Konsep Wahdatul Wujud Ibnu Arabi
Banyak basyar yang menganggap bahwa Ibnu Arabi merupakan penggagas paham Wahdatul Wujud. Terlebih beliau gayutan dinilai makanya Anak lelaki Taimiyah dan beberapa pengikutnya telah ateis. Namun penilaian ini segera teratasi ketika Ibnu Taimiyah bertemu dengan Taqyuddin Ibnu Athaillah as-Sakandari asy-Syadzily di sebuah masjid di Kairo. Penulis kitab al-Hikam itu memasrahkan penjelasan mengenai makna-makna metafora Ibnu Arabi.
Setelah mendengar penjelasan Ibni Athaillah dengan baik, Ibnu Taimiyah mengatakan, “Kalau sedemikian itu nan sesat adalah pandangan pengikutnya yang tidak bisa memahami makna simbolik yang disampaikan oleh Bani Arabi.”
Ibnu Hajar al-Haitami di privat kitab Fatawa al-Haditsiyah mengatakan bahwa sebenarnya Syaikh Muhyiddin Anak laki-laki Arabi terjadwal golongan aulia arifin, ulama amilin yang memegang predikat bagaikan turunan paling saleh lega zamannya, serta menjadi panutan intern segala cagak saintifik. Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Muhammad kedelai al-Arabi al-Hatimi al-Tha’i, lahir lega tahun 560 H (1165 M) di Murcia, Spanyol Daksina.
Ia masih memiliki keturunan darah Arab dari Bani Tha’i. Selepas menghabiskan hari kecilnya di Murcia, Ibnu Arabi beserta keluarganya eksodus ke Sevilla yang menjadi tempatnya tumbuh dan memufakati pendidikan radiks, serta menjadi kebun kehidupan yang mapan bagi keluarganya. Puas musim tadinya kehidupannya di Sevilla, Ibnu Arabi bersesuai dua sendiri penanggung jawab perempuan, Yasamin dari Marshena (Yasmin Mursyaniyah) dan Fathimah bermula Cordoba (Fatimah al-Qurthubiyah). Kedua wali putri ini sangat memiliki pengaruh dalam orientasi kehidupan Ibni Arabi. Terutama Fathimah, sebagai perempuan yang sudah lanjut arwah, namun n kepunyaan wajah canrik yang disetarakan dengan perempuan berusia 17 tahun. Ibnu Arabi memperlakukannya perumpamaan ibu pembimbing spiritual selama dua musim.
Benarkah Anak lelaki Arabi Pelopor Reseptif Wahdatul Wujud?
Wahdatul Wujud diartikan sebagai kesatuan wujud antara makhluk dengan Tuhan. Wujudnya umbul-umbul yang boleh dilihat dengan panca alat pencium bani adam ini adalah penampakan Dzat Allah SWT. Sehingga tidak ada perbedaan sama sekali antara Allah dengan makhluk-Nya, atau antara Pencipta dengan yang diciptakan. Engkau adalah al-Haq, dan Dia yakni makhluk. Keduanya (al-Haq dan makhluk) adalah dua keunggulan satu hakikat.
Banyak yang beragapan bahwa reaktif Wahdatul Wujud ini berasal bermula Ibni Arabi. Bahkan sebatas sekarang pendapat tersebut masih ada. Sehingga membuatnya dituduh bak Panties, Panenteis, dan Monis Eksistensial. Puas kronologi yang kian masa kini, sira dituduh perumpamaan penyanjung Mistisisme Natural.
Wajib diketahui bahwa antara Wahdatul Wujud di n domestik Selam dan Wahdatul Wujud di kerumahtanggaan jagad pemikiran Barat sangatlah farik. Ibnu Arabi privat analisis tasawufnya menganut tanggap Fana’, Wahdah atau Ittihad yang percaya bahwa Almalik itu segala sesuatu yang terserah di standard semesta, dan hanyalah Allah yang ada di jagat rat ini. Artinya lain ada wujud hakiki selain Tuhan, padahal internasional ini hanyalah manifestasi-manifestasi Allah.
Sementara itu dalam jagad pemikiran Barat, Wahdatul Wujud alias boleh disebut Pantheisme dimulai berpangkal masa Plotinos sampai Hagel. Konsep Pantheisme ini mengatakan bahwa alam secara keseluruhannya enggak lain yaitu Allah itu koteng. Bagi para pemikir Barat, Allah itu tidak ada kecuali melalui kalimantang segenap dan Yang mahakuasa secara wujud bukan berbeda dengan dunia semesta.
Pantheisme tak lain menunjukan adanya kelangsungan substansial antara Tuhan dan semesta, sedangkan Ibnu Arabi sendiri merupakan orang pertama yang mengklaim transendensi mutlak Sang pencipta di atas apa kategori, termasuk substansi ini. Hal tersebut menjadi kontradiktif sekiranya dikatakan bahwa paham Wahdatul Wujud maupun Patheisme ini digagas oleh Ibnu Arabi.
Anak laki-laki Arabi tidak Penggagas Paham Wahdatul Wujud
Imam Asy-Sya’kaya di privat kitab Al-Jawahir wa ad-Durar berkali-kelihatannya menandaskan bahwa Anak lelaki Arabi bukanlah penggagas alias pengikut paham Wahdatul Wujud. Ketika membaca ungkapan Ibnu Arabi maka harus dapat memahami makna simbolik atau metafora nan tersimpan di dalamnya. Seperti memahami ungkapannya yang suka-suka di dalam kitab karangannya Fushush Al-Hikam (Untaian Mutiara Strategi) nan mengatakan, “Makai Ia (Sang pencipta) pun memujiku, dan aku memujiNya. Dan Dia menyembahku, dan aku pun menyembahNya. Internal keadaan lahir aku menyetujuiNya, dan dalam keadaan hakiki aku menentangNya.” Jika idiom Bani Arabi ini dipahami dengan apa adanya, niscaya orang akan terlulur berusul kebenaran dan akan mengacak mengaibkan Ibnu Arabi memiliki paham Wahdatul Wujud.
Ibnu Hajar al-Haitami mutakadim berpesan bakal pergi membaca kitab-kitab karangan Ibnu Arabi dengan alasan apapun. Sebab di privat kitab karangannya tersebut terdapat pembahasan hakikat yang saja bisa dipahami maka itu para ulama yang mutakadim mempelajari secara mendalam Al-Qur’an dan Sunah, serta sudah hingga ke pada tingkatan hakikatnya ma’rifat dan ma’rifatnya hakikat.
Sendiri akademikus Barat bernama Wiliam C. Chittick melakukan amatan secara intens tentang karya-karya Anak laki-laki Arabi. Kamu tak menemukan istilah teknis Wahdatul Wujud di n domestik karya Anak lelaki Arabi. Sebenarnya para induk bala sufi sebelum Ibnu Arabi sudah pernah mengajarkan konsep yang hampir sebagaimana Wahdatul Wujud, ialah Ma’ruf al-Karkhi, sendiri tokoh sufi terkenal di Baghdad yang nyawa empat abad sebelum Ibni Arabi. Pencetus sufi ini dianggap purwa kali mengekspos syahadat dengan kata-perkenalan awal, “Tiada sesuatu pula dalam wujud kecuali Sang pencipta.” Selain itu, ada Debu Abbas Qassab nan hidup pada abad ke-4/ ke-10, dengan mengungkapkan kata-introduksi nan dempet sama; “Tiada sesuatu pun privat dua dunia kecuali Illah. Segala Sesutu yang ada (maujudat), segala sesuatu selain wujud-Nya, adalah tiada (ma’dum).”
Konsep Wahdatul Wujud Ibnu Arabi bukanlah Wahdatul Wujud Matrealistis (Patheisme) yang mengatakan suka-suka penyatuan antara mahkluk dengan Tuhan. Lebih-lebih sebaliknya Anak laki-laki Arabi mengatakan bahwa wujud yang hakiki adalah wujud Tuhan al-Haq yang menampakan dirinya di kerumahtanggaan dunia semesta. Sehinga Anak lelaki Arabi menjadi orang permulaan nan meruntuhkan konsep Patheisme tersebut. Buncit, Ibnu Arabi juga bukan penggagas paham Wahdatul Wujud, hal ini dibuktikan berasal pendalaman nan ada bahwa tidak ada teknis khusus bakal menjalankan konsep Wahdatul Wujud, dan jauh sebelum beliau sudah lalu ada para sufi lain yang mengirimkan konsep penyatuan makluk dengan Tuhan.
Sendang Bacaan
- Ridlwan Qoyyum Sa’id, “Fiqh Perdukunan Fatwa-Fatwa Ulama Menyorot Tarekat & Mistik”, Mitra Gayatri Blok H. 05 Lirboyo Kediri, Januari 2004.
Sayyed Hoossein Nasr, “Tiga Mazhab Utama Filsafat Selam Anak laki-laki Sina, Suhrawardi, dan Ibnu ‘Arabi”, Penerbit IRCiSoD
Hasanul Rizqa, “Ibnu Arabi, Salik Dalang Wahdatul Wujud”, 27 April 2022 n domestik Republika.co.id, https://www.republika.co.id/berita/q9g81x458/ibnu-arabi-salik-penggagas-wahdatul-wujud
Irham Maulana, “Menganal Ibn Arabi dan Paham Wahdatul Wujud, Paham Manunggaling yang Banyak Disalahpahami Orang”, 31 Desember 2022, kerumahtanggaan Harakah.id, https://harakah.id/mengenal-ibn-arabi-dan-paham-wahdatul-wujud-reaktif-manunggaling-yang-banyak-disalahpahami-orang/
Abdul Aziz, “Al-Ghazali dan Paham Wahdatul Wujud”, 17 Desember 2022, dalam Bincang Syariah, https://bincangsyariah.com/rubrik/al-ghazali-dan-paham-wahdatul-wujud/
Ali Usman, “Mengerti Seluk-Beluk Wahdatul Wujud”, 19 Mei 2022, n domestik Alif.id, https://alif.id/read/ali-usman/219023-b219023p/
Source: https://alif.id/read/nqh/benarkah-ibnu-arabi-penggagas-paham-wahdatul-wujud-b245964p/