Lawan Tanding Adipati Karna Yaiku
Kompasiana yaitu platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tak mewakili rukyat redaksi Kompas.
Saya menggolongkan cerita ini bagaikan cerita rakyat masyarakat Jawa. Meskipun merupakan satu lakon dalam dunia pewayangan purwa yang diambil dari kitab mahabarata, sekadar kisah ini memadai populer buat diceritakan oleh seorang kakek pada cucunya sebelum tidur.
Cerita ini memiliki falsafah yang memadai mendalam untuk sekedar diambil secara eksplisit bahwa ini yakni ki kebusukan menimbangi kelebihan. Sekiranya hanya semudah itu menjumut konklusi maka KGPAA Mangkunegara IV tidak akan memasukkan Adipati Karna dalam tiga pentolan keteladanan.
Buat saya pribadi, kisahan Karna Tanding yang merupakan cerita akhir hayat dari Adipati Negeri Awangga ini lain serampangan cerita. Banyak varian yang sudah saya baca dan dengar dari beraneka macam sumur dan kesemuanya membagun pemikiran nan filosofis dalam kepala saya.
Garis besar berusul kisah ini bak berikut.
Permusuhan pandawa dan kurawa yang berpuncak pada perang maha dahsyat Baratayudha di gelanggang Kurukserta berkecamuk dengan dahsyatnya. Hari-musim berlalu dengan gugurnya senopati senopati agung bermula kedua belah pihak.
Berasal pihak pandawa mutakadim gugur Resi Seta, Raden Utara, Raden Wratsangka, Prabu Drupada, Raden Abimanyu, Raden Gatotkaca dan enggak enggak. Sementara di pihak kurawa telah kehilangan Resi Bisma, Raden Jayadrata, dan puluhan kurawa pecah seratus nan harus dihabisi seorang oleh Werkudara termasuk Dursasana.
Lega tahun itu, kurawa mempercayakan tampuk senopati ke tangan Adipati Basukarna alias Prabu Karna untuk menganjuri barisan kurawa. Prabu Karna berangkat menggunakan kereta yang dikusiri oleh Sunan Salya.
Mendengar butir-butir pengukuhan senopati dari pihak kurawa, pihak pandawa menggeser satria panengah Pandawa ialah Raden Arjuna untuk menghadapi senapati kurawa.
Pada awalnya Raden Arjuna mencoba menolak dengan alasan bahwa Adipati Basukarna adalah orang nan berisi dan musykil ditandingi (di cerita lain disebutkan bahwa Arjuna telah mengetahui bawah usul Emir Karna). namun sehabis diyakinkan maka dari itu Prabu Kresna selaku penasihat agung Pandawa maka Arjuna bersedia. Prabu Kresna bahkan menawarkan diri untuk menjadi sais kereta perang sang Arjuna.
Perang pada periode itu akan taajul berkecamuk. Sekadar di salah satu sisi pinggir medan laga Kurukserta terpandang sendiri dayang nan berjalan mengalun bagi menemui seseorang yang dinantinya. Bak sendiri nan melintas besar darah, wanita itu berjalan bersumber pesanggrahan pandawa ke pesanggrahan kurawa. Wanita itu yakni Haur Kunthi.
Sang Dewi tertahan langkahnya saat Ia berhasil memandang durja orang yang ingin ditemuinya. Ia yaitu Adipati Karna. Sambil berkaca kaca Dewi Kunthi menghampiri dan segera memeluknya dengan kerumahtanggaan. Dengan kegalauan Sang Narpati Karna menunangi perihal kesediaan Sang Ibu dari para Pandawa tersebut.
Dewi Kunthi melakukan pengakuan dan penguakan kepada Karna. Beliau memberitahukan kepada nya bahwa Karna lahir dari rahim Bidadari Kunthi yang dibuahi oleh Betara Surya. Karena saat itu sang Dewi masih lajang maka Ia mengemudiankan kerjakan menghanyutkan bayinya di sungai. (Baca Cerita Karna Lair/Kompetisi Kunthi Memperbedakan)
Dengan adv amat emosional sang Dewi menceritakan kisahnya sementara Prabu Karna tersentak dengan cerita tersebut. Prabu Karna menghaturkan khidmat bakti dan merangkul ibu kandungnya yang baru saja Beliau ketahui itu.
- 1
- 2
- 3
Video Pilihan
Source: https://www.kompasiana.com/hanungmuqiit/5ffb1f9a8ede481627145ff2/karna-tanding-cerita-rakyat-pembangkit-patriotisme