sama dengan warak Jawa, dan sejumlah penaung dunia menganggap mereka mempunyai risiko nan lebih akbar. Warak Jawa diketahui masih hidup di dua tempat, Suaka alam Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Ujana Nasional Cat Tien nan terdapat sekitar 150 kilometer arah lor Kota Ho Chi Minh.[9]
[20]
Hewan ini afiliasi menyebar pecah Assam dan Benggala (medan suntuk mereka akan ganti melengkapi selang badak Sumatra dan India di gelanggang tersebut[13]) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung Malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[21]
Badak sumbu kehidupan di hutan hujan dataran sedikit, rumput tinggi dan peraduan alang-alang yang jumlah dengan sungai, dataran air ampuh akbar atau distrik basah dengan besaran genangan selut. Meskipun dalam album badak jawa menyukai provinsi rendah, subspesies di Vietnam terdorong merentang tanah yang makin tahapan (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.[11]
Tempat hidup badak jawa sudah memendek selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekeliling tahun 1000 SM, medan atma di utara badak ini merebak ke Tongkok, tetapi berangkat bangung ke daksina secara kasar puas 0.5 kilometer per periode karena penetap manusia meningkat di wilayah itu.[22]
Warak ini start punah di India plong dekade permulaan zaman ke-20.[13]
Badak jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia perian 1932.[23]
Pada kesudahan perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah terdepan Asia. Pemburu domestik dan penebang hutan di Kamboja mengklaim menyibuk badak gajah di Pegunungan Cardamom, cuma survey pada kawasan tersebut gagal menemukan bukti.[24]
Populasi badak sumbu kembali mungkin mempunyai di pulau Kalimantan, meskipun spesimen tersebut kelihatannya ialah warak Sumatra, populasi kecil yang masih spirit disana.[21]
Sifat
Badak sumbu adalah binatang sunyi dengan pengecualian detik mereka dijadikan bertambah arketipe biak dan apabila seekor inang momong anaknya. Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam golongan katai di tempat mengejar mineral dan kubangan lendut. Berkubang di lunau adalah sifat umum semua badak untuk menjaga hawa tubuh dan mendukung mencegah keburukan dan parasit. Badak sumbu tidak menggali lopak lumpurnya sendiri dan kian gemar memanfaatkan genangan fauna lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memanfaatkan culanya cak bagi memperbesar. Bekas mencari mineral sekali lagi sangat terdahulu karena nutrisi bikin warak dikabulkan berasal garam. Wilayahi jantan makin akbar dibandingkan betina dengan akbar negeri nekat 12–20 km² dan wilayah betina nan diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan bertambah akbar daripada wilayah wanita. Tidak diketahui apakah mempunyai persabungan teritorial.[25]
Bahadur membubuhi cap provinsi mereka dengan timbunan kotoran dan tempias urin. Goresan nan dihasilkan rancangan makanya tungkai di persil dan rol pohon muda juga digunakan kerjakan komunikasi. Anggota spesies rino lainnya memiliki budaya distingtif membuang cair akbar sreg timbunan tahi warak akbar dan habis menggoreskan kaki baliknya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa detik campakkan larutan akbar di tumpukan, tak memainkan garitan. Adaptasi rasam ini diketahui secara ekologi; di rimba hujan Jawa dan Sumatera, cara ini mana tahu tidak bermanfaat untuk menyebar bau.[25]
Rino jawa memiliki bertambah sedikit suara tinimbang warak sumatra; habis abnormal suara badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak memiliki tara alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di Vietnam, adalah varietas nan melarikan diri ke pangan detik manusia mendekat sehingga sulit cak bagi meneliti rino.[5]
Saat manusia sesak rapat persaudaraan dengan badak jawa, rino itu akan dihasilkan rancangan bagaikan agresif dan akan mengkritik, menyangkap dengan gigi serinya di rahang bawah provisional menikam keatas dengan kepalanya.[25]
Kebiasaan anti-sosialnya kelihatannya adalah penyesuaian tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa keberagaman ini rangkaian lebih berkumpul menjadi kerumunan.[9]
Rezeki
Badak jawa yaitu hewan herbivora dan bersantap bermacam-diversifikasi keberagaman tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan akil balig dan buah nan jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh diversifikasi ini bertaruk di kewedanan nan tertular sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-samun dan tipe vegetasi lainnya sonder pohon akbar. Warak menjatuhkan pokok kayu muda bagi menjejak makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya nan mampu memegang. Badak jawa merupakan pemakan yang paling bernas beradaptasi dari semua diversifikasi badak. Warak diperkirakan makan 50 kg makanan saban tahun. Seperti rino Sumatra, diversifikasi warak ini memerlukan garam bakal makanannya. Tempat mencari mineral umum tidak punya di Ujung Kulon, saja badak gajah terpandang minum cairan laut untuk nutrisi sama yang dibutuhkan.[18]
Reproduksi
Sifat seksual badak jawa pelik dipelajari karena spesies ini jarang dijaga secara langsung dan tidak mempunyai kebun hewan nan mempunyai spesimennya. Betina mencapai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun provisional kedewasaan seksual jantan sreg hidup 6. Peluang bikin hamil diperkirakan muncul pada tahun 16-19 bulan. Interval lahir spesies ini 4–5 tahun dan anaknya menciptakan mogok puas masa sekeliling 2 periode. Empat macam badak lainnya mempunyai sifat pasangan yang mirip.[25]
Penjagaan
Lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan warak Jawa.
Faktor utama susutnya populasi badak sumbu adalah perburuan untuk culanya, masalah yang lagi menyerang semua spesies warak. Cula badak dihasilkan kerangka andai komoditas perbelanjaan di Tiongkok selama 2.000 tahun yang digunakan laksana perunding untuk pengobatan tradisional Tiongkok. Secara historis kulitnya digunakan cak bagi menciptakan gaun baja bala Tiongkok dan suku lokal di Vietnam beriman bahwa kulitnya mampu digunakan sebagai penangkal racun untuk bisa ular.[26]
Karena medan hidup warak mencakupi jumlah kawasan kemiskinan, sulit lakukan penduduk bukan membunuh dabat ini nan mampu dijual dengan harga janjang.[22]
Ketika Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora mula-mula mungkin diberlakukan waktu 1975, badak jawa dimasukan kedalam perlindungan Appendix 1: semua bazar internasional barang badak Jawa dianggap gelap.[27]
Survey pasar bawah tangan sumbu badak badak sudah menentukan bahwa badak Asia memiliki harga sebesar $30.000 per kilogram, tiga kali harga cula badak Afrika.[4]
Lenyapnya habitat akhir suatu keadaan pertanaman juga menyebabkan susutnya populasi badak gajah, walaupun hal ini lain pula faktor signifikan karena warak hanya umur di dua taman nasional yang dilindungi. Memburuknya habitat telah membancang pemulihan populasi warak yang merupakan objek perburuan untuk cula. Malah dengan semua usaha konservasi, probabilitas keselamatan badak sumbu kelam. Karena populasi mereka tertutup di dua tempat katai, mereka terlampau rentan penyakit dan masalah perkembangbiakan. Tukang genetika perlindungan mengandaikan bahwa populasi 100 badak terlazim proteksi pembagian genetika spesies.[20]
Ujung Kulon
Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letupan jabal Krakatau masa 1883. Badak Jawa mengkolonisasi lagi semenanjung itu selepas ledakan, tetapi hamba allah tidak pernah lagi pada jumlah nan akbar, sehingga menciptakan sebuah tempat berlindung.[20]
Pada tahun 1931, karena badak sumbu congah di got kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak yaitu diversifikasi yang dilindungi, dan masih tetap dilindungi sampai sekarang.[11]
Pada perian 1967 detik sensus badak diterapkan di Ujung Kulon, saja 25 warak yang mempunyai. Sreg hari 1980, populasi badak makin, dan loyal n kepunyaan lega populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tak punya n antipoda alami, mereka harus berkompetisi untuk memperebutkan pangsa dan sumber yang jarang dengan banteng terlarang dan pohon
Arenga
[6]
yang mampu menyebabkan jumlah warak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.[28]
Ujung Kulon dikelola oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia.[11]
Ditemukan paling sedikit catur orok badak sumbu pada tahun 2006.[29]
[30]
Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berusia sekeliling 4 – 6 bulan, sukses diabadikan oleh skuat WWF plong November 2007. Ketika difoto, jabang bayi badak tersebut masih menyusu ibunya. Kehadiran badak tersebut diketahui momen ditemukan jejak warak bertakaran 15/16 cm di sekitar kawasan arus wai Citadahan pada sungkap 30 Oktober 2007. Peristiwa ini merupakan embaran gembira karena membuktikan keadaan lahir badak hijau di Ujung Kulon.[30]
Cat Tien
Sedikit anggota
R.s. annamiticus
yang primitif jiwa di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak ini pernah menyebar di Asia Tenggara, pasca- perang Vietnam, badak Jawa dianggap punah. Taktik digunakan lega perbangkangan menyebabkan kerusakan ekosistem wilayah: penggunaan Napalm, herbisida dan defolian berpokok Tungkai tangan Layung, pengeboman udara dan penggunaan ranjau darat. Perang lagi membanjiri provinsi dengan senjata. Setelah perang, total penduduk desa miskin, nan sebelumnya memanfaatkan cara seperti lubang perangkap, kini punya senjata mematikan yang menyebabkan mereka dihasilkan bentuk sebagai pemburu badak nan efisien. Dugaan kepunahan subspesies berbintang terang tantangan saat puas tahun 1988, seorang pemburu menembak betina dewasa yang menunjukan bahwa variasi ini sukses selamat dari perang. Pada tahun 1989, ilmuwan meneliti hutan Vietnam selatan lakukan mencari bukti warak lain nan selamat. Jejak kaki warak afiat yang merupakan peruntungan minimum sedikit 15 badak ditemukan di sepanjang sungai Dong Nai.[32]
Karena badak, kawasan gelanggang mereka tinggal dihasilkan gambar sebagai segi Taman Nasional Pewarna Tien masa 1992.[26]Populasi mereka dikhawatirkan susut di Vietnam, dengan pelindung dunia memperkirakan bahwa minimum sedikit 308 warak yang mungkin tanpa jantan selamat.[29]
[20]
[5]
[33]
Di pembiakan
Bukan punya satupun badak Jawa di tegal hewan. Pada tahun 1800-an, minimum terbatas empat warak dipamerkan di Adelaide, Kolkata dan London. Paling adv minim 22 rino Jawa telah didokumentasikan sudah disimpan di pemijahan, dan mungkin bahwa jumlahnya bertambah akbar karena spesies ini kadang-kadang salah ditafsirkan dengan badak India.[34]
Badak Jawa tidak pernah ditangani dengan tidak runyam sebelah di penangkaran: rino tertua yang hidup hanya mencapai usia 20 tahun, selingkung sekelumit terbit kehidupan yang berlimpah dicapai badak di dunia objektif sesekali. Warak Jawa keladak yang mempunyai di pembiakan mati di Huma Dabat Adelaide, Australia tahun 1907, tempat macam tersebut adv minim diketahui karena telah ditunjukan sebagai badak India.[18]
Akhir suatu keadaan dari programa tangga dan mahal periode 1980-an dan 1990-an untuk mengembangbiakan badak Sumatra di kebun satwa gagal, usaha bakal melindungi badak Jawa di kebun hewan tak gemuk dipercaya.[4]
Usaha persiapan habitat kedua
Badak Jawa nan hidup berkumpul di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang berlimpah diakibatkan oleh serangan penyakit, gangguan bumi seperti tsunami, ledakan gunung Krakatau, gempa bumi. Selain itu, badak ini juga kekurangan pangsa jelajah dan sumber penutup suatu keadaan invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng.
Penelitian permulaan WWF mengidentifikasi habitat yang cocok, terjamin dan relatif dekat adalah Ujana Nasional Halimun di Bukit Salak, Jawa Barat, nan lalu juga merupakan habitat badak gajah. Jika habitat kedua ditemukan, maka badak yang sehat, tidak berat sebelah, dan memenuhi kriteria di Ujung Kulon akan dikirim ke wilayah yang baru. Habitat ini pun akan menjamin keamanan populasinya.[6]
Footnote
-
^
Berbintang terang Rhino Specialist Group (1996).
Rhinoceros sondaicus.
2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 Mei 2006. Didaftarkan berstatus reaktif (CR C2a v2.3) -
^
a
b
Rookmaaker, L.C. (1982). “The type locality of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus
Desmarest, 1822)”.
Zeitschrift fur Saugetierkunde
47
(6): 381–382.
-
^
Peta berasal dari atlas di Foose dan Van Strien (1997). Peta ini tidak memasukan populasi probabilitas di Kalimantan yang dideskripsikan oleh Cranbook dan Piper (2007). -
^
a
b
c
d
e
f
Dinerstein, Eric (2003).
The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-08450-1.
-
^
a
b
c
Santiapillai, C. (1992). “Javan rhinoceros in Vietnam”.
Pachyderm
15: 25–27.
-
^
a
b
c
d
e
“Mempersiapkan rumah kedua badak jawa”.
WWF. 12 Juni 2007. Retrieved 2007-10-16.
-
^
Rookmaaker, Kees (2005). “First sightings of Berbahagia rhinos”. In Fulconis, R.
Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. p. 52.
-
^
Asian Rhino Specialist Group (1996). “Rhinoceros sondaicus ssp. sondaicus”.
IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.
Diakses pada 16 Oktober 2007. -
^
a
b
c
d
Fernando, Prithiviraj; Gert Polet, Nazir Foead, Linda S. Ng, Jennifer Pastorini, and Don J. Melnick (Juni 2006). “Genetic diversity, phylogeny and conservation of the Javan hinoceros (Rhinoceros sondaicus)”.
Conservation Genetics
7
(3): 439–448.
-
^
Mendapat habuan Rhino Specialist Group (1996). “Rhinoceros sondaicus ssp. annamiticus”.
IUCN Red List of Threatened Species. Version 2007. International Union for Conservation of Nature. Retrieved 16 Oktober 2007.
Diakses sreg 16 Oktober 2007. -
^
a
b
c
d
Foose, Thomas J.; Nico van Strien (1997),
Mendapat habuan Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK, ISBN 2-8317-0336-0
-
^
Rookmaaker, Kees (1997). “Records of the Sundarbans Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus inermis) in India and Bangladesh”.
Pachyderm
24: 37–45.
-
^
a
b
c
Rookmaaker, L.C. (Juni 2002). “Historical records of the Javan rhinoceros in North-East India”.
Newsletter of the Rhino Foundation of Nature in North-East India
(4): 11–12.
-
^
a
b
Xu, Xiufeng; Axel Janke, and Ulfur Arnason. “The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros,
Rhinoceros unicornis, and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea)”.
Molecular Biology and Evolution
13
(9): 1167–1173. Retrieved 2007-11-04.
-
^
a
b
Lacombat, Frédéric (2005). “The evolution of the rhinoceros”. In Fulconis, R.
Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 46–49.
-
^
Tougard, C.; N. Delefosse, C. Hoenni, and C. Montgelard (2001). “Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome b and 12s rRNA genes”.
Molecular Phylogenetics and Evolution
19
(1): 34–44.
-
^
Cerdeño, Esperanza (1995). “Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla)”.
Novitates
(American Museum of Natural History) (3143). ISSN 0003-0082. Retrieved 2007-11-04.
-
^
a
b
c
d
van Strien, Nico (2005). “Javan Rhinoceros”. In Fulconis, R.
Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6. London: European Association of Zoos and Aquaria. pp. 75–79.
-
^
Munro, Margaret (10 Mei 2002). “Their trail is warm: Scientists are studying elusive rhinos by analyzing their feces”.
National Post.
-
^
a
b
c
d
Derr, Mark (July 11, 2006). “Racing to Know the Rarest of Rhinos, Before It’s Too Late”.
The New York Times
. Retrieved 2007-10-14.
-
^
a
b
Cranbook, Earl of; Philip J. Piper (2007). “The Javan Rhinoceros
Rhinoceros Sondaicus
in Borneo”.
The Raffles Bulletin of Zoology
(University of Singapore)
55
(1): 217–220. Retrieved 2007-11-04.
-
^
a
b
Corlett, Richard T. (2007). “The Impact of Hunting on the Mammalian Fauna of Tropical Berkat Forests”.
Biotropica
39
(3): 202–303.
-
^
Ismail, Faezah (9 Juni 1998). “On the horns of a dilemma”.
New Straits Times.
-
^
Daltry, J.C.; F. Momberg (2000).
Cardamom Mountains biodiversity survey. Cambridge: Fauna and Flora International.
-
^
a
b
c
d
Hutchins, M.; M.D. Kreger (2006). “Rhinoceros behaviour: implications for captive management and conservation”.
International Zoo Yearbook
(Zoological Society of London)
40: 150–173.
-
^
a
b
Stanley, Bruce (1993-6-22). “Scientists Find Surviving Members of Rhino Species”.
Associated Press.
-
^
Emslie, R.; M. Brooks (1999),
African Rhino. Status Survey and Conservation Action Plan., IUCN/SSC African Rhino Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, ISBN 2831705029
-
^
Dursin, Richel (16 Januari 2001). “Environment-Indonesia: Javan Rhinoceros Remains At High Risk”.
Inter Press Service.
-
^
a
b
Williamson, Lucy (1 September, 2006). “Baby boom for near-extinct rhino”.
BBC News
. Retrieved 2007-10-16.
-
^
a
b
“Tustel Intai WWF Sukses Abadikan Foto Indung Badak Jawa dan Anaknya”.
WWF. 16 Januari 2008. Retrieved 2007-10-16.
-
^
“Pertumbuhan Populasi Badak sumbu di Semenanjung Ujung Kulon berpangkal Data Hasil Sensus (1967 – 1993)”. Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
-
^
Raeburn, Paul (24 April, 1989). “World’s Rarest Rhinos Found In War-Ravaged Region of Vietnam”.
Associated Press.
-
^
“Javan Rhinoceros; Rare, mysterious, and highly threatened”.
World Wildlife Fund. 2007-3-28. Retrieved 2007-11-04.
-
^
Rookmaaker, L.C. (2005). “A Javan rhinoceros,
Rhinoceros sondaicus, in Bali in 1839″.
Zoologische Garten
75
(2): 129–131.
Pranala asing
- Gambar Badak Jawa di Rhino Resource Center
- Badak sumbu di situs WWF
- International Rhino Foundation didirikan bakal proteksi badak: Badak Jawa
- ARKive – gambar dan film badak gajah
(Rhinoceros sondaicus) - Benang jenis Badak jawa di UNEP & WCMC
Badak |
|
---|---|
Badak Steril · |
Home
Acara Kuliah Pagi (Perkuliahan Online)
Pendaftaran Online
|
|
▼ | Tujuan |
▼ | Pendahuluan |
▼ |
Pendaftaran Mhs Baru
|
▼ | Permohonan Darmasiswa |
▼ | Lokasi & Denah Kampus |
Garitan Bermutu
|
♝ Budaya ♝ Ekonomi ♝ Elektronika ♝ Film ♝ Metafisika ♝ Fisika ♝ Ilmu permukaan bumi ♝ Mulut sungai Bungo ♝ Mukomuko ♝ Samoa ♝ Sierra Leone |
♝ | Daftar Website Program Reguler |
♝ | Daftar Website Acara Pascasarjana (Magister, S2) |
♝ | Daftar Website Perkuliahan Tenaga kerja |
♝ | Daftar Website Kelas Paralel |
♝ | Daftar Website Seluruh PTS |
Pandemi Global
Virus Korona
di
Dunia
,
saban Negara
,
per Hari
♚
Indonesia
,
per Provinsi
,
per Kabupaten
♚
Jakarta
,
per Kecamatan
,
per Kelurahan
Covid
Papua Barat,
Sumatera Selatan,
DI Yogyakarta
Corona
Sorong Selatan,
Banyuasin,
Gunung Kidul,
Cilincing,
Kalibaru (Mungkin Bau kencur)
(+ Tanya Jawab Terdahulu)
Kodepos Seluruh Indonesia
https://m.kodepos.nomor.ambai
Poin Kepadaan Gizi
(AKG)
Sebidang Lahan Cianjur
Dijual Murah
Rp. 250 Ribu Masing-masing Meter (Bisa Nego)
Cianjur, Puncak Jawa Barat
Klik di bawah ini
untuk mengaram apartemen ini di:
✿
Informasi Lengkapnya
Hubungi Langsung Pemilik
(Tanpa Perantara) HP/WA :
081111048 24 / 25 / 26 / 27,
0855 9909 673
Gilland Peruntungan
Tags (tagged): badak, jawa, unkris, 2, 3, 1, klasifikasi, ilmiah, kekaisaran, animalia, filum, chordata, sumatra, masuk, ke, privat, subspesies, berbeda, r, s, adv minim, jukut, tinggi, tempat, tidur, alang, ilegal, 27, survey, pasar, gelap, sumbu badak, sudah, menentukan, pusat, guna-guna, siaran, 1822, zeitschrift, fur, saugetierkunde, 47, 6, 381, 382, peta, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia
Covid
Papua Barat,
Sumatera Selatan,
DI Yogyakarta
Corona
Sorong Selatan,
Banyuasin,
Gunung Selatan,
Cilincing,
Kalibaru (Kali Yunior)
Source: http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Badak-Jawa-Bercula-Satu_27482_p2k-unkris.html