Gambar Syeh Abdul Qodir Jailani

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani
– Beliau adalah ulama besar dan seorang sufi yang ialah waliyullah dengan gelar sulthonul auliya maupun rajanya para wali. Syekh Abdul Qodir Jaelani yakni orang alim, alim, pangkat ilmunya dan memiliki etik yang baik serta buruk perut ki belajar Rasulullah SAW. beliau lahir pada waktu 470 H/1077 M serta meninggal puas pandemi 561 H/1166 M. beliau sekali lagi merupakan pendiri tarekat Qodiriyah yang banyak dianut umat islam di berbagai rupa marcapada.

Engkau Syekh Abdul Qodir Jaelani memiiki banyak gelar diantaranya al-Baz al-Asyhab ( si burung rajawali kelabu ) dan Muhyiddin (penghidup agama). nasab dan silsilah garis keturunannya bersambung kepada Nabi Muhammad SAW. dia adalah Sulthonul auliya al-Ghauth al-aahm asy-Syaikh Muhyidin Serbuk Muhammad Abdul Qadir ibn Abu polos Musa ibn Abdullah al-Jili ibn Yahya az-Zaid ibn Muhammad ibn Dawud ibn Musa ibn Abdullah ibn Musa al-Jaun ibn Abdullah al-Kamil al-Mahd ibn al-hasan al-Muthanna ibn al-hasan ibn Ali ibn Abi Thalib.

Sedangkan nasab Ibu Syekh Abdul Qadir al-Jaelani adalah Fatimah binti Abdullah ibn Abi Jamaluddin Muhammad ibn Mahmud ibn Tahir ibn Abi al-Ata Abdullah ibn Kamaluddin Isa ibn Muhammad al-Jawad ibn Ali ar-Rida ibn Musa al-Katim ibn Ja‘far as-sodiq ibn Muhammad al-Baqir ibn Zain al-Abidin Ali ibn al-Husain ibn Ali ibn Abi Thalib.

Baca Juga :
Kumpulan Kata-Kata dan Nasehat Pastor Syafi’i

Dan sama dengan kebanyakan para wali ALLAH SWT,  Syekh Abdul Qodir Jaelani juga mempunyai banyak sekali keistimewaan dan kekaguman melebihi sosok lain plong umumnya. hal inilah nan disebut dengan karomah. dengan karamah tersebut sendiri waliyullah bisa berbuat hal situasi yang mengarah bukan-bukan dan diluar logika beruntung ampunan Sang pencipta SWT. dan pelecok suatu ulama paling banyak punya karomah salah satunya yaitu Syekh Abdul Qodir Jaelani ini.

Nah, maka dari itu kali ini akan kita bahas adapun koleksi kisah karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani RA lengkap. semua manaqib/cerita keajaiban, kesaktian dan kehebatan dibawah ini bisa terjadi karena kemuliaan Syekh Abdul Qodir Jaelani dan tentu belaka semata ain atas abolisi ALLAH SWT Sang pencipta yang maha kuasa atas segala halnya . . .

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Dengan Seekor Ular belang

Sreg satu masa di majlis asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani berserta murid-muridnya yang enggak. Seketika, muncul seekor ular lautan di hadirat asy-Syaikh. Maka orang ramai nan hadir di majlis itu lagi berlari petang langgang, ketakutan.

Tetapi asy-Syaikh al-Jilani hanya duduk dengan tenang semata-mata. Kemudian ular bura itu pun ikut ke dalam gaun asy-Syaikh dan telah merayap-rayap di badannya. Setelah itu, ular cindai itu telah naik kembali ke lehernya. Namun, asy-Syaikh masih tetap sepi dan bukan berubah peristiwa duduknya.

Sesudah beberapa waktu berlalu, turunlah ular cindai itu berpangkal raga asy-Syaikh dan ia telah seperti bicara dengan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani . Setelah itu, ular ari itu lagi ghaib.

Kami pun bertanya kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani mengenai segala apa yang sudah dipertuturkan makanya ular babi itu. Menurut beliau ular itu telah bersuara bahwa sira mutakadim menguji penanggung jawab-wali Allah yang tidak, tetapi dia bukan rangkaian bersesuai seorang lagi nan setenang dan sehebat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani .

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menghidupkan Seekor Burung

Pada satu waktu, ketika asy-Syaikh menengah mengajar pelajar-muridnya di dalam sebuah majlis, seekor burung telah senewen di mega di atas majlis itu sambil mengeluarkan satu obstulen nan telah mengganggu majlis itu.

Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani lagi berkata, “Wahai angin, ambil pembesar zakar itu.” Seketika itu juga, kalam itu telah jatuh ke atas majlis itu, dalam hal kepalanya telah terputus berusul badannya.

Sehabis mengintai kejadian burung itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun merosot semenjak kursi tingginya dan mengambil badan burung itu, lampau disambungkan pejabat burung itu ke badannya.

Kemudian asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani sudah berkata, “Bismillaahirrahmaanirrahim.” Dengan serta-merta burung itu telah hidup kembali dan terus terbang terbit tangan asy-Syaikh.

Maka takjublah para hadirin di majlis itu karena meluluk kebesaran Tuhan yang telah ditunjukkanNya melalui tangan asy-Syaikh.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Mengembalikan Wanita Yang Diculik Bangsa Jin

Pada suatu hari, di dalam hari 537 Eksodus, sendiri lelaki pecah kota Baghdad (dikatakan oleh sesetengah perawi bahawa lelaki itu bernama Bubuk Sa‘id ‘Abdullah ibn Ahmad ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Baghdadi) mutakadim datang bertemu dengan asy-Syaikh Jilani, berbicara, bahwa dia mempunyai seorang anak gadis rupawan berumur enam belas tahun bernama Fatimah. Anak daranya itu sudah diculik (diterbangkan) berusul atas anjung rumahnya makanya seorang jin.

Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani sekali lagi menyuruh lelaki itu pergi pada lilin lebah perian itu, ke suatu tempat bekas rumah roboh, di satu kewedanan lama di kota Baghdad bernama al-Karkh.

“Carilah bonggol yang kelima, dan duduklah di situ. Kemudian, gariskan satu bulatan sekelilingmu di atas tanah. Rekata engkau takhlik garisan, ucapkanlah “Bismillah, dan di atas niat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ”

Apabila malam telah haram, ia akan didatangi oleh beberapa kumpulan jin, dengan berbagai macam-bagai rupa dan rang. Janganlah engkau menggermang. Apabila tahun hampir terbit fajar, akan menclok pula raja jin dengan segala angkatannya yang lautan.

Dia akan bertanya hajatmu. Katakan kepadanya yang aku telah menyuruh anda datang bertemu dengannya. Kemudian ceritakanlah kepadanya akan halnya keadaan yang mutakadim menghinggapi anak perempuanmu itu.”

Lelaki itu pun menghindari ke tempat itu dan melaksanakan bimbingan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani itu. Beberapa masa kemudian, datanglah jin-jin yang cuba menakut-nakutkan lelaki itu, belaka jin-jin itu tidak berkuasa buat menerobos garis bulatan itu. Jin-jin itu telah datang bergilir-gilir, yakni satu kumpulan sehabis satu kumpulan.

Dan akhirnya, datanglah raja jin yang sedang menunggang seekor aswa dan telah disertai oleh satu angkatan yang besar dan hebat rupanya.

Yamtuan jin itu telah menempohkan kudanya di asing garis bulatan itu dan telah bertanya kepada lelaki itu, “Duhai anak adam, apakah hajatmu?”

Lelaki itu telah menjawab, “Aku sudah lalu disuruh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bikin berlaga denganmu.”

Begitu mendengar nama asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani diucapkan oleh pria itu, prabu jin itu telah turun semenjak kudanya dan terus mengucup bumi. Kemudian raja jin itu telah duduk di atas marcapada, disertai dengan seluruh anggota rombongannya.

Sesudah itu, sunan jin itu telah bertanyakan masalah adam itu. Lelaki itu lagi menceritakan kisah anak daranya yang telah diculik oleh koteng jin. Setelah mendengar cerita lanang itu, raja jin itu kembali memerintahkan agar dicari sang jin yang bersalah itu.

Beberapa waktu kemudian, telah dibawa ke hadapan raja jin itu, sendiri jin maskulin dari negara Cina bersama-seperti mana anak asuh dayang manusia yang telah diculiknya.

Raja jin itu sudah lalu bertanya, “Kenapakah engkau sambar anak cewek manusia ini? Tidakkah ia tahu yang dia ini berada di bawah naungan al-Quthb ?”

Jin lelaki bersumber negara Cina itu mutakadim mengatakan nan sira sudah merosot berahi dengan anak dara makhluk itu. Yamtuan jin itu pula telah memerintahkan mudahmudahan dipulangkan perawan itu kepada bapanya, dan jin berpokok negara Cina itu juga telah dikenakan azab pancung kepala.

Lelaki itu pun mengatakan rasa takjubnya dengan segala apa kelakuan raja jin itu, nan silam setia kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.

Raja jin itu berkata pula, “Mutakadim tentu, karena asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani boleh meluluk dari rumahnya semua perbuatan jin-jin yang jahat. Dan mereka semua sedang gemuk di sejauh-jauh tempat di atas bumi, karena telah lari dari sebab kehebatannya. Allah Ta’ala telah menjadikan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bukan doang al-Qutb bagi umat manusia, terlebih lagi ke atas seluruh bangsa jin.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Membantu Seorang Penanggung jawab

Diriwayatkan, pada zaman Syekh Abdul Qodir, ada sendiri pengampu yang telah dilepas pangkat kewaliannya. Ia mohon uluran tangan kepada rekan-rekannya sesama wali memohon kepada Alloh SWT. kiranya beliau dapat diangkat kembali mendapatkan tahapan kewaliannya.

Wali rekannya itu berkata : “Saya sudah lalu berusaha berdo’a memohon kepada Alloh SWT. agar dapat diangkat pun tangga kewalianmu, lebih-lebih menurut anggapan saya persoalan ini enggak diterima maka itu Alloh SWT., dan saya dianjurkan mudah-mudahan menunangi pertolongan dan syafa’at Syekh, biar beliau berdo’a memohon kepada Alloh SWT. agar dapat dikembalikan pangkat kewalianmu itu”.

Kemudian Syekh dapat menerima usulan mereka, silam beliau berdo’a, tentatif itu datang titah Alloh: “Sudah lalu banyak para penanggung jawab yang berdo’a mereka mohon kendati dikembalikan lagi tataran sendiri penanggung jawab nan sudah dicopot itu. Bikin kejadian ini beliau jangan minta syafaat baginya”.

Mendengar sabda itu lalu Syekh cekut sajadah berangkat menuju satu lapangan.

Lega waktu anda akan melangkahkan kaki, terdengar ada nan memanggil dari alam ghaib : “Wahai Ghoutsul A’dhom Abdul Qodir, bagi hamba allah itu dan seribu sosok nan senasib dengan beliau, Ku ampuni dosanya”.

Dan ancang kaki yang kedua terdengar pun kritik yang bersabda: “Bagi orang itu dan duaribu orang yang sependeritaan dengan engkau”.

Dan lega masa akan menyentakkan persiapan suku yang ketiga kembali terdengar: “Bikin dia dan tigaribu orang yang senasib dengan dia, dosanya Ku ampuni, disebabkan karena pangkat kewalianmu dan kedudukanmu”.

Syekh menitahkan terimakasih kepada Alloh SWT. atas hidayah yang mutakadim diterima.

Berkat karomah dan syafaat Syekh, wali nan dilepas pangkatnya itu dapat diterima kembali.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Mengalahkan Perompak Dari Jauh

Pada 3 hari bulan Safar, kami berada di sisi asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani Sreg waktu itu, asy-Syaikh sedang mencekit wudu dan memakai sepasang gamparan.

Setelah selesai menunaikan solat dua rakaat, dia telah bertempik dengan tiba-mulai, dan mutakadim melemparkan salah satu dari terompah-terompah itu dengan sekuat tenaga sampai tak nampak lagi makanya mata.

Selepas itu, dia telah bertempik sekali pula, lalu melemparkan terompah nan satu lagi. Kami yang gemuk di situ, telah menyibuk dengan ketakjubannya, cuma tidak terserah seorang sekali lagi nan telah dakar menanyakan maksud semua itu.

Dua puluh tiga hari kemudian, sebuah kafilah sudah lalu menclok untuk menziarahi asy-Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilany. Mereka (yakni para anggota kafilah itu) telah mengirimkan hidayah-hadiah untuknya, terjadwal rok, emas dan perak. Dan yang anehnya, termasuk juga sekelamin terompah.

Apabila kami amat-amati, kami lihat kelom-kasut itu adalah terompah-terompah yang pernah dipakai oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani lega satu masa silam. Kami pun menanya kepada ahli-juru kafilah itu, berpunca manakah datangnya sekelamin terompah itu. Inilah cerita mereka:

Pada 3 haribulan Safar yang lalu, ketika kami sedang di dalam suatu pertualangan, kami mutakadim diserang maka itu satu kumpulan perompak.

Mereka telah menggarong kesemua barang-barang kami dan telah membawa komoditas-barang yang mereka ambil itu ke satu lembah untuk dibagi-bagikan di antara mereka.

Kami pun berbincang sesama sendiri dan sudah mencapai satu keputusan. Kami silam menyeru asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani hendaknya menolong kami. Kami pun telah bernazar apabila kami sudah selamat, kami akan memberinya sejumlah karunia.

Seketika, kami terdengar satu jeritan nan amat abadi, sehingga menggegarkan lembah itu dan kami tatap di awan cak semau satu benda yang semenjana melayang dengan lewat lancar sekali.

Beberapa waktu kemudian, terdengar satu lagi bunyi nan sama dan kami lihat satu sekali lagi benda seumpama tadi yang semenjana melayang ke sebelah yang sama.

Selepas itu, kami mutakadim mematamatai penyambar-perompak itu berlari lintang-paha dari tempat mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan itu dan telah meminta kami menjumut balik harta kami, karena mereka telah ditimpa suatu kerugian.

Kami pun pergi ke palagan itu. Kami lihat kedua turunan atasan perompak itu mutakadim hening. Di sisi mereka pula, ada sepasang terompah. Inilah sandal-gapyak itu.

Karomah Syekh Abdul Qadir Jaelani Memindahkan Manusia

Pada sediakala aku memang tak suka kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Walaupun aku yakni seorang saudagar yang paling kecil fertil di kota Baghdad waktu itu, aku tidak koalisi merasa tenteram alias berpuas hati.

Sreg satu hari, aku telah pergi menunaikan solat Jum’at. Detik itu, aku tidak mempercayai mengenai cerita-cerita karomah yang dikaitkan lega asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.

Sesampainya aku di masjid itu, aku dapati kamu mutakadim ramai dengan jamaah. Aku mencari tempat yang tidak berlebih riuh-rendah, dan kudapati betul-betul di hadapan podium.

Di kala itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani baru saja menginjak cak bagi khutbah Jumaat. Ada beberapa perkara nan disentuh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani nan sudah menyinggung perasaanku. Tahu-tahu, aku terasa hendak buang air samudra.

Bikin keluar dari masjid itu memang sukar dan sangkil mustahil. Dan aku dihantui perasaan gelisah dan malu, takut-takut aku buang air ki akbar di sana di depan makhluk banyak. Dan kemarahanku terhadap asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun makin dan memuncak.

Pada saat itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah anjlok berpokok atas mimbar itu dan sudah bersimbah di hadapanku. Simultan beliau terus memberikan khutbah, beliau mutakadim menudungi tubuhku dengan jubahnya.

Tiba-tiba aku medium berharta di satu tempat yang bukan, yakni di satu lembah hijau yang sangat mulia. Aku tatap sebuah momongan sungai semenjana bergerak perlahan di situ dan keadaan sekelilingnya sunyi sepi, sonder kehadiran seorang hamba allah.

Aku menghindari membuang air segara. Setelah radu, aku mengambil wudlu. Apabila aku semenjana berniat untuk pergi bersolat, dan seketika diriku telah rani ditempat mulanya di dasar jubah asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Kamu telah mengangkat jubahnya dan menaiki kembali tangga mimbar itu.

Aku sungguh-sungguh merasa terkejut. Bukan karena perutku sudah merasa lega, tetapi juga situasi hatiku. Segala ingatan marah, ketidakpuasan lever, dan perasaan-perasaan biadab yang lain, semuanya telah hilang.

Selepas beribadat Jum’at berjauhan, aku pun pulang ke flat. Di dalam pengelanaan, aku menyadari bahwa ki akal rumahku telah hilang. Dan aku kembali ke musala buat mencarinya.

Sejenis itu lama aku mengejar, semata-mata bukan aku temukan, terpaksa aku menyuruh tukang sendi untuk membuat resep nan baru.

Pada keesokan harinya, aku telah meninggalkan Baghdad dengan rombonganku karena urusan ekspor impor. Tiga hari kemudian, kami mutakadim melampaui satu lembah yang lewat indah. Seolah-olah ada satu kuasa ajaib yang telah menarikku lakukan menghindari ke sebuah anak sungai.

Barulah aku teringat bahwa aku kekeluargaan pergi ke sana kerjakan lempar air besar, beberapa tahun sebelum itu. Aku mandi di momongan sungai itu. Momen aku semenjana menjeput jubahku, aku sudah lalu temukan kembali kunciku, yang rupa-rupanya telah tertinggal dan sudah lalu tersangkut pada sebatang dahan di situ.

Setelah aku sampai di Baghdad, aku menemui asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani dan menjadi momongan muridnya.

Sungguh besar kekuasaan Alloh SWT dengan menunjukkan daya dan karomah para wali Alloh SWT.

Karomah Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Ketika Madya Lapar

Syekh Abdul Qodir Al Jaelani interelasi mengalami waktu paceklik di Baghdad. Saat itu cerdik pandai nan menganut madzhab Imam Ahmad ini sampai memakan tahi-sisa makanan di tempat sampah. Privat keadaan yang suntuk lapar dia keluar untuk mencari makanan. Namun setiap sampai ke tempat sampah, selalu ada turunan lain yang mendahuluinya. Jika Syekh Abdul Qodir Jaelani melihat orang-manusia fakir berebut di tempat sampah, maka beliau mengidas menyingkir bekas itu. Dan hal itu terus berlaku saat menemui tempat pembuangan, dan Syekh Abdul Qodir Jaelani akhirnya tidak memperoleh makanan.

Sira kesannya melanglang sebatas sampai di Masjid Yasin di Baghdad, karena mutakadim tidak mempu kembali menyinambungkan pelawatan karena lapar, dan memilih duduk di sanding musala tersebut. Disaat yang sama datanglah seorang pemuda ke musala dengan mengangkut roti, dia duduk dan mulai makan. Karena rasa lapar yang ranggah, setiap bujang itu mencoket suapan maka Syekh Abdul Qodir Jaelani kepingin membuka perkataan, supaya beliau terus berusaha menahannya.

Hasilnya pemuda itu pun ki beralih ke arah Syekh Abdul Qodir Jaelani seraya mengatakan,”Bismillah ya Syech”, dengan tujuan ingin memberi suapan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani. Syekh Abdul Qodir Jaelani menolak, namun pemuda itu terus-menerus memaksa, hingga akhirnya Syekh Abdul Qodir Jaelani memakan minus bersumber barang apa yang diberikan.

Pasca- itu si pemuda pun bertanya,”Kelihatannya engkau, segala pekerjaanmu, dari mana engkau?”

Syekh Abdul Qodir Jaelani pun menjawab,”Saya pelacak ilmu dari negeri Jilan”.

Sang pemuda pun membalas,”Saya pula dari Jilan. Apakah sira mengenal seorang jejaka dari Jilan yang namanya Abdul Qadir cucu dari Abu Abdullah As Shuma’i nan pakar zuhud?”

Syeikh Abdul Qadir sekali lagi menjawab,”Itu ialah saya”.

Mendengar jawaban itu si bujang pun terperangah,

”Demi Sang pencipta saya sampai di Bagdad dengan tahi-kotoran uang lelah nan saya memiliki dan saya telah mengejar-cari dimana keberadaanmu semata-mata tidak ada seorang sekali lagi yang bisa memberikan petunjuk. Setakat jadinya uang saya habis hingga 3 masa saya tidak makan. Dengan terpaksa saya menggunakan uang yang dititipkan untukmu untuk membeli roti ini. Makanlah senyatanya ia milikmu.”

Syekh Abdul Qadir Jailani juga bertanya, segala yang sepatutnya ada terjadi. Cowok itu pun menjelaskan bahwa ibu Syekh Abdul Qodir Jaelani telah mengamanahkan kepadanya 9 dinar untuk disampaikan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani. Dan uang lelah itu pun sudah berkurang cak bagi dibelikan roti. Syekh Abdul Qodir Jaelani sekali lagi merelakannya dan menyerahkan kepada pemuda itu sisa roti serta sebagian dinar. (Dzail Thabaqat Al Hanabilah, 1/298)

Meski menolak bikin mempersunting-minta, Syekh Abdul Qodir Jaelani tegar memperoleh kandungan malar-malar di saat nan sama beliau malah menerimakan sedekah kepada orang lain.

Karomah Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani Berada di Banyak Panggung Dalam Periode Bersamaan

Diriwayatkan pada suatu hari di rembulan Romadhon, Syekh Abdul Qodir diundang berbuka puasa makanya murid-muridnya sebanyak tujuh puluh orang di rumahnya sendirisendiri. Mereka berkeinginan agar Syekh berbuka puasa dirumahnya. Mereka enggak mengarifi bahwa diantara mereka sendirisendiri menjemput Syekh lakukan berbuka puasa pada masa yang bersamaan. Tiba waktunya berbuka puasa bertepatan Syekh berbuka puasa di rumah engkau, detik itu kembali kondominium muridnya yang tujuhpuluh orang itu masing-masing dikunjunginya dan berbuka puasa tepat kerumahtanggaan musim nan bersamaan.

Peristiwa ini di kota Baghdad sudah perbuatan baik terkenal di limbung masyarakat, dan mutakadim menjadi labium masyarakat dalam setiap ura-ura dan pertemuan.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jailani Menyelamatkan Wanita Dari Maskulin Fasiq

Diriwayatkan, di kota Baghdad ada seorang wanita rupawan wajahnya elok bendung manis eco dipandang mata.

Sebelum ia masuk jama’ah siswa Syekh Abdul Qodir, ada seorang lelaki fasik, hidung belang, dan tuna susila. Dia menaruh cinta

mengharap sreg wanita itu, namun cintanya tak dibalas. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Sang lelaki jahat itu berusaha mencari jalan lakukan melaksanakan niat jahatnya itu.

Pada suatu hari, wanita itu berangkat menuju sebuah gua pada suatu ancala untuk berkholwat, beruzlah yakni mengasingkan diri dengan tujuan ibadah. Enggak diketahui

sebelumnya, bahwa engkau sedan diintai dan diikuti dari belakang makanya silelaki kasanova wanita itu.

Ketika wanita itu berangkat dan akan masuk kedalam korok, silelaki virulen itu berusaha dengan sekuat tenaga akan ikut kedalam gua memperkosa kegadisan wanita itu. Sebaliknya, sang wanita berusaha menghindar dari nafsu durjana murka kejahatan silelaki itu sambil berteriak-teriak menyebut-manggil tanda Syekh Abdul Qodir: “Ya Syekh Tsaqolein, Ya Ghoutsal A’dhom, Ya Syekh Abdul Qodir, tolonglah saya!”, demikian ratap wanita bertawassul dan beristighotsah mohon pertolongan. Di rasi itu Syekh sedang menjeput air wudhu untuk melaksanakan sholat di madrosah, adv amat dilepas bakiaknya. Sepasang bakiak itu dipegang Syekh dahulu dilemparkan kearah gua dan tepat sekali mengenai incaran pemimpin lelaki jahat itu, di kala laki-laki jahat itu akan melakukan aksinya, bertubi-tubi sepasang bakiak memukul, menampar laki-laki itu dengan pukulan-ketukan nan mematikan. Dan sekonyongkonyong itu juga engkau mati. Sang wanita segera mengambil sepasang bakiak hoki Syekh, gurunya. Kemudian ia menitahkan terimakasih atas pertolongannya, tinggal bakiak itu diserahkan sambil melaporkan situasi yang dialaminya kepada Syekh dan sekali lagi kepada bani adam nan mengerumuninya.

Karomah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Memafhumi Tipu Buku Setan

Pada suatu hari, Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani melanglang-jalan dengan bilang muridnya di gurun. Waktu itu hari sangat panas, dan mereka sedang berpantang. Oleh itu mereka merasa penat dan dahaga.

Tahu-tahu, sekumpulan awan muncul, nan melindungi mereka dari panas terik matahari. Setelah itu, sebatang pohon kurma dan sebuah kolam air muncul di hadapan mereka. Mereka telah jatuh cinta. Kemudian suatu cahaya besar yang kerlap, telah muncul dari celah udara di hadapan mereka dan kedengaranlah satu suara dari dalamnya nan telah berkata, “Aduhai ‘Abdul Qadir, akulah Tuhanmu. Bersantap dan minumlah, karena pada hari ini, telah aku halalkan cak bagi anda apa nan telah aku haramkan kerjakan orang-orang lain.”

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani juga melihat ke arah cahaya itu dan mengomong, “Aku berlindung dengan Tuhan dari godaan syaitan yang terkutuk.”

Tiba-berangkat, kirana, pohon kurma dan kolam itu semuanya hilang dari pandangan indra penglihatan. Maka kelihatanlah Iblis di hadapan mereka dengan buram rupanya nan kalis.

Hantu penunggu bertanya, “Bagaimanakah sira boleh mengetahui itu sebenarnya adalah aku?”

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani menjawab, “Syariat itu telah cermin, dan bukan akan berubah sampai Masa Yaumul. Halikuljabbar Swt tak akan mengubah yang gelap kepada yang lazim, biarpun untuk individu-orang nan menjadi pilihan-Nya (wali-Nya).”

Maka Iblis pun berujar pun untuk menguji Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani “Aku mutakadim produktif menyesatkan 70 kabilah berpokok golongan As-Salikin (yakni orang-orang yang menempuh jalan rohaniah) dengan cara ini guna-guna yang anda miliki bertambah luas ketimbang ilmu mereka. Apakah hanya ini jumlah pengikutmu?

Sudah kiranya semua penghuni bumi ini menjadi pengikutmu, karena ilmumu menyamai ilmu para nabi.”

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelanimenjawab, “Aku berlindung dengan Halikuljabbar Nan Maha Mendengar, Yang Maha Memafhumi, dari beliau. Bukanlah karena ilmuku aku terselamat, tetapi karena kasih dari Tuhan Swt, Pengatur sinkron alam.”

Hakikat Kematian Bagi Syekh Abdul Qodir Al Jailani

Lega suatu hari, isteri-isteri Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani bertemu dengannya dan bertutur, “Aduhai junjungan kami yang terhormat, ibnu kecil kita telah meninggal dunia. Namun kami tidak mengintai setitik air ain pun yang bersirkulasi berpangkal mata kekanda dan tak sekali lagi kekanda menunjukkan tanda kesedihan.

Tidakkah kekanda menyimpan rasa belas kasihan terhadap anak lelaki kita, yang merupakan sebagian darah daging kekanda sendiri?

Kami semua menengah dirundung kepedihan, namun kekanda masih juga meneruskan pegangan biasa kekanda, seolah-olah tiada sesuatu sekali lagi yang sudah lalu berperan. Kekanda adalah pemimpin dan pelindung kami di marcapada dan di akhirat.

Saja jika hati kekanda sudah lalu menjadi gentur sehingga tiada sekali lagi menggudangkan rasa pembebasan, bagaimana kami bisa bergantung kepada kekanda di Akhir zaman kelak?”

Maka berkatalah Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani “Wahai isteri-isteriku yang tercinta! Janganlah kamu semua menyengaja hatiku ini persisten.

Aku menyimpan rasa belas kasihan di hatiku terhadap seluruh makhluk, hingga terhadap hamba allah-anak adam kafir dan pula terhadap namnam yang menggigitku.

Aku berdo’a kepada Allah Swt agar ketek-anjing itu memangkal mengerutak, bukan karena aku takut digigit, hanya aku takut nanti manusia lain akan melontar anjing-anjing itu dengan batu.

Tidakkah kamu mengetahui bahwa aku mewarisi aturan belas kasihan Rasulullah Saw, nan sudah lalu diutus Allah Swt umpama belas kasih lakukan sekelian standard?”

Maka wanita-wanita itu sudah lalu berkata sekali lagi, “Kalau etis kekanda punya rasa belas kasihan terhadap seluruh cucu adam Halikuljabbar Swt, sampai kepada anjing-anjing yang menggigit kekanda, kenapa kekanda tak menunjukkan rasa terharu atas kehilangan anak lelaki kita yang telah meninggal ini?”

Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani pula menjawab, “Wahai isteri-isteriku nan madya berdukacita, sira semua menangis karena engkau semua merasa telah bubar tinimbang ibni kita yang kamu semua sayangi.

Semata-mata aku sentiasa bersama dengan orang-sosok nan aku sayangi. Kamu semua telah melihat anak asuh lelaki kita di n domestik satu ilusi yang disebut manjapada.

Kini, beliau telah meninggalkannya lampau berpindah ke satu wadah yang lain.

Allah Swt mutakadim bersabda (Kopi Al-Adid, ayat 20) “dan tidaklah semangat dunia ini melainkan hanyalah satu ilusi saja.”

Memang marcapada ini merupakan satu ilusi, untuk mereka yang sedang terlena. Tetapi aku tidak terlena – aku mematamatai dan waspada.

Aku telah melihat anak asuh laki-laki kita sedang berada di intern bulatan perian, dan saat ini kamu telah keluar darinya.

Belaka aku masih dapat melihatnya. Anda kini berada di sisiku. Dia sedang bermain-main di sekelilingku, sebagaimana yang pernah sira lakukan plong masa dahulu.

Sepantasnya, jika seseorang itu boleh melihat Validitas melalui mata hatinya, begitu juga yang dilihatnya masih hidup atau sudah mati, maka Kebenaran itu tetap tidak akan hilang.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menolong Muridnya

“Pada hari ketiga bulan Safar masa Burung 555, kami duduk di hadirat Master (Sayyid Abdul Qadir Al-Jelani qs.) di madrasahnya. Kamu berdiri lalu menyarungkan sepasang bakiak (sandal kayu) dan menjeput wudhu. Arkian, engkau mengucapkan dua doa dan berteriak persisten sambil mengebankan sebelah bakiaknya ke awan, selanjutnya terompah itu kembali pupus. Dengan pekik lebih jauh, Guru melemparkan kelom yang satunya lagi ke peledak dan ini pun lenyap bersumber rukyat kami. Tak seorang pun yang hadir di tasik berani bertanya kepadanya akan halnya peristiwa itu.

Tiga desimal tahun pasca- hal tersebut, sebuah kafilah tiba di Baghdad dari Timur. Para anggotanya mengatakan bahwa mereka berkeinginan memberi hadiah kepada Suhu. Lalu kami berkonsultasi dengan Suhu dan ia mengijinkan kami untuk menerima hadiah itu. Adapun hadiah yang diberikan para anggota delegasi itu berupa sutra dan pakaian lainnya serta sepasang terompah yang serupa dengan sandal yang kamu lemparkan tempo hari. Kemudian mereka bercerita:

‘Pada musim ketiga wulan Safar, bertepatan dengan waktu Senin, ketika kami medium bepergian tiba-menginjak ada bidasan terbit para penyamun Arab di asal dua pimpinannya. Para perompak itu membantai bilang anggota kafilah kami dan menggarong dagangan barang kami. Kemudian mereka lekas masuk ke alas bakal membagi hasil jarahannya. Kami yang selamat berkumpul di tepi hutan itu. Pron bila itu kami teringat bagi memohon pertolongan Sayyid (Abdul Qadir al-Jaelani qs.) atas bencana yang menghinggapi kami, karena kami kehilangan arah dan tujuan setelah situasi itu cak bagi melanjutkan pengembaraan. Kami mengakhirkan akan memberikan hadiah kepadanya laksana tanda terima karunia, apabila sekurang-kurangnya kami mulai di Baghdad dengan selamat –suatu hal nan bukan mungkin apabila menyibuk situasi yang terjadi.

Setelah kami membentuk keputusan itu, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suatu suara, dua kali jerit yang bergema menembus hutan itu. Kami mengira bahwa gerombolan perampas itu telah diserang kelompok lainnya dan setelah itu mungkin terjadi perbangkangan. Semata-mata start-mulai sebagian bandit tadi hinggap kepada kami dan mengatakan bahwa sesuatu telah menimpa mereka. Mereka memohon kami untuk menerima kembali perbekalan kami. Adv amat kami melanglang menuju tempat para perampok tadi mengumpulkan barang barang kami nan dijarahnya dan menemukan kedua pemimpin mereka tewas tergeletak dengan sepasang terompah di dekat majikan mereka.

Menurut kami, selepas merasakan bencana nan menimpa para kafilah dan didorong hasrat buat menolongnya, pastilah Guru telah mengepas melemparkan sandalnya dengan kaidah tertentu sehingga kedua pencetus penyamun nan akhirnya para anggotanya mengaku bersalah, terbunuh’.”

Syekh Abdul Qadir Jailani Membuktikan Kepada Pastor Bahwa Isra Miraj Itu Sopan Adanya

Pastor itu memiliki proklamasi yang luas tidak semata-mata mengetahui tradisi Yahudi dan Kristen, namun sekali lagi mengenai Islam. Ia pun mengetahui kitab putih al-Alquran dan sangat menghargai Nabi Muhammad Saw.

Sememangnya, pendeta itu ingin masuk Selam. Hanya saja, ia masih menyangsikan satu hal yaitu bahwa Laksa’raj Utusan tuhan Muhammad Saw. terjadi berikut raganya.

Mi’raj itu terjadi ketika Nabi Saw. diperjalankan berusul Makkah ke Yerusalem dengan jasad dan ruh beliau. Kemudian menaiki ke sapta lapis langit serta menyaksikan banyak hal. Beliau Saw. melihat kayangan dan neraka, lalu berlanggar dengan Sang pencipta Swt. yang menganjurkan sembilan ribu pembukaan. Saat pulang bersumber pelawatan itu, kasur Nabi Saw. belum mendingin dan patera yang tersentuh dalam perjalanan belum cak jongkok berbuai

Sang pendeta bukan memufakati hal Mi’raj itu dan apa nan disampaikan Nabi Saw. Karena akalnya enggak dapat menerima fenomena serupa itu.

Khalifah mengundang para bijak bestari dan para syaikh buat menyakinkan sang pendeta. Cuma tak ada satupun nan congah. Kemudian pada suatu magrib, ia memohon kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bakal menyakinkan si pater mengenai kebenaran Mi’raj Nabi Saw.

Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani datang ke istana, si imam dan khalifah tengah dolan catur. Detik pendeta mengangkat sebuah bidak catur, tiba-start matanya beradu pandang dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Si pendeta memejamkan matanya. Saat membelalang, seketika beliau mewah di sebuah sungai dan dihanyutkan oleh alirannya yang rimbun

Ia berteriak minta sokong Seorang penggembala pemuda lompat ke sungai menyelamatkannya. Ketika pemuda itu menyelamatkannya, ia sadar bahwa dia tidak berpakaian dan dirinya telah berubah menjadi koteng amoi (wanita).

Si penggembala menghormati, menjaga dan melindunginya. Namun karena tak suka-suka ajang nan ditujunya, sang penggembala menikahinya. dan lebih lagi dari pernikahan itu mereka sampai memiliki tiga orang anak asuh.

(Hitung terka kira berapa waktu yang dibutuhkan buat memiliki 3 bani adam anak ?)

Suatu hari, saat si istri gelap (padri itu) membasuh busana di batang air yang menghanyutkannya beberapa musim silam, ia tergelincir dan roboh ke air.

Ketika sadar dan mengungkapkan mata, ia dapati dirinya masih duduk di hadapan khalifah, memegang bidak catur dan masih bertatap pandang dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Dulu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berujar kepadanya: “Hai pater yang malang, apakah saat ini kau masih enggan mengakui?”

Si pater yang masih ragu dan menganggap apa nan dialaminya itu hanyalah impi, dan mengelak seraya menjawab: “Apa yang kau maksudkan?”

“Apakah engkau cak hendak berjumpa dengan momongan dan suamimu?” Tanya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani seraya membuka portal.

Dan di depan pintu istana itu telah menggermang si penggembala dengan tiga orang anaknya. Mengalami runtutan kejadian itu, si pendeta sederum menyatakan keimanan dan mengakui kebenaran Mi’raj Nabi Saw. Ia dan jamaahnya yang berjumlah sekitar lima ribu hamba allah kesudahannya masuk Selam melintasi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Membantu Muridnya Semenjak Hukuman Kubur

Diriwayatkan maka dari itu Syaikh Ali Ghartsani yang mengatakan, bahwa Syaikh Abdul Qadir Jilani berucap, “Aku bertanya kepada malaikat penjaga neraka, Apakah cak semau sahabatku (murid) di dalam neraka ?”

“Tidak seorang pun,” Jawab si malaikat.

“Demi keagungan Almalik, hubunganku dengan para muridku bagaikan langit dan marcapada. Takdirnya para muridku tidak bagus, maka aku bagus. Demi keagungan Sang pencipta, aku tak akan menggotong kakiku semenjak pangkuan Yang mahakuasa di hari kiamat, setakat dia memasukkan aku dan para muridku ke surga.”

Bagaimana pendapatmu tentang individu yang menyebut namamu hanya tidak mencekit bai’at darimu. Apakah beliau termasuk muridmu ?” Soal seseorang kepada dia. Engkau ,menjawab, “Siapapun yang menyebut namaku atau menisbatkan sesuatu kepadaku maka Allah akan mengkatagorikannya sebagai muridku, walaupun penyebutan dan penisbatan tersebut dilakukan dengan kebencian”.

“Orang Muslim yang dahulu di depan portal madrasahku akan diringankan Almalik Ikab hari akhir”, demikian yang dikatakan Syaikh Abdul Qadir. Kemudian datanglah seorang lelaki menghadap dia dan berfirman, “Emir, tadi malam aku berjumpa dengan ayahku yang sudah meninggal dalam mimpi dan ia berujar kepadaku bahwa dia di aniaya di dalam kuburnya. Dia memintaku untuk menjumpai anda dan memintakan do’a untuknya”.

“Pernahkah ayahmu lewat di depan pintu madrasahku ?” Pertanyaan sang Syaikh

“pernah,” Jawabnya.

Bilang perian kemudian adam tersebut sekali lagi berkiblat sang Syaikh dan bersabda,”Sultan, tadi malam aku melamun bercocok ayahku. Kali ini ia tertawa, mempekerjakan pakaian berwarna yunior dan berkata kepadaku, “Hukuman kuburku telah diangkat berkat berkah Syaikh Abdul Qadir. Karena itu sebaiknya engkau selalu mengikutinya.”

Mendengar penuturan tersebut Syaikh Abdul Qadir bersuara, “Allah telah menyerahkan janjinya kepadaku kerjakan meringankan azab setiap muuslim yang lewat di depan pintu madrasahku.”

Demikianlah, para ahli tarikh bersepakat tentang khalayak Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai seorang waliyullah yang memiliki banyak karamah. Mengenai keadaan ini pula, Syaikh Muwafiquddin, penulis kitab al-Mughni bertutur, “Tidak kudengar dari siapa pun yang bercerita akan halnya kekeramatan nan sedemikian itu banyak, sebagai halnya cerita tentang kekeramatan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.”

Syaikh Izzuddin bin Abdis Salam pun berkata, “Sesungguhnya tiada kekeramatan pecah beberapa masyayikh (guru), kecuali kekeramatan yang dimiliki Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, karena karamah kamu itu mengalir secara lari beranting.”

Internal suatu riwayat, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mendengar kritik teriakan berpokok n domestik sebuah kubur di pemakaman Bab Al-Azaj.

Beliau berkata kepada si buntang, “Apakah beliau gabungan ber-bai’at kepadaku?”

“Tidak” jawabnya.

“Apakah dia pernah menjadi makmumku ?” Cak bertanya beliau.

“Tidak” jawabnya

Beliau berkata, “Basyar-orang yang plus-lebihan memang pantas mendapatkan kerugian.”

Setelah itu engkau menundukkan kepalanya sejanak lalu dengan pancaran karisma yang luar biasa beliau mengangkat bos sekali lalu berkata, “Malaikat berkata kepadaku bahawa engkau melihat wajahmu dan berbaik sangka kepadamu dan dengan berkahmu, Yang mahakuasa merahmatinya.” Selepas itu sira tidak juga mendengar pekikan berusul kubur tersebut.

Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani Melayang ketika Berdakwah

Al-Khatab, pembantu Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani, berujar: suatu hari ketika Syekh medium mengasihkan lektur, sira tahu-tahu menanjak sejumlah awalan ke angkasa dan dia bersabda, “Wahai Israil, berhentilah dan dengarkan pengenalan-introduksi Sang Muhammad!” Kemudian beliau kembali ke kancah duduknya mulanya. Ketika beliau diminta kerjakan menjelaskan keadaan tersebut, beliau menjawab, “Abu al-Abbas al-Khidhir makmur di atas sana. Tadi dia medium melintasi majelis kita ini, maka aku memintanya cak jongkok dan berkata kepadanya segala apa doang yang aku dakwahkan kepada kalian semua.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menyembuhkan Kelainan Kolera

Para cerdik pandai meriwayatkan, pernah terjadi pada zaman Syekh Abdul Qodir mutakadim berjangkit wabah penyakit tho’un / kolera sehingga ratusan ribu orang yang meninggal manjapada.

Berangkaian masyarakat cak bertengger minta pertolongan kepada Syekh, engkau mengumukan kepada umum : “Barang siapa yang memakan rerumputan yang bertunas di seputar madrosahku, Alloh akan menyembuhkan kelainan nan diderita masyarakat”.

Karena terlalu banyak yang gempa bumi dan rerumputan sebagai obat penangkal tidak memadai malah sudah lalu, dulu Syekh mengiklankan pun : “Komoditas siapa yang meminum air madrosahku akan disembuhkan Alloh SWT.”

Mendengar pengumuman itu, para pengidap keburukan, mereka berkumpulan mereguk air yang ada di sekitar madrosah Syaikh, seketika itu lagi mereka menjadi sembuh kembali, sehat wal’afiat. Komplikasi tho’un yang mengganas lekas menguap.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menghidupkan Ayam Dari Lemak tulang Kulit kerbau

Diriwayatkan, ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qodir mengantarkan anaknya untuk berguru pada Syekh, untuk mempelajari ilmu ilmu sufi, Syekh memerintahkan sebaiknya si anak harus belajar dengan tekun mengikuti prinsip-cara turunan salaf dan ditempatkan di ruang kholwat.

Sejumlah tahun kemudian si ibu selaku orangtua petatar nomplok menengok anaknya dan dilihat tubuh anaknya itu menjadi kurus, makannya hanya roti kering dan garai. Si ibu kemudian masuk keruang Syekh dan melihat di hadapannya lemak tulang-benak pungkur makanan daging ayam yang sudah bersih. Ibu itu berucap :”Menurut penglihatan saya Tuan Syekh makan dengan makanan nan serba legit. Sedang momongan saya badannya kurus karena makanannya hanya bubur garai dan roti sangar, untuk hal itu segala apa maknanya sehingga ada perbedaan?”.

Mendengar cak bertanya itu lalu Syekh meletakkan tangannya di atas benak-belulang mandung sambil bekata QUUMII BI IDZNILLAHI TA’ALA ALLADZI YUHYIL ‘IDZOMA WA HIYA ROMIIM

(berdirilah dengan idzin Alloh yang menyemarakkan lemak tulang belulang yang sudah bertarai).

Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam jago pun sambil berkokok :

Syekh berujar pun kepada orang tua momongan itu : “Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka dia dapat bersantap seenaknya bawah yang halal”.

Ibu itu merasa sipu maka itu Syech dan mohon magfirah atas prasangka nan buruk. Dengan keyakinan yang bulat, ibu itu menerimakan anaknya kepada Syekh untuk dididik.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Diludahi Rasul Muhammad SAW

Kisah ketakutan Syekh Abdul Qodir Jaelani ini diriwayatkan oleh Syekh Abu Muhammad al-Juba’I, bahwasannya beliau Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata, “Aku suatu kelihatannya berdapat Rasulullah Saw. intern penampakan ruhani sebelum waktu zuhur, dan kamu Saw. merenjeng lidah kepadaku, “Wahai anakku terkasih, kenapa anda tidak berucap (berdakwah) kepada basyar?” Maka aku menjawab, “Wahai bapakku tercinta, aku adalah koteng ‘Ajam (tak orang Arab), habis bagaimana aku bisa bertutur-alas kata dengan fasih di paruh-tengah orang Baghdad yang jelas mereka pakar berbahasa Arab.” Kemudian anda Saw. Berkata, “Saat ini, bukalah mulutmu!” Maka aku menelanjangi mulutku lebar-lebar, dan sira meludahiku sebanyak tujuh kali. Kemudian engkau Saw. berkata kepadaku, “Kamu harus berdakwah kepada anak adam sekarang, ajaklah mereka menuju urut-urutan Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik.” Aku kemudian menunaikan shalat zuhur, dan kemudian aku duduk setelah itu hendak berkhotbah, namun aku masih kehilangan kata-kataku. Kemudian aku melihat penampakan Sayidina ‘Ali kwh., dan beliau merenjeng lidah, “Bukalah mulutmu!” Aku dulu menyibakkan mulutku, dan beliau meludahiku sebanyak enam kali, lalu aku bertanya kepada beliau, “Kenapa engkau tak meludahiku sebanyak sapta mana tahu sama dengan halnya Rasulullah Saw. Melakukannya?” Dia menjawab, “Sebagai adab penghormatanku kepada Rasulullah.” Sesudah menyabdakan kata-alas kata itu, dia menghindari.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jailani Mengembalikan Hantu penunggu

Cerita kesaktian Syekh Abdul Qodir Jaelani ini diriwayatkan maka dari itu Syekh ‘Utsman as-Sirafani, baliau berkata, Aku satu siapa mendengar tuan kita, Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani berujar:

“Aku pernah bermukim sendirian di sebuah area tandus. Setiap musim dan setiap malam setan-setan cinta datang kepadaku berbaris-baris dalam wujud basyar jadi-jadian yang membawa berjenis-jenis macam senjata serta menggandar beraneka rupa benda nan berbunyi dulu keras. Mereka terlibat pertentangan denganku dan melempariku dengan bola api. Saat menghadapi keadaan seperti itu, aku menjumpai di intern hatiku suatu rasa tentram yang sulit terucapkan dengan perkenalan awal-kata, aku mendengar suara minor privat hatiku nan berkata, “Berdirilah dan serang mereka wahai ‘Abdul Qadir al-Jailani, karena Kami buruk perut siap meninggi kekuatanmu, dan Kami tubin dengan tentara yang tidak mungkin terkalahkan oleh mereka.” Dan ketika aku melemparkan satu serangan kepada para setan itu, mereka terbelah berlari senja langgang dan menyingkir menghilang.

Sehabis itu, ada sesosok setan menclok dari tengah-perdua para setan yang berlari menjauh dariku. Setan itu menghampiriku dan bercakap kepadaku, “Pergilah dari sini atau aku akan melakukan demikian ini dan begitu kepadamu.” Beliau memperingatkanku akan akibat apa hanya jika aku bukan pergi dari wilayah itu, maka kemudian aku menamparnya dengan tanganku dan diapun culik diri dariku, dulu aku berucap, “Tidak suka-suka daya dan kekuatan kecuali bersama Allah yang Maha Tinggi sekali lagi Maha Agung.” Setan itu diterkam maka dari itu api dan aku melihatnya terbakar cengkut.

Lega waktu yang bukan, aku didatangi oleh sosok nan penampilanya bersusila-benar berpenjaga, dan bau badannya habis menjijikkan, baunya suntuk bacin dan memuakkan, anda berkata kepadaku, “Aku adalah roh jahat. Aku hinggap kepadamu dengan maksud kerjakan menjadi budakmu, karena anda telah berbuah menggagalkan segala upayaku dan mengalahkan pengikutku.” Aku berbicara kepadanya, “Pergilah! karena aku tidak percaya adakalanya kepadamu.” Tapi lega saat itu sebuah tangan runtuh dari sisi iblis dan memukul tengkorak kepalanya dengan kekuatan yang adv amat besar sampai membuat iblis itu terjungkal keras melesat ke dalam tanah, dan dia juga menghilang entah ke mana.

Hantu penunggu itu datang juga kepadaku kerjakan kedua kalinya dengan membawa anak sinar api di tangannya dan hendak menyerangku, tetapi dengan cepat seseorang yang memakai jubah akhir kepala lari menuju diriku dengan menaiki jaran bercelup kelabu dan dengan tangkas melemparkan lamang kepadaku. Melihat itu, iblis secepat-cepatnya semarak spontan lari terbirit-birit dari hadapanku.

Dan ketika aku berlanggar dengannya lagi untuk yang ketiga kalinya, roh jahat itu sedang duduk dengan jarak yang agak jauh dariku, berlinangan air ain, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh debu, dan ia berkata, “Aku betapa sudah putus asa menghadapi orang sepertimu, aduhai ‘Abdul Qadir al-Jailani.” Aku lampau bersabda kepadanya, “Enyahlah kau berbunga sini, sang terkutuk! karena aku tidak akan hubungan berhenti membentengi diriku sendiri (dengan pemeliharaan Allah) untuk melawanmu. Dan beliau berkata, “Apa nan telah kau ucapkan itu lebih menyakitkan bagiku daripada cengkeram besi neraka.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Menembus Jarak

Diriwayatkan dari Syekh Umar, ia berucap: aku satu kali mendengar tuan kami Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani bercerita:

keadaan ruhani (ahwal) persaudaraan cak bertengger kepadaku sonder terkaji sesekali. Plong awal periode-masa aku berbuat penjelajahan dan berada di padang sangar di daerah Baghdad, aku berlari melangkahi jarak asa-sangka suatu jam pengembaraan, dan aku bersusila-etis tak sadar bahwa aku sedang berlari, saat aku kembali dalam kesadaranku nan normal, aku mendapati diriku hingga di kawasan Syastar, di mana jarak tersebut dengan Baghdad kira-nyana selingkung dua belas hari perjalanan. Ketika sampai di sana, aku kabur dan mematamatai-lihat sekeliling, lalu sendiri wanita datang kepadaku sedarun bersuara, “Apakah nan ia alami itu membuatmu terkejut dan heran, padahal dia tidak bukan adalah ‘Abdul Qadir al-Jailani?!”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Melihat Lauhul Mahfudz

Tercatat n domestik riwayat, bahwa Syekh Abul Hafash menyatakan, “Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani halal melayang di mega dan berkata ‘Mentari tidak kontak terbit tanpa menitahkan salam kepadaku. Demi izzah dan murka Tuhan, aku mengaram semua anak adam yang baik maupun yang jahat, mataku tertuju pada al-Lauh al-Mahfudz. Berkali-kali aku menyelam ke samudera ilmu dan kebijaksanaan yang dianugrahkan makanya Almalik, dan akulah kebaikan jati Allah kepada manusia dan utusan khas kakekku, Rasulullah Saw., dan akulah khalifah anda di manjapada.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Berwajib atas Syah Jin

Syekh Debu Futub Muhammad polong Abul ‘Ash Yusuf kacang Isma’il polong Ahmad ‘Ali Qarsyi at-Tamimi al-Bakari al-Baghdadi menarikhkan, bahwa suatu ketika Syekh Abu Sa’id ‘Abdullah kacang Ahmad kacang Muhammad al-Baghdadi al-Azja’i cak bertengger kepada Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani dan mengatakan bahwa putrinya nan berusia 16th, Fatimah nan silam cakap, kemarin naik ke tingkat kondominium, tapi mendadak dia lenyap mulai sejak sana. Ketika Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani mendengar hal ini, sira menghiburnya dan mengatakan kepadanya agar lain perlu pening.

Sang Wali Agung kemudian memerintahkan dia untuk pergi ke sebuah hutan pada lilin lebah hari. Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani menyatakan bahwa di intern jenggala ia akan mengintai banyak onggokan pasir. Engkau harus duduk di bukit pasir keenam nan dilewatinya, dan harus membuat sebuah gambar kalangan di seputar dirinya sambil merenjeng lidah, “Bismillah,” dan kemudian berfirman, “Abdul Qadir.”

Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani berbicara, “Menjelang sepertiga malam terakhir kau akan melihat pasukan jin berlalu. Mereka tertumbuk pandangan sangat mengerikan dan ganas, cuma engkau enggak perlu merembah, engkau harus tetap duduk dan menunggu. Tepat pada detik cahaya matahari pertama tertentang, raja jin nan minimum berwajib akan dahulu, dan dia akan menghampirimu lalu menanyakan permasalahanmu. Jelaskanlah permasalahanmu kepadanya, dan katakan bahwa aku yang mengutusmu. Beritahukan kepada raja jin itu tentang putrimu yang hilang.”

Syekh Muhammad al-Baghdadi berkata, “Aku melakukan apa yang Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani perintahkan. Aku duduk di timbunan pasir tersebut dan menunggu. Setelah beberapa hari, aku melihat pasukan jin dalam aneka macam yang mengerikan membelot. Mereka sangat murka kepadaku karena aku duduk di tengah-tengah jalannya, belaka mereka loyal berlalu sonder mengucap sepatah katapun, karena mereka tidak berani memasuki limbung tersebut. Pada waktu fajar, sang raja jin melintas, lampau menanyakan permasalahanku. Detik aku mengatakan bahwa nan mengutusku adalah Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani, maka dia segera roboh terbit kudanya dan menggermang dengan penuh hormat mendengarkan perkataanku, lalu dia mengutus para jin cak bagi mengejar jin yang telah menculik putriku. Akhirnya, putrikupun kembali, dan jin nan telah menculik putriku itu dihukum oleh sang sri paduka jin.”

Pengakuan 360 Wali
Atas Kewalian Syekh Abdul Qadir Jaelani

‘Abdullah al-Jubbai suatu kali berucap: “Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani n kepunyaan seorang murid bernama ‘Umar al-Hawali, dia menghindari Baghdad dan suntuk di ajang enggak selama sejumlah tahun. Ketika ia kesannya pula ke Baghdad, maka aku berfirman kepadanya, “Sekian lama ini kamu berada di mana?” Anda menjawab, “Aku mengembara menyinggahi kota-daerah tingkat di Suriah, Mesir, Persia, dan aku berdapat tiga ratus enam puluh Syekh, yang kesemuanya adalah para wali Sang pencipta. Tidak ada seorangpun dari mereka yang bukan berbicara, “Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani adalah Syekh kami, dan merupakan penyuluh paradigma kami mendekati Allah Swt.”

Syekh Hammad ad-Dabbas konon berkata, “Ketika Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani yang puas waktu itu masih remaja, disebut n domestik majelisnya “Aku melihat dua segel di kepalanya, nan terpancang tegak di antara kebinatangan terendah dan kedaulatan tertinggi. Dan aku telah mendengar tentara kerajaannya memangil-mangilnya dengan suara yang keras lagi jelas sreg cakrawala terala. Moga Yang mahakuasa meridhoinya.”

Syekh Hammad ad-Dabbas kemudian berkata, “Kamu yakni penghulu para ‘Arifin di zamanmu akan datang. Panjimu tertancap kuat buat dibentangkan, baik berpunca kawasan timur sampai kawasan barat. Pundak orang-orang di zamanmu akan tunduk di bawah kendalimu, dan kamu akan diangkat puas satu tangga spiritual yang mengungguli semua orang yang segenerasi denganmu.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Kakiku Berada di Pundak Para Pengampu

Diriwayatkan maka itu al-Hafidz Abuk al-Izz ‘Abd al-Mugtis bin Harb al-Baghdadi beserta banyak lagi lainya, “Kami menghadiri majelis Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani. Di ruang peziarah beliau banyak sekali para Syekh dan wali yang mengajuk majelis beliau periode itu. Terserah sekitar rendah lebihnya catur puluh tujuh para Syekh, dan masih banyak juga yang berada intern majelisnya. Ketika Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani berujar, tertentang sekali hati beliau kerumahtanggaan keadaan kesadaran mumbung, merupakan ketika ia menyatakan, “Kakiku Berada di Atas Jitok Para Wali Allah.” Syekh ‘Ali kedelai al-Haiti melangkahkan kakinya ketika itu kembali, lalu menaiki sejumlah persiapan ke platform Sang Syekh, di mana kemudian dia memegang suku Sang Syekh dan meletakkannya di atas tengkuknya cak sambil memposisikan kepalanya di asal keliman jubah Syekh. Semua yang hadir di situpun membungkuk begitu juga nan dilakukan oleh Syekh al-Haiti. Dan tidak ada satupun seorang pengasuh Tuhan di roman bumi ini yang kapan itu tidak menundukkan tengkuknya sebagai pengakuan jati terhadap Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani, serta sebagai penghormatan singgasana ruhani anda yang partikular. Ada 300 auliya’ Almalik dan 700 rijaul ghaib yang hadir di majelis itu. Bahkan kumpulan para jin berkumpul pada saat itu. Para jin shalih tersebut keluar dari segala penjuru cakrawala demi mengagungkan pernyataan beliau tersebut. Mereka menitahkan selamat kepada Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani dan menunjukkan laris taubat melalui tangan beliau.

Syekh al-Makarimi menyatakan, “Pada tahun itu, seluruh Pengampu Yang mahakuasa senggang, bahwa panji kesultanan penanggung jawab telah tertancapkan di jihat Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani. Semua penanggung jawab dari timur hingga barat serentak membungkukkan badan mematuhi pernyataan beliau ini.”

Sayyid Syekh Khalifatul Akbar berkisah, “Aku mengkhayalkan bertumbuk dengan Rasul Saw. tercinta, dan aku bertanya kepada beliau tentang pernyataan Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani tersebut. Rasul Saw. Menjawab, “‘Abdul Qadir al-Jailani telah mengatakan keadaan yang sebenarnya, karena dia sang Quthb, dan dia kuberikan panggung di bawah sayapku dan dalam perlindunganku.”

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Memperingatkan yang Akan Terjadi

Syekh Umar Al-Bazaar Berkata, “Suatu hari aku duduk di hadapan Syekh Abdul Qadir Jailani dalam khalwatnya. Engkau berucap kepadaku, :Jaga Punggung mu karena akan suka-suka kucing nan jatuh di punggungmu.” Dalam hati aku berkata,’Darimana datangnya meong? tidak cak semau gua di atas dan?’ Sebelum selesai bicara,tiba-tiba seekor kucing jatuh ke punggungku. Kemudian Beliau memukulkan tangannya ke dadaku dan aku mendapati cahaya terbit semenjak dalam dadaku bak mentari. aku menemukan al-haq kapan itu.

Karomah Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Menghentikan Hujan abu

Syekh Ali polong Musafir menuturkan : bersama beribu-ribu orang lainnya,aku berkumpul bikin mendengarkan ceramah Syekh Abdul Qodir di bekas terbuka. Ketika ia berbicara,hujan anjlok tebal dan sebagian makhluk mulai pergi majelis. Langgit terpejam mega pekat. Syekh Abdul Qodir lampau menengadahkan majikan dan tangannya seraya sembahyang “Ya Allah,aku telah berusaha mengumpulkan sosok demi engkau,apakah anda menjauhkan mereka dariku?” Tidak lama kemudian,hujan mengetem. Tak suka-suka setetes air hujan angin yang terban hingga kamu radu berpidato meskipun diluar tempat kami berkumpul hujan turun dengan deasnya.

Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Mengatasi Semua Penyakit Ulama

Syekh Abuk Muhammad Al-Mufarroj meriwayatkan , pada waktu saya ikut hadir di majelis Syekh Abdul Qodir, seratus orang ulama Baghdad sudah lalu berkumpul masing-masing mengapalkan plural komplikasi untuk menguji Syekh, lalu beliau menundukkan kepalanya, maka tampaklah maka dari itu mereka cahaya laksana kurat keluar dari dada engkau. Kemudian cahaya itu menghampiri dada tiap para ulama tadi, serampak mereka menjadi menggigil kebingungan dan nafas mereka naik turun, suntuk mereka berteriak dengan pekik yang setara, baju yang mereka pakai mereka robek-robek seorang, demikian pula sorban yang mereka pakai, mereka lemparkan koteng, lalu mereka mendekati kursi Syekh dan di pegangnya tungkai kamu, lalu sendirisendiri bergiliran menurunkan kaki Syekh di atas kepala mereka.

Puas saat itu suasana menjadi gaduh dan hiruk pikuk. Lalu Syekh memeluk dan menjepit para alim jamhur itu koteng demi sendiri, dan problem yang akan dikemukakan mereka satu-persatu dijawabnya dengan tepat dan jelas serta memuaskan. Mereka menjadi tercengang serta kagum atas kepintaran dan kehebatan Syekh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadinya akan mereka tanyakan.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Merubah Kanak-kanak anyir Perempuan Menjadi Laki Suami

Syekh Hawad Al-Qodiri menanggali, ada sendiri laki-laki hinggap menghadap Syekh Abdul Qodir dengan permohonan mau memperoleh anak laki-laki karena Syekh tempat berlindungnya orang banyak, dan do’anya selalu di songsong Alloh SWT.

Kata Syekh : “Permohonanmu itu wajar-wajar saja, akan datang juga beliau akan memperoleh momongan lelaki”.

Mendengar pernyataan yang menggembirakan itu setiap hari beliau selalu hadir di madrosah majelis ta’lim Syekh Abdul Qodir.

Beberapa hari kemudian isterinya melahirkan momongan bayi perempuan, habis dengan segera engkau membawa jabang bayi itu menghadap Syekh, kontan menyerahkan bayinya ia berkata diiringi keluhan: “Mulai sejak dahulu saya selalu mengharap ingin memperoleh anak asuh lelaki, namun kenyataannya kini bayi perempuan, tidak orok lanang”.

Perkenalan awal Syekh : “Taajul balut burit bayimu itu dan bawa pulang, besok juga sira akan memperoleh bayi laki-laki”. Kemudian dibalutnya bayi itu dengan pemburitan lalu diemban dibawa pulang.

Setibanya di rumah dahulu dibuka pembebat bayinya, dan dengan diliputi rasa bahagia si mungil kanak-kanak anyir itu menjadi kanak-kanak anyir laki-laki membujur karomah Syekh Abdul Qodir dan seijin Alloh

Yang Maha Kuasa.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Membagi 40 Aswa Untuk Pengobatan

Diriwayatkan, cak semau seseorang yang beralamat silam di suatu arena nyana jauh dari ii kabupaten baghdad. Terbetik berita yang sebatas kepadanya tentang kemasyhuran Syekh Abdul Qodir, ia bermaksud akan menyekar berkunjung ke flat Syekh karena terdorong rasa mahabbah.

Setiba di kota Baghdad, kamu tercengang keheran-heranan melihat bangunan istal kuda kepunyaan Syekh sangat megah dan bagus, kayu lantai istalnya dibuat dari emas dan selaka,pelananya dibuat dari kenur dewangga yang mulia warnanya, kudanya ada 40 ekor semuanya bagus dan mulus sehingga kebagusannya enggak suka-suka tolok bandingannya.

Terangan-angan internal hatinya prasangka yang kurang baik, bisikkan hatinya bercakap: “Konon dikatakan orang ia seorang wali, cuma mengapa kenyataannya jauh berbeda sekali ?. Ia koteng pemadat pencinta dunia. di mana suka-suka seorang wali yang cenderung mencintai dunia ?. Sikap prilaku semacam begini tidak pantas diberikan gelar waliyulloh (Buah hati Alloh)”.

Semula kamu ingin berpadan Syekh. seketika itu juga dibatalkan niatnya tadi, lampau sira bertamu kepada seseorang di daerah tingkat itu.

Selang beberapa hari kemudian ia runtuh sakit, dan penyakitnya lampau parah, tidak ada seorang dokterpun di kota itu yang mampu mengobati penyakitnya. Kebetulan ada seorang ulama juru hikmah, ia memberi petunjuk, katanya: “Menurut diagnosa penyakitnya itu lewat canggih, sulit untuk dapat sembuh, kecuali kalau diobati dengan pengobatan hati kuda sebanyak catur puluh hati kuda, baru bisa sembuh, dengan persyaratan kudanya harus memiliki, mempunyai sifat dan rang khas tertentu.”

Di antara mereka ada yang memperhatikan, dan menyarankan segera menghubungi Syekh, “Karena beliaulah yang memiliki beberapa kuncir dan n kepunyaan sifat bentuk khas yang diperlukan itu. Mintalah kepada anda pertolongan dan bantuannya. Beliau seorang karim dan suka memberi sambung tangan.”

Di waktu mereka mengarah Syekh, dengan suka rela beliau mengabulkan petisi mereka, setiap harinya disembelih seekor kuda bikin diambil hatinya, sehingga kuda yang empat puluh ekor itu habis semuanya.

Dengan pengobatan empat puluh hati kuda, sembuhlah basyar itu berpunca penyakitnya, beliau sembuh fit seperti sedia rasi. Dengan rasa syukur yang tiada hentinya diiringi rasa sipu, engkau datang menghadap Syekh untuk mohon ampunannya.

Syekh berfirman: “Bagi dikatahui olehmu, bahwa sejumlah ekor jaran yang ku beli itu sebenarnya stok dan babak untukmu, karena aku tahu bahwa kamu akan bernasib baik bencana alam menderita penyakit parah yang tak ada obatnya kecuali harus dengan catur puluh kerat hati kuda. Aku luang maksudmu, sediakala kamu datang berziarah kepadaku satu-satunya-ain didorong rasa cinta kepadaku, namun perian itu kamu berprasangka buruk, dan kau tidak senggang hal nan selayaknya sehingga engkau bertamu kepada orang lain.”

Sehabis mendengar penjelasan itu, ia merasa banyak bersalah dan segera ia bertobat, silam Syekh melempengkan dan memantapkan keyakinannya.

Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani Mendoakan Wanita Memiliki 7 Anak asuh Laki Suami

N domestik kitab Muntakhob Jawahiril Qolaid diriwayatkan, ada seorang perempuan datang memusat Syekh Abdul Qodir, maksudnya ia mohon do’a restu dan karomah Syekh kiranya beliau dikaruniai seorang anak yang menjadi dambaan hati buah pelerai lara. Lampau Syaikh melihat tulisannya di Lauhil Mahfudz, ternyata bagi perempuan itu lain cak semau tulisan akan memiliki anak. Disaat itu sekali lagi Syekh berdo’a kepada Alloh Yang Maha Berkuasa agar amoi itu diberi dua insan anak. Selesai anda berdo’a terdengar sabda Alloh : “Bukankah kamu sudah meluluk di Lauhil Mahfudz bahwa seorang anakpun tidak suka-suka tulisannya buat dayang itu, dan sekarang malah kamu mohon dua manusia anak ?”. Syekh bertutur lagi : “Saya mohon tiga anak asuh”. Dikala itu datang lagi sabda Alloh : “Kamu sudah mengaram di Lauhil Mahfudz engkau tidak suka-suka lukisannya sendiri anakpun, masa ini kamu minta tiga anak”. Syekh berujar lagi: “Ya Alloh saya mohon empat basyar anak”. Demikian selanjutnya permohonan Syekh lebih meningkat hingga pada permohonan tujuh orang anak. Pada waktu sebatas sempadan tujuh hamba allah anak asuh, hinggap sabda Alloh: “Sekarang sudah cukup, jangan lebih bermula sapta, dan permohonan itu Ku-peroleh”. Atas anugerah karunia itu lalu engkau bersujud syukur kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kemudian Syekh mencomot segumpal tanah, dan sedikit berasal tanah itu diberikan kepada perempuan itu. Dengan mengharap barokahnya lalu perempuan itu membuat liontin ain kalung dari lahan itu yang dilapisi perak. Sejumlah hari kemudian gadis itu hamil, dan setakat masa sembilan bulan ia melahirkan bayi kembar siam sapta bayi pria semuanya dalam peristiwa sehat dan selamat. Kian masa bayi itu menjadi lautan dan meningkat menjadi anak asuh- anak asuh dewasa. Sejumlah tahun kemudian, keyakinan kuntum itu menjadi berubah. Tercetus dalam bisikan lever perempuan itu prasangka buruk terhadap Syekh. Ia mengomong sedarun memegang perhiasan liontin indra penglihatan kalung yang dipakai: “Untuk segala apa gunanya persil ini tiap hari majuh bergantung di radiks leherku, saat ini aku sudah punya anak,untuk terlebih kalung ini kupakai, tidak suka-suka gunanya”. Seusai kamu berkata intern hati nuraninya dengan kesertamertaan ketujuh anaknya itu ranah. Melihat kejadian yang tidak terduga itu, segera dara itu berangkat menumpu Syekh serempak menangis tersedu-sedu dan bertobat mohon ampunannya karena jauh sebelumnya sudah berprasangka buruk kepada Syekh. Menerima tuduhan dan keluhan itu, Syekh berujar “Saat ini juga beliau cepat pulang, dan segala apa yang menjadi karsa dan harapanmu itu akan diterima juga jemah”. Setibanya dirumah dengan penuh bingung ternyata anaknya yang telah lengang, semuanya hidup kembali.

Sekian artikel mengenai Kisah Karomah Syekh Abdul Qodir Jaelani. semoga kita bijak intern menyikapi karomah yang diberi oleh ALLAH SWT kepada para wali walinya di muka bumi dan menjadikannya umpama bahan penataran bahwa memang tidak ada yang bukan siapa bagi ALLAH SWT. wallahu a’lam.

Source: https://www.fiqihmuslim.com/2017/02/kisah-karomah-syekh-abdul-qodir-jaelani.html