Hari Sabat Adalah Hari Apa

Waktu Sabat: Sabtu atau Minggu?

 Yeremias Jena  |
  11 Mar 2022, 11:33

Sejumlah Gereja Protestan bermula denominasi Adven Hari Ketujuh, Baptis Hari Ketujuh, dan beberapa Gereja Protestan lainnya menuduh Gereja Katolik mengubah perian Tuhan -periode lakukan berhenti beraktivitas supaya sahaja memuji dan menghormati Yang mahakuasa- dari hari Sabtu ke periode Minggu. Menurut mereka, para pengikut Kristus seharusnya menguduskan waktu Sabat, dan itu adalah hari Sabtu.

Tuduhan atau klaim semacam ini sebetulnya diasalkan pada sebuah buku karya Ellen G. White, pendiri Gereja Protestan denominasi Adven Periode Ketujuh. Sentral nan diberi judul
The Great Controversy
(terbit periode 1858) itu mengklaim bahwa Gereja Katolik telah mengubah hari Sabat dari hari Sabtu ke hari Minggu sejak masa pemerintahan Kaisar Konstantinus (abad ke-4 M), karena ingin menyesuaikannya dengan perayaan keagamaan makhluk Romawi kafir, yakni Hari Mentari (the day of the Sun), dan itu adalah masa Minggu (Sunday).

Bagaimana agar menyikapi hal ini? Betul bahwa Perjanjian Lama menamai ‘periode ketujuh’, tetapi apakah hari ketujuh itu adalah hari Sabtu atau hari Minggu tidak dikatakan secara jelas. Hari ketujuh dianggap sebagai periode Sabtu itu nirmala tradisi Yahudi. Sebagai makhluk Katolik, kita semoga tidak turut-ikutan mengerti hari Sabat bak hari Sabtu. Pemahaman kita hendaknya dikonteksnya internal kurat Perjanjian Baru dan ajaran Yesus Kristus itu koteng. Kalau tidak demikian, bagaimana kita bisa memahami reaksi Yesus terhadap orang Farisi yang mencela murid-murid-Nya melanggar hari Sabat (Mat. 12:1-8; Luk. 13:10-16), ketika Kamu mementingkan bahwa ‘Anak Manusia memang kian osean dari hari Sabat?’ Juga bahwa ‘Waktu Sabat diadakan untuk turunan dan bukan orang kerjakan hari Sabat’ bahwa ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas tahun Sabat.’ Demikianlah, sejak Perjanjian Baru, orang Kristen tidak lagi mengikatkan diri pada waktu Sabat dan tuntutannya, melainkan kepada Waktu Tuhan, yakni Musim Minggu (Kis 2:7; 1Kor 16:2; Kubis 2:16-17, Why 1:10.
Lihat pula KGK 2173).

Ter-hormat bahwa Gereja Katolik, berdasarkan yuridiksi Yesus Kristus, mengubah tradisi hari Sabat Yahudi pecah hari Sabtu ke Waktu Almalik (periode Minggu). Memang ada tradisi nan mengasalkan perubahan ini lega masa kekuasaan Konstantinus di abad ke-4 masehi. Tetapi sebenarnya jauh sebelum itu, karena diasalkan sreg cara pandang dan sikap Yesus koteng terhadap hari Sabat.

Sejak Perjanjian Baru, waktu Sabat atau Hari Almalik itu adalah hari Minggu atau hari kedelapan atau hari permulaan privat minggu. Bagi insan Katolik, dua keadaan terdahulu terjadi plong hari Minggu.
Pertama, kebangkitan Halikuljabbar Yesus terjadi sreg hari Minggu Paskah, yakni masa pertama kerumahtanggaan minggu (lih.
Yoh. 20:1 dst).
Kedua, Jibril terban atas Gereja dan para peserta sreg hari Minggu Pentakosta (lih.
Kis 2:1 dst). Juga setelah kebangkitan, Yesus dua boleh jadi menampakkan diri-Nya kepada para murid di waktu Minggu (Yoh. 20:19, 26). Inilah sebabnya mengapa orang Katolik memaknakan masa Minggu seumpama Hari Halikuljabbar (Lord’s Day).

Demikianlah, harus dikatakan bahwa Gereja Katolik -berdasarkan pengaruh Yesus Kristus sendiri- memaknakan waktu Sabat sebagai Musim Almalik, dan itu adalah hari Ahad. Katekismus Basilika Katolik menjelaskan ini privat dua perspektif (lih.
KGK 2174-2175).
Pertama, masa Minggu sebagai hari kebangkitan dan waktu ciptaan mentah. Kebangkitan Yesus Kristus pada tahun pertama dalam minggu (Waktu Pekan) mengingatkan kita akan ‘penciptaan pertama’. Dan sebagai ‘hari kedelapan’ selepas Sabat menunjuk kepada ciptaan baru yang cak bertengger setelah kebangkitan Kristus.
Kedua, hari Ahad sebagai penyempurnaan tahun Sabat. Di sini hari Sabat pasti berlainan dengan hari Tuhan (perian Pekan). Ibarat penyempurnaan periode Sabat, orang Kristen merayakan hari Tuhan sehari sesudahnya. Sebagai realisasi berusul Paskah Kristus, hari Minggu menepati arti rohani sebagaimana yang hendak dicapai dalam waktu Sabat. Di musim Pekan, seluruh tuntutan Sabat, terutama pentingnya beristirahat pecah segala aktivitas manual demi memuji dan menghormati Yang mahakuasa, kini mendapatkan kepenuhannya, yakni ‘memberitakan istirahat abadi di intern Allah’.

Apa yang boleh disimpulkan berpangkal uraian ini?
Pertama, hari ketujuh intern pagar adat Yahudi merupakan masa Sabtu dengan seluruh muatan syariat dan ritual yang menyertainya. Orang Katolik tidak mengikatkan diri pada hari Sabat (Yahudi) karena Almalik Yesus sudah menyempurnakannya menjadi hari kedelapan (satu hari setelah Sabat) atau periode pertama internal ahad. Itulah waktu Sang pencipta.
Kedua, hari Pekan adalah hari Paskah Kristus. Kebangkitan Kristus telah menyempurnakan Sabat (Yahudi), yakni menitikberatkan sebuah penciptaan dan penegasan akan kreasi yang baru, yaitu keselamatan sosok nan berpusat pada diri Yesus Kristus.
Ketiga, tuduhan apapun dan dari pihak manapun bahwa Katedral Katolik mengganti periode Sabat dari hari Sabtu ke hari Minggu yakni aduan yang tidak berdasar, baik pecah segi fakta historis alias pemahaman doktriner Dom Katolik itu sendiri.

Lihat Sekali lagi:

  • Informasi Ahad Digital (PDF)

Kolom Iman (WM) Lainnya…

Source: https://www.parokimbk.or.id/warta-minggu/kolom-iman/12-03-2017-hari-sabat-sabtu-atau-minggu/