Kata Kata Puisi Tentang Sahabat

“Daluang Alumnus”
(Karya: Asty Kusumadewi)

Perselisihan pasti ada
Perbedaan tentu ada
Semua terjadi karena kita sahabat
Saling mendukung dan membutuhkan

Ingatkah tentang kertas keluaran?
Kertas mantan di bawah mejaku
Berisikan kenangan mulia bersamamu
Sahabatku, sahabat terbaikku

Sahabatku, Keluargaku
(Karya: Asty Kusumadewi)

Sahabatku adalah keluargaku
Sahabatku adalah putaran hidupku
Engkau menemaniku
Engkau melindungiku

Hujatan berceceran kepadaku
Masalah berdatangan kepadaku
Tetapi sira sahabatku
Tak pernah menghubungkan untuk menyemangatiku

Kau sama dengan keluargaku
Ada dikala dayuh
Ada dikala senang
Kau merupakan individu panjang hati dengan segala apa kebaikanmu

“Sahabatku, Jiwaku”
(Karya: Asty Kusumadewi)

Sahabatku
Engkaulah jiwaku
Engkaulah manusia sabar selain keluargaku
Engkaulah nan membantuku dikala musykil

Ini bukan berfirman barangkali aku
Bukan berfirman siapa kamu
Tapi berbicara siapa kita
Sahabat zakiah dengan apa realita

Ingat aku cak acap sahabatku
Ada dan enggak adanya kamu
Makna persahabatan adalah tetap suatu
Tetap setakat menumpu Surga-Nya

“Puisi Sahabat”
by: –

Gumpalan awan itu seolah mendongeng tentang kita
Langit nan dramatis adalah suasana bahagia dan suci kita
Sementara, hujan deras itu bagai air netra
Matahari yang binar menjadi wajah kita semua

Aneka jenis pelangi seolah jalan warna pengembaraan kita
Sebagai penanda hujan reda
Kala perbedaan, perselisihan
Berubah menjadi keayuan

Langit menjadi beremak bahasa
Kadang menyangkal dan kadang mengiyakan
Kadang menyedihkan dan kadang menggembirakan
Itupun enggak bisa lagi kita sangkal

Dunia memang seperti itu adanya
Pun tentang perkawanan
Namun, toh kita tetap bersama
Sebagai kawan bahkan saudara

“Puisi Sahabat Kecil”
by: –

Teman
Taukah kau sejak kapan kita melalui banyak detik bersama?
Berapa lama kita menjadi sahabat?
Benar, aku tak ingin luang itu
Pula tak kepingin menghitungnya

Karena persahabatan kita selamanya
Karena kau selamanya di hidupku
Bersamamu, bandingan
Dukaku peroi menjadi bahagia
Air mataku hilang menjadi tawa

Kepenatanku pun sirna serupa itu sahaja
Diamku pecah menjadi suci
Lalu suci itu menjadi bahagia kita semua
Silakan kita selalu menjaga pertemanan ini
Setakat lusa, kemudian hari, dan nanti

Lusa, waktu yang tidak terkaji
Agar kita tak sahaja berteman dan bersahabat
Rasi senang saja
Agar persahabatan kita bukan sebatas pada masa katai sekadar

“Puisi Sahabat”
by: –

Sahabat,
Engkau bagai bayangan yang selalu cak semau padaku
Saat dingin kau menjadi penghangat
Detik rumit mentari menyinar, kaulah tirai itu

Sahabat
Ku akui sehelai jiwaku telah termiliki
Namun, engkau pun yang menempati bagian bukan
Tetaplah gelojoh di samping dan untukku

Kau belalah menyemangati
Kau memberi mumbung ikhlas
Tak sedikitpun kau lalai
Akan makna persahabatan ini

Pintaku sahabat
Tetaplah di sini
Menemani kala ku tungkap
Warnai dengan canda tawamu

Kala aku menetes air mata
Kau hadirkan senyum tulus
Yang membawa kembali ceriaku
Kau hadir setiap ketika

Kala sedih pun bahagia
Begitulah kita
Selalu bersama
N domestik doyan ataupun duka

“Puisi Sahabat”
by: –

Sahabat yaitu tempatku mengadem
Rasi gerimis terlebih hujan mengguyur
Sahabat adalah tempatku berbagi
Tentang perjalanan semangat ini

Karena itu, bagaimana bisa manusia tanpa sahabat
Tak barangkali sendiri minus sahabat
Karena bagaimanapun, engkau tak bisa memungkirinya
Arti sebuah persahabatan

Teman, sahabat
Bukan tentang sebuah tanda
Tidak akan halnya sebuah formalitas tetapi
Itu adalah keniscayaan dalam hidup kita

Pasangan, sahabat
Bukan tentang pertepatan
Tak tentang komitmen sekali lagi
Namun yaitu tentang semuanya

“Berpisah Jua”

Sahabat
Ku ucapkan selamat berakhir
Pun aku tak centung pernah lalai
Adapun makna pertemanan kita

Lekaslah pergi
Dan lekas pula kembali
Lalu kita bersuka cita lagi
Bersama-sama dan berkisah ke sana-sini

“Puisi Sahabat”
by: –

Sekian lama aku menjalani hidup bersamamu
Sudah, sedih, bahagia kita rasa bersama
Itu bersamamu, sahabatku

Begitu banyaknya kenangan
Yang membekas di utas pertualangan hidup kita
Bisa jadi separuh ataupun bahkan lebih

Sahabat, lembar itu tidak bakal dikenang bagiku
Itulah bukti dan syahid persahabatan kau dan aku
Walau itu lain aktual apapun
Aku enggak cerek bisa menghilangkannya dari ingatan

Aku akan ingat bosor makan senyummu, sahabat
Senyum yang selalu mengapalkan kesenangan bersama
Tiada kaupun aku masih bisa melihat itu berusul tempatku berada
Meski, kau tak lagi di sana

Sahabat, kita tetaplah sahabat yang semula
Tinggal tadinya kita bertemu
Juga di pengunci kita berjumpa
Aku takkan pernah pangling akan itu

“Tembang Sahabat”
by: –

Denganmu, sahabat
Biarkan aku berkuyup-kuyup ria menjalani banyak narasi
Kita bersama
Menangkap basah medalion-medalion berkelip di langit
Memancarkan seri kegembiraan

Denganmu, sahabat
Aku ingin menghayati kedalaman keefektifan pertemanan
Fisik dan hatipun seolah takkan bosan
Menempuh kronologi kekompakan

Denganmu, sahabat
Rasa gembira dan bahagia tak terelakkan
Menyemai amal dan persaudaraan
Mengalihbahasakan segala apa kerinduan

Denganmu, sahabat
Biarlah aku menjadi sahabatmu selalu
Yang mengalir bersama orang dambaan
Hingga kita tersenyum luhur bersama

“Tembang Sahabat”
by: –

Kala hidupku terasa nihil
Rekata tahun-hariku seorang
Dan rekata anganku senyap
Aku teringat padanya, adalah sahabat

Bukan satu alias dua orang
Karena itu aku menginginkan kekompakan kembali, sahabat
Kesendirianku tak ubahnya melupakanmu sahabat
Justru membuatku merasa persahabatan kita makin abadi

Bukan sebab kita jauh
Aku di sini dan kau semua di sana
Tapi karena masa-masa kita bersama
Karena hati dan pikir kita kembali berbeda

Mari kita bersabung juga
Yuk kita bersama pun
Mari kita berceria, bercanda, dan bercerita
Tentang segala apa saja

Kita berbagi pengalaman
Kesedihan, bahagia, dan kekonyolan
Kadang eksemplar pikir kita berbeda
Selalu ada kesamaan nan teramat banyak antara kita
Begitulah kita, sahabat

“Puisi Sahabat”
by: –

Sahabat..
Sudah sekian lama kita berteman
Sejak kita baru mengenal apa itu kata dan angka
Kita sekelas polosnya
Yang kutahu hanya main-main dan bermain kala itu

Bertikai yakni keadaan yang wajar
Sampai-sampai telah menjadi adat
Tanpa itu bisa jadi tiada rona
Kerumahtanggaan pertemanan kita

Karena itu, aku menyebutnya sahabat lama
Enggak berarti itu artinya persahabatan kita kadaluarsa
Namun, kau merupakan perseroan masa anak-anak dan dewasaku
Itulah karna kita sudah semacam itu lama berkawan
Bagaimanapun keadaannya

Bagaimana sekiranya kita ulang tahun itu lagi, sahabat
Telah lama kita bukan bermain dan tertawa Bersama
Karena jarak itu hadang kita
Untuk camar Bersama

Kalaupun kini ada kendaraan whatsapp dan semacamnya
Itu takkan membuatku puas tuk bercengkrama denganmu
Sementara aku luang kita sama-sama invalid waktu

“Syair Sahabat”
by: –

Sahabatku..
Sahabatku, saudaraku
Uri kala di perantauan
Saudara sepadan di sepernasiban
Mungkin nasiblah yang mengijabkan

Sahabatku..
Kawanku, biarlah relasi kita ini tetap menjadi saudara
Sampai ajal tiba
Walau kita tak satu Rahim nan sama

Sahabatku..
Kita adalah saudara seperjuangan
Saudara sekebangsaan
Kita selevel-sebabat n kepunyaan sebuah impian

Kalaupun itu kita harus menggapai impian
Dengan parak
Ku yakin kita konstan tak kan merenggang
Kita saling kabar, sahabat.

“Puisi Sahabat”
by: –

Serikat..
Lupakan tentang semua
Apapun masalahnya
Adapun hal buruk yang pernah suka-suka

Lupakan tentang selisih antara kita
Sebab itu hal biasa
Jangan kau anggap itu pengimbang
Pembeda yang memecahkan kita

Kawan..
Aku bukanlah kecil pula
Ku yakin, begitupun engkau
Mari kita baikan kembali

Seperti semula
Yuk kita siuman persaudaraan
Melalui sebuah persahabatan
Sonder ada dendam antara kita

Kawan..
Marilah kita untuk ini pelajaran
Pelajaran akan makna vitalitas
Kembali makna sejatinya persahabatan

Tiada yang lebih baik
Dan tiada yang makin buruk
Antara kita
Karena harusnya kita ubah melengkapi

“Puisi Sahabat”
by: –

Mari kita bermain, sahabat
Permainan apapun itu
Permainan yang ceria
Permainan yang bisa mendekatkan kita kian

Mari kita bercurhat, sahabat
Ceritalah adapun apapun itu
Aku kan mendengarkannya
Seperti itu pun aku kan berkisah adapun apapun
Marilah kita bagi Bersama

Mari kita bergurau, sahabat
Topik apapun itu
Apa kau mutakadim menyiapkannya?
Aku pun sudah, dan mari kita mulai bercandanya

Seyogiannya kita tertawa
Mudah-mudahan kita bahagia
Semoga kita sama-sekelas merasa tak sendirian
Karena kita Bersama

Mari kita lukis impian
Pasti kau dan aku berbeda
Aku cerek membentuk asaku, demikian kau
Sepakat, ya kita morong berpisah tuk tentatif

“Puisi Sahabat”
by: –

Tidak mudah bikin mengungkapkannya dengan kata
Mungkin ini akan begitu melelahkan
Ini seperti itu membosankan
Lebih-lebih, kelihatannya begitu mendongkolkan

Awak ini seolah beku bagai retakan salju
Dan entah kapan mencairnya itu
Benar sahabat,
Semua itu seolah sinar lampu busur
Di depan panggung yang tiada penonton
Menerangi diri ini rekata n domestik kegelapan

Bisu, ku tungkap
Tanpa senyum ataupun air mata
Bagiku ini semacam itu menyedihkan

Semata-mata, mari kita bangun Bersama, sahabat
Kau tak koteng
Kau tak koalisi dan tak akan berdiri sendiri
Begitupun aku

Jikalau kepingin pun perlu
Biarlah air matamu jatuh
Biarlah mulutmu berteriak gigih rekata hatimu memanas
Itu lebih baik bagiku
Tinimbang aku harus melihat kau terkelu kaku
Seolah seorang tanpa dialog

“Kepada Kawan”
by: Chairil Anwar

Sebelum ajal mendekat dan berkhianat
Mencengkam berusul pinggul saat kita tak melihat
Selama masih bergelombang intern darah serta rasa
Belum bertugas tawar hati dan gentar belum ada

Tak lupa menginjak-tiba bisa malam terbenam
Layar merah terkibar hilang internal suram
Perseroan, silakan kita putuskan masa ini di sini
Berputih yang menarik kita, sekali lagi mencekik diri sendiri!

Jadi..
Isi gelas sesudah-sudahnya lantas kosongkan
Tembus jelajah manjapada ini dan baikkan
Rangkul kecup perempuan, tinggalkan kalau merayu

Memperbedakan kuda yang paling kecil liar, pacu lampias
Jangan tambatkan plong siang dan malam

Dan..
Hancurkan lagi barang apa yang kau perbuat
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat
Tak minta ampun atas segala dosa
Tak menjatah minta diri pada sembarang orang!

Jadi..
Mari kita putuskan sekali lagi
Ajal nan menarik kita kan merasa angkasa sepi
Sekali lagi sekutu, sebaris sekali lagi
Tikamkan pedangmu menyentuh hulu
Pada siapa yang merendam kemurnian madu!

“Kawankan dan Aku”

Kami sejajar pejalan larut
Menembus kabut
Hujan penghancur badan
Berkakuan kapal-kapal di dermaga

Darahku mengental pekat
Aku tumpah padat
Siapa berkata-kata?
Kawanku sahaja bentuk doang
Karena dera mengelucak tenaga

Dia bertanya jam berapa?

Sudah larut sekali,
Hilag tergenang segala makna
Dan gerak tak punya kemujaraban

“Tembang Sahabat”
by: Kahlil Gibran

Sahabatmu adalah jawaban dari kebutuhanmu
Anda adalah lading yang kau tebar dengan cinta dan kau panen juga

Kamu yaitu kayu berasal perapianmu
Karena kau datang padanya dengan rasa laparmu
Dan kau mencarinya kerjakan ketenteraman

Ketika temanmu membicarakan pikirannya
Kau tak takut, “tidak”
Dalam pikiranmu sendiri, atau menghirup “ya”
Dan detik ia diam
Hatimu berkeinginan tidak akan mendengarkan hatinya

Karena tanpa kata-kata
Intern persahabatan
Semua pikiran, semua pamrih
Semua kedahagaan dilahirkan dan diserakkan
Dengan kebahagiaan yang tak terkatakan

Kala kau bubar dengan sahabatmu
Kau tidak menderita
Karena nan kau cintainya mungkin kan terlihat lebih jelas
Takdirnya kamu taka da
Seperti bukit yang terlihat lebih jelas berpunca gunung pasir

Dan biarkan taka da tujuan
Dalam persahabatan menyimpan jiwa yang salam
Karena cinta yang tidak mengejar apapun
Kecuali pembeberan misterinya

Bukanlah pelalah yang sesungguhnya
Melainkan sebuah jarring
Dan hanya kesia-siaan nan berhasil ditangkap

Kala ia harus tau tetang ombakmu
Biarkan ia tau akan halnya banjir-banjirmu juga
Untuk apa sendiri sahabat harus kau cari
Dengan musim yang kau bunuh?

Carilah ia selalu dengan perian bagi hidup
Karena sira ada cak bagi memenuhi kebutuhanmu
Hanya bukan kekosonganmu
Dan dalam manisnya persahabatan
Biarkan ada tawa dan kegembiraan

“Selamat Periode Bau kencur Kawan”
by: Gus Mus

Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita
Menunduk memandang diri seorang
Ki belajar firman Tuhan sebelum kita dihisab-Nya

Kawan, siapakah kita ini sebenarnya?
Muslimkah, mukmini, muttaqin,
Khalifah Allah, umat Muhammad kah kita?
Khairul ummatin kah kita?

Atau kita sama belaka dengan makhluk enggak
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak perut dan kelamin
Iman kita kepada Halikuljabbar dan yang ghaib
Rasanya makin tipis dari uang kertas ribuan

Lebih pipih berusul perca busana perempuan
Betapapun tersiksa, kita tekun di depan waktu
Dan mendadak buas dan binal di saat koteng bersama-Nya

Pengakuan kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug
Alias pernyataan taat pegawai rendahan semata-mata
Hampa tak berdaya

Shalat kita rasanya lebih buruk berbunga senam ibu-ibu
Lebih cepat bersumber pada menggelandang sahifah
Panas dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak pemuda
Puji-pujian kita sesudahnya malar-malar lebih serius,
Memohon enak di marcapada dan bahagia di akhirat

Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan dan menenggak
Dan saat istirahat, sonder menggusur programa buat syahwat
Ketika datang rasa lapar atau haus

Kita manggut-manggut
Oh.. beginikah rasanya
Dan kita mutakadim merasa memikirkan
uri-ari-ari kita nan melarat

Zakat kita pun jauh lebih rumpil terasa
dibanding tukan becak melapas penghasilannya
Untuk kupon lotre yang sia-sia

Kalaupun keluarkan,
Harapanpun minus matra upaya Tuhan
menggantinya lipat ganda

Haji kita tak ubahnya tamasya menyenangkan diri
Mengejar pegalaman spiritual dan material
Membuang uang jasa kacil dan dosa raksasa

Lalu pulang membawa stempel suci ceria made in Saudi “Haji”
Perseroan, silam bagaimana
dan seberapa lama kita lebih-lebih sibuk menjalankan
tugas mengatur bumi seisinya
menyiasati manjapada khalifahnya

Kawan, bukan terasa kita semakin pintar
Mungkin geta kita sebagai khalifah
Mempercepat proses kematangan kita
Paling lain kita semakin pintar berdalih

Kita memperkosa alam dan lingkungan
Demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan keabsahan,
Mengacau dan menipu demi keselamatan

Memukul, mencaci demi Pendidikan
Mengamalkan semaunya demi kemerdekaan
Tak berbuat segala apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemungkaran demi kesejahteraan
Pendek kata demi semua yang baik
Halallah sampai yang tidak baik

Lewat bagaimana para sarjana
Artis, mbalighm dan kiai sebagai penyambung lidah Utusan tuhan
Jangan ganggu mereka

Para cendekiawan menengah ki memenungkan segalanya
Para artis sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh menengah sibuk berteriak kemana-mana
Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa

Para majikan sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka di atas sana
Menikmati dan meratapi semangat
Dan permasalahan mereka koteng

Kepada Kawan
by: Ajip Rosidi

Apa sih hendaknya yang mau kau cari?
Maka kau serang segala penghalang
Dan kau abaikan segala nilai
Asal kau sendiri menang?

Apa sih kiraya nan mau kau dapat?
Maka kau tinggalkan semua sahabat
Juga basyar di sekelilingmu
Kau anyam berdampingan pagar curiga
Kau nyana di mana kau ketel menginjak
Bila masa telah burit?

Ternyata bukan ada joget gemulai
Ataupun suara gamelan berdelan permai
Kemajuan-kemenanganmu selama ini
Telah melontarkanmu pada langit hampa