Gambar Percobaan Korosi Pada Paku
KATA PENGANTAR
Puji terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, nan selalu meneteskan karunia-Nya, kepada seluruh umat orang, yang atas izin-Nya sehingga penyadur bakir menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “KOROSI” ini boleh selesai tepat puas
waktunya.
Sependapat dengan dinamika nasion ini masih terus berburu cara yang lebih efektif cak bagi menghasilkan generasi bau kencur yang cerdas, maka semenjak itu carik mendukung semua itu dengan cara berburu sesuatu yang jarang ditampilkan dan banyak dipertanyakan pelecok satunya dengan membuat makalah ini, yang dapat bermanfaat dengan berbagai pokok masalah.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat mengembangkan pemberitaan sains khususnya kimia para kaum pelajar lakukan lebih maju dan menerapkannya privat usia sehari-hari.
Kemudian tak lalai kami tuturkan songsong rahmat kepada semua pihak yang sudah mendukung dan membimbing penulis, kepada :
Penyuluh kami, Dra. Wahidah Arsjad
Saya ingat bahwa penelitian ilmiah nan katib cak bagi ini, masih banyak memiliki kekurangan. Makanya karena itu, celaan dan saran dari berbagai pihak buat reformasi isi penelitian ini, kami sambut
dengan demen hati.
Makassar, 3 November 2022
KATA PE
Puji terima kasih dabir panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang besar perut meruahkan karunia-Nya, kepada seluruh umat manusia, yang atas izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini nan berjudul “KOROSI” ini dapat selesai tepat sreg
waktunya.
Sejalan dengan dinamika bangsa ini masih terus berburu prinsip yang lebih efektif untuk menghasilkan generasi hijau yang cerdas, maka dari itu penulis mendukung semua itu dengan cara mencari sesuatu nan musykil ditampilkan dan banyak dipertanyakan keseleo satunya dengan membuat kertas kerja ini, yang dapat penting dengan berbagai macam pokok masalah.
Dengan adanya kertas kerja ini, semoga dapat mengembangkan pengetahuan sains khususnya ilmu pisah para kaum pelajar cak bagi makin maju dan menerapkannya privat umur sehari-hari.
Kemudian bukan lalai kami tuturkan terima hadiah kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing perekam, kepada :
Pembimbing kami, Dra. Wahidah Arsjad
Saya sadar bahwa penekanan ilmiah yang carik buat ini, masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran berpunca berbagai rupa pihak untuk pembaruan isi pendalaman ini, kami sambut
dengan senang lever.
Perekam
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………………………………………………………………….
1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………………
2
Ki I
PENDAHULUAN
A.
Parasan Belakang………………………………………………………………………………………………………….. 3
B.
Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………………… 3
C.
Manfaat ……………………………………………………………………………………………………………………… 3
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.
Pengertian Korosi …………………………………………………………………………………………………… 4
B.
Penyebab Korosi …………………………………………………………………………………………………….. 4
C.
Mekanisme / Proses Terjadinya Korosi puas Besi ………………………………………….. 7
D.
Dampak Korosi ………………………………………………………………………………………………………… 8
E.
Pengendalian / Cara Pencegahan Korosi……………………………………………………………. 9
BAB III
METODE Penyelidikan
A.
Perabot dan Bahan ……………………………………………………………………………………………………….. 12
B.
Kaidah kerja ………………………………………………………………………………………………………………… 12
C.
Waktu dan Bekas ………………………………………………………………………………………………… 12
Gapura IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil ………………………………………………………………………………………………………………………….. 13
B.
Pembahasan ……………………………………………………………………………………………………………. 13
Gapura V
PENUTUP
A.
Inferensi ……………………………………………………………………………………………………………… 14
B.
Saran …………………………………………………………………………………………………………………………. 15
C.
Tambahan ………………………………………………………………………………………………………………….. 16
Gapura I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Internal bahasa sehari-tahun korosi dikenal dengan perkaratan yakni sesuatu yang sanding dianggap umpama musuh masyarakat masyarakat. Karat merupakan sebutan bakal korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala negatif yang mempengaruhi damping semua logam. Besi ialah keseleo satu dari banyak keberagaman ferum yang mengalami korosi, tidak perlu diingkari bahwa besi itu secepat-cepatnya menimbulkan korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat intim dianggap sama. Korosi dikenal mudarat karena bersifat merusak logam dan membahayakan. Oleh karena itu, dengan pentingnya mempelajari penangkalan korosi, percobaan bisa jadi ini difokuskan oleh masalah tersebut dan akan dipaparkan hal apa sajakah yang dapat menghambat terjadinya korosi.
B.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bermaksud bagi :
1.
Mengetahui paku lega gelas manakah nan menjadi berkarat.
2.
Faktor-faktor apa doang nan menyebabkan paku berkarat.
3.
Cara pencegahan korosi plong besi.
C.
Manfaat
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapakan akan diperoleh arti sebagai berikut :
1.
Dapat memahami sifat dari bermacam rupa bahan terhadap ferum.
2.
Dapat menambah permakluman mengenai korosi (karat).
3.
Dapat melatih siswa sebaiknya terampil dalam melakukan kegiatan praktikum.
Ki II
KAJIAN TEORITIS
A.
Pengertian Korosi
Korosi yakni proses perubahan logam menjadi senyawa, terutama terjadi dalam dalam lingkungan yang mengandung air atau peristiwa teroksidasinya suatu besi oleh gas oksigen di udara. Korosi adalah kerusakan atau degradasi
logam
akibat reaksi
redoks
antara suatu besi dengan berbagai zat di lingkungannya nan menghasilkan campuran-fusi nan lain dikehendaki. Internal bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling konvensional adalah perkaratan metal.
Sreg peristiwa korosi, logam mengalami
oksidasi
, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi
. Karat ferum umumnya yaitu faktual oksida atau karbonat. Rumus kimia karat ferum ialah Fe2Udara murni3.nH2Ozon, satu zat padat nan berwarna coklat-biram.
Korosi merupakan proses
elektrokimia
. Puas korosi besi, bagian tertentu dari ferum itu bertindak misal
anode
, di mana logam mengalami oksidasi.
Fe
(s)
<–> Fe2+
(aq)
+ 2e
Elektron nan dibebaskan di anode bergerak ke bagian lain berusul metal itu yang bertindak sebagai
katode
, di mana oksigen tereduksi.
O2(g)
+ 4H+
(aq)
+ 4e <–> 2H2O
(l)
atau O2(g)
+ 2H2O
(l)
+ 4e <–> 4OH–
(aq)
Ion metal(II) yang terjaga pada anode seterusnya teroksidasi membuat ion ferum(III) yang kemudian membentuk fusi oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai putaran mana berbunga besi itu yang bermain laksana anode dan episode mana yang bertindak perumpamaan katode, bergantung pada bermacam rupa faktor, misalnya zat pengotor ataupun perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan laksana gempuran yang negatif ferum karena logam bereaksi secara
kimia
ataupun
elektrokimia
dengan lingkungan. Ada definisi tidak yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan berusul proses
ekstraksi
metal dari bijih
mineralnya
. Contohnya, bijih mineral logam
metal
di alam netral ada intern bentuk
senyawa
besi oksida
atau
besi sulfida
, pasca- diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan metal yang digunakan bagi pembuatan
jamur
atau
baja senyawa
. Selama penggunaan, pupuk tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (pun menjadi sintesis besi oksida).
Deret Volta
dan
syariat Nernst
akan kontributif untuk boleh mengarifi kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti mana ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida bisa mencegat beda
potensial
terhadap
elektroda
lainnya nan akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
B.
Penyebab Korosi
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya korosi, yaitu:
1.
Ibun
Dilihat berpokok reaksi yang terjadi pada korosi, air ialah riuk satu faktor terdahulu kerjakan berlangsungnya proses korosi. Gegana yang banyak mengandung ibun (lembab) akan menyegerakan berlangsungnya proses korosi.
2.
Oksigen
Udara yang banyak mengandung tabun oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi. Korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O).
Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung paduan karbonium yang menyebar secara tidak merata n domestik ferum tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara zarah logam dengan zarah karbon (C). Atom ferum besi (Fe) bertindak sebagai anode dan unsur C laksana katode. Oksigen dari udara yang sagu belanda privat air akan tereduksi, padahal air koteng berfungsi sebagai media wadah berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami interelasi dengan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi lega satah logam tersebut.
3.
Larutan Garam
Elektrolit (bersut alias garam) merupakan wahana yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan angin dan air laut merupakan korosi yang penting.
4.
Permukaan metal
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya rival-kutub muatan, yang akhirnya akan berlaku seumpama anode dan katode. Rataan besi yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi susah terjadi, sebab runyam terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.
5.
Keberadaan zat pengotor
Zat Pengotor di satah besi dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi lampiran sehingga lebih banyak zarah besi yang teroksidasi. Seumpama paradigma, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam congah membangatkan reaksi reduksi tabun oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.
6.
Kontak dengan elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam kerumahtanggaan air laut dapat menggesakan laju korosi dengan menaik terjadinya reaksi pelengkap. Sedangkan pemusatan elektrolit yang ki akbar dapat berbuat laju diseminasi elektron sehingga korosi meningkat.
7.
Temperatur
Suhu mempengaruhi kelajuan reaksi redoks pada hal korosi. Secara umum, semakin tinggi master maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat sekali lagi energi gerak anasir sehingga prospek terjadinya cak bertubrukan efektif pada reaksi redoks semakin lautan. Dengan demikian laju korosi lega logam semakin meningkat. Bilyet korosi yang disebabkan maka itu pengaruh hawa dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin nan dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan maupun dikenai menggiurkan secara langsung (seperti mesin alat angkut bermotor).
8.
Tingkat keasaman (pH)
Situasi korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin lautan, karena adanya reaksi rabat adendum nan berlangsung plong katode adalah:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi diskon apendiks pada katode menyebabkan lebih banyak anasir metal yang teroksidasi sehingga laju korosi pada meres metal semakin raksasa.
9.
Metalurgi
·
Permukaan logam.
Permukaan ferum yang lebih garang akan menimbulkan cedera potensial dan memiliki mode lakukan menjadi anode nan terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi.
·
Sekuritas galvanic coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya zarah-unsur elemen enggak yang terwalak pada logam tersebut sehingga menembakkan terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara zarah-atom elemen logam yang farik dan terdapat pada permukaan logam dengan otentisitas invalid. Bilyet ini memicu korosi pada permukaan ferum melalui kenaikan reaksi oksidasi sreg daerah anode.
10.
Mikroba
Adanya daerah jajahan mikroba lega satah logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada ferum. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut berpunya mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bakal keberlangsungan hidupnya. Bibit penyakit nan mampu menyebabkan korosi, antara enggak: protozoa, bakteri logam mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi welirang-sulfida.
C.
Mekanisme / Proses Terjadinya Korosi pada Besi
Besi merupakan sasaran terdahulu bikin heterogen konstruksi maka pengendalian korosi menjadi lewat berguna. Lakukan dapat mengendalikan korosi tentu harus mengetahui bagaimana mekanisme korosi sreg besi. Korosi tergolong proses elektrokimia, seperti mana yang ditunjukkan pada Gambar.
|
Gambar. Proses korosi lega ferum. |
Besi punya permukaan lain halus akibat komposisi yang tak sempurna, juga akibat perbedaan voltase rataan yang menimbulkan potensial sreg kewedanan tertentu lebih tinggi dari daerah lainnya. Pada daerah anodik (kawasan permukaan yang bersentuhan dengan air) terjadi pembauran elemen-atom ferum disertai pelepasan elektron membentuk ion Fe2+ yang larut intern air.
Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e–
Elektron yang dilepaskan mengalir melewati logam, sebagaimana elektron bersirkulasi melalui rangkaian luar pada lembaga pemasyarakatan volta menuju daerah katodik sebatas terjadi korting gas oksigen dari udara:
Udara murni2(g) + 2H2O(g) + 2e–
→ 4OH–(aq)
Ion Fe2+ yang larut dalam tetesan air bergerak menuju daerah katodik, sebagaimana ion-ion melewati jembatan garam intern
sel volta
dan bereaksi dengan ion-ion OH– membentuk Fe(OH)2. Fe(OH)2 yang terdidik dioksidasi maka dari itu oksigen membuat karat.
Fe2+(aq) + 4OH–(aq) → Fe(OH)2(s)
2Fe(OH)2(s) + O2(g) → Fe2O3.nH2Ozon(s)
Reaksi keseluruhan pada korosi besi adalah bak berikut (lihat mekanisme pada gambar)
4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l) |
→ |
2Fe2Udara murni3.nH2O(s) |
Karat |
Akibat adanya migrasi ion dan elektron, karat sering terjaga sreg daerah yang asa jauh dari permukaan besi yang terkorosi (korok). Corak sreg karat berbagai macam mulai bersumber warna kuning hingga cokelat abang bahkan sampai berwarna hitam. Corak ini mengelepai pada jumlah anasir H2O nan terikat pada karat.
|
Gambar. Mekanisme korosi pada logam. |
Kencana dengan potensial reduksi tolok 1,5 V lebih besar dibandingkan potensial diskon standar tabun O2 (1,23 V) sehingga emas tidak terkorosi di peledak melangah. Di alam emas terletak andai logam suci.
D.
Dampak Semenjak Korosi
Karatan adalah ferum nan mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada besi/kawul disebut karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap suatu varietas metal saja yaitu baja/besi, sedangkan secara publik istilah karat lebih tepat dikatakan korosi . Korosi didefinisikan sebagai degenerasi material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Korosi merupakan merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang
bersifat alamiah dan berlanjut dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tak boleh dicegah atau dihentikan setolok sekali. Korosi saja
bisa dikendalikan ataupun diperlambat lajunya sehingga memperlambat pengkaratan. Dilihat dari aspek elektrokimianya, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron terbit dari besi kelingkungannya. Logam dolan
sebagai kerangkeng yang menyerahkan elektron dan lingkungannya misal penerima
elektron. Reaksi nan terjadi pada ferum nan mengalami korosi yakni reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam sagu belanda kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi dimana ion-ion berbunga lingkungan mendakati ion besi dan menjalin elektron-elektron yang teringal sreg logam. Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar formal.
Dampak nan ditimbulkan korosi dapat berupa kecelakaan langsung dan tidak langsung. Kerugian sederum dapat berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau struktur bangunan. Sedangakan kerugian tidak spontan, berupa terhentinya produktifitas/ aktifitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak kaibat korosi, kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada bandela, tangki bahan bakar atau jaringan gudu-gudu air polos atau petro yunior, terakumulasinya komoditas korosi pada perlengkapan perombak panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panas dan lain sebagainya. Bersendikan kondisi lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan bak korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, dan korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka. Dan korosi guru tangga yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 5000C.
E.
Pengendalian / Prinsip Pencegahan Korosi
Korosi metal tidak bisa dicegah, namun dapat dikendalikan seminimal kelihatannya. Ada tiga metode umum untuk mengendalikan korosi, adalah pelapisan (coating), konservasi katodik, dan penambahan zat inhibitor korosi.
·
Metode Penahapan (Coating)
Metode pelapisan adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan menerapkan suatu sepuhan lega meres logam ferum. Misalnya, dengan pengecatan atau penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya memperalat logam krom maupun timah. Kedua ferum ini bisa membentuk lapisan oksida yang resistan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan salutan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi seterusnya.
Ferum seng pun digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak mewujudkan lapisan oksida seperti plong krom maupun timah, melainkan berkorban demi besi. Seng yakni ferum nan kian reaktif dari metal, seperti mana bisa dilihat berbunga potensial segumpal reaksi oksidasinya:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e– |
Eudara murni |
Fe(s) → Fe2+(g) + 2e– |
Eo |
Maka itu karena itu, seng akan terkorosi terlebih lewat daripada besi. Sekiranya pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat pecah situasi halal (tanpa seng). Paduan logam juga ialah metode buat mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas jamur karbon yang mengandung sejumlah mungil
krom dan nikel. Kedua metal tersebut membentuk lapisan oksida yang
mengubah potensial diskon baja menyerupai resan logam sani sehingga
tidak terkorosi.
·
Preservasi Katodik
Proteksi katodik adalah metode nan sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti hokah ledeng, pipa pertamina, dan tanki penabung BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan gudu-gudu besi. Oleh karena besi Mg adalah reduktor yang lebih reaktif dari logam, Mg akan teroksidasi terlebih habis. Jika semua metal Mg telah menjadi oksida maka besi akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan puas Gambar.
|
Gambar. Proses katodik dengan menggunakan logam Mg. |
Reaksi nan terjadi dapat ditulis sebagai berikut.
Anode |
: |
2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e– |
Katode |
: |
O2(g) + 2H2O(l) + 4e– |
Reaksi |
: |
2Mg(s) + Ozon2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s) |
Maka itu sebab itu, metal magnesium harus buruk perut diganti dengan nan baru dan cangap diperiksa agar jangan sampai adv amat karena berubah menjadi hidroksidanya.
·
Penambahan Inhibitor
Inhibitor yaitu zat kimia nan ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan kadar terlampau kecil (ukuran ppm) kepentingan mengendalikan korosi. Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor senyawa, dan inhibitor teradsorpsi.
Ø
Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik yaitu senyawa ilmu pisah nan mengendalikan korosi dengan pendirian hadang transfer ion-ion logam ke dalam air. Abstrak inhibitor anodik yang banyak digunakan ialah senyawa kromat dan senyawa molibdat.
Ø
Inhibitor Katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menyergap salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Ideal inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.
Ø
Inhibitor Campuran
Inhibitor sintesis mengatasi korosi dengan pendirian menahan proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Lega umumnya inhibitor jual beli berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Lengkap inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.
Ø
Inhibitor Teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya sintesis organik yang boleh mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara mewujudkan film tipis yang teradsorpsi pada permukaan metal. Contoh tipe inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
Gerbang III
METODE Penggalian
A.
Alat dan Incaran
·
Gelas 10 buah
·
Paku
10 buah
·
Plastik (sebagai penutup beling)
·
Patra petak
·
Air enggak dimasak
·
Air sudah dimasak
·
Cuka
·
Minyak manis
·
Air laut
·
Air sumur
·
Air hujan
B.
Prinsip kerja
1.
Siapkan 10 biji kemaluan beling plastik yang mutakadim dibersihkan.
2.
Isi 1 biji pelir paku kedalam masing-masing gelas yang telah disiapkan. Selepas itu, masukkan larutan nan sudah ditentukan n domestik setiap gelas yang mana gelas 1 air tak dimasak, gelas 2 air sudah lalu dimasak, gelas 3 cuka, gelas 4 minyak tanah, gelas 5 minyak goreng, gelas 6 air laut, kaca 7 air sumber, gelas 8 air hujan, beling 9 tanpa air, gelas 10 air lain dimasak privat keadaan tertutup (minus udara).
3.
Pasrah identitas pada setiap gelas plastik.
4.
Simpan ditempat yang aman.
5.
Mengamati transisi paku sepanjang 3 hari.
C.
Waktu dan Medan
Waktu
: Kamis-sabtu, 27-29 oktober 2022
Tempat
: Kediaman Azzahra, Jalan Balana II No. 23
Portal IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
||
1 |
Air tidak dimasak |
|
|
|
|
|
|
2 |
Air telah dimasak |
|
|
|
|
|
|
3 |
Cuka |
|
|
|
|
|
|
4 |
Patra tanah |
|
|
|
|
|
|
5 |
Minyak goreng |
|
|
|
|
|
|
6 |
Air laut |
|
|
|
|
|
|
7 |
Air sumur |
|
|
|
|
|
|
8 |
Air hujan angin |
|
|
|
|
|
|
9 |
Gelas terbuka sonder air |
|
|
|
|
|
|
10 |
Gelas berisi air tertutup (tanpa udara) |
|
|
|
|
|
|
Maklumat:
–
: Bukan Bermeduk
+
: Sedikit Berkerak
+ +
: Sangka Berkerak
+ + +
: Banyak Berpuyan
B.
Pembahasan
Bersumber hasil pengamatan selama 3 hari saya mendapati bahwa sreg beling plastik sakti cuka, patra tanah, lisah, tanpa air lain terjadi korosi sedikit pun sedangkan puas kaca plastik yang kebal air plonco, air yang sudah dimasak, air laut, air sumur, air hujan abu, dan air yang ditutup tanpa udara) mengalami korosi plong pakis dan membuat air pada paku tersebut berubah warna menjadi asfar.
Setelah di bandingkan secara keseluruhan ternyata pakis yang tidak kejangkitan air lain mengalami korosi.
BAB V
PENUTUP
1.
Deduksi
Mulai sejak hasil praktikum tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa paku yang bukan mengalami korosi terjadi plong paku yang mewah pada beling plastik mandraguna cuka, patra kapling, minyak goreng, situasi ini boleh terjadi karena tidak ada afiliasi langsung antara oksigen dan air.
Kemudian dari praktek tersebut di benarkan bahwa keseleo satu faktor korosi adanya kontak antara peledak dan air. Agar bukan terjadi korosi lega ferum jangan hingga besi terkontaminasi dengan air alias enceran yang dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi dapat berkarat. Takdirnya kita menghindarkan besi dari air, maka besi tidak boleh bereaksi dengan oksigen yang dapat membuatnya berdanur.
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang berkepribadian asam, merupakan oksida-kosida berikut akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Ion Fe teroksidasi mewujudkan Fe2+ atau Fe3+
sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan rata-rata dengan ion H+ berpunca reaksi air hujan abu dan dengan gas-tabun pencemar (SOx,
NOx). Selanjutnya oleh oksigen di udara metal (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi intiha terpelajar Fe2O3.x(H2O).
Faktor – Faktor yang Dapat Mempercepat Terjadinya Korosi antara lain, merupakan:
1.
Elektrolit
2.
Permukaan Logam
Faktor – Faktor yang Dapat Memperlambat Terjadinya Korosi antara bukan, yaitu:
1.
Tempatkan di lingkungan yang gersang dan tak lembab.
2.
Usahakan untuk mengerudungi tempat tersebut
3.
Tambahkan bahan-korban yang bertabiat dapat meyerap uap air yang terasuh n domestik wadah, semisal kapas atau kain yang kering. Di pabrik banyak digunakan silika gel sebagai bahan pengering untuk menyerap kelembaban.
Cara Mengatasi Korosi ialah:
1.
Sacrificial Protection (Pengorbanan Anode)
2.
Cromium Plating (Penahapan Dengan Kromium)
3.
Galvanisasi (Pelapisan Dengan Zink)
4.
Tin Plating (Pelapisan Dengan Timah)
5.
Dibalut Dengan Plastic
6.
Lumang Dengan Oli Atau Petro
7.
Dicat
2.
SARAN
Setiap mengamalkan praktikum diharapkan bikin dapat memperhatikan prosedur kerja serta memperhatikan keselamatan kerja. Selain itu, diusahakan untuk menggandakan wacana guna memudahkan kita baik kerumahtanggaan mengamalkan praktikum maupun dalam penyusunan laporan praktikum.
Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa memberikan mualamat cak bagi setiap pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk lebih ki berjebah intern penyusunan kertas kerja selanjutnya.
Source: https://azzahradamayanti.blogspot.com/2016/12/hasil-praktikum-korosi-terhadap-paku.html