Puisi Bait Sajak Buat Ibu

Puisi Ibu Singkat 4 Kuplet, Foto: Pexels/Daria Obymaha.


Seseorang di mayapada ini yang layak kita cintai dan hormati adalah


ibu

. Sosok tersebut bagaikan malaikat yang diberikan ke privat marcapada ini bagi per diri kita. Kita bisa mengembari ketulusan ibu dengan pelalah menyenangkan hatinya dan berada di sisinya. Selain itu, kita pula bisa menyatakan rasa sayang kita dengan membuat


puisi ibu sumir 4 bait

, dimana dalam syair ini akan digambarkan perasaan cinta hadiah atas segala pengorbanan ibu untuk kita.


Berikut adalah kompilasi


puisi nan didedikasikan bagi ibu


yang mutakadim banyak rela berkorban bikin kita, disadur dari buku


Antologi




Puisi




Kasih Ibu Sepanjang Masa


oleh


Dahlia Damayanti Sholikhah, dkk (2021:12-23):


Syair Ibu Ringkas 4 Bait yang Mengharu Biru

Puisi Ibu Singkat 4 Bait, Foto: Pexels/Andrea Piacquadio.


Sajak untuk Ibu


Ibu setiap rintikkan air matamu


Menyadarkan diriku atas perbuatanku


Pengorbanan yang telah kau berikan untukku


Selalu ku kenang selama hidupku


Di bawah redupnya pelita lilin batik


Kurebahkan kepalaku di pangkuanmu


Aku merasakan hati yang mumbung ketenangan


Dahulu belaian hangat tangan halusmu


Kaulah jantung dan hatiku


Darahmu bergerak rimbun di tubuhku


Semua akan halnya lukamu terikat di batinku


Kutuliskan syair ini untukmu ibu


Dengan stanza yang sewaktu terhubung denganmu


Dikiasi makanya karangan pena yang indah


Syair ini akan selalu mengecat hidupmu


Teruntuk Ibunda


Semilir sarayu yang bersiah privat afsun swastamita


Enggak memupuskan langkah bunda tuk menyiratkan afeksinya


Setiap malam, kidung harsa terdengar manis dalam pangsa hampa


Sonder harap eulogil walau peluh melumpuhkan sekujur atma


Kalbuku berdegup memandang wajah cantikmu seakan tiada beban


Tutur manismu bernas mengiringi seluk-beluk hayat


Meredum tamparan perkara yang mengantui kalbu; bertebaran


Sebatas atma berdaya melintasi liku buana makin pagan


Di tengah penghujung malam, terselip doa walau derai menerpa


Menaikkan doa teruntuk bunda nan meladeni afeksi amerta


Tak lesap dirimu dalam jelma merembas yang merisaukan asa


Meninabobokan elegi menjadi nirwarna dalam candramawa


Kali, lambang bunyi dalam pena ini tak separas adorasimu makin Masif


Walau alat penglihatan menatapku sebagai orang apatis tak berperasa


Kau menatapku bagaikan individu anindita minus dosa


Oh Halikuljabbar, mampukah hamba mengabdi jasa bunda nan tak berlambak ku paser?

Pusii Ibu Singkat 4 Bait, Foto: Pexels/William Fortunato.


Bidadari menyingkir tak berpamit


Wajah berseri saat ini pucat paci


Belai tangan takkan terasa lagi


Kasih pergi minus permisi


Terisak tangis siluman


Bayang gelap pun mengerudungi


Supaya banyak mata mengasihani


Individu putri kini seorang diri


Teringat pesan yang kau ajari


Ingatlah Tuhan bahwa kau bukan sendiri


Teruntuk segala apa hal nan sira torehkan


Kata yang tak senggang kuucapkan


Terima kasih seberinda telah menghadirkan


Bidadari terindah dalam kehidupan


Ibuku


Tak kan kulupakan jasamu ibu


Kau mengandungku, melahirkanku


Resah, gelisah menjadi satu


Kau rasakan di internal kalbu


Pekerjaanmu begitu melelahkan


Walau payah peluh bercucuran


Bukan rangkaian kamu keluhkan


Kau curahkan


cinta


kasihmu


Kau elus dengan sentuhan lembutmu


Mendidikku dengan hidayah sayangmu


Tak hentinya aku membuatmu marah


Hingga kamu menjadi gundah


Namun, engkau setia tabah


Tersenyum ramah tanpa keluh kesah


Semoga Allah mengabulkannya


Pahlawan Pertama


Deraian berevolusi mengajarkan butiran arsih


Menciptakan menjadikan populasi mengundang cerita bersih


Melambung cerita indung fantasi bersimpuh terharu


Inspirasi tertera insolven kuat bertanding persisten


Konstruktif membangun ufuk menara api tiada sesak


Memakan lahap demen duka terlampau tiada cabik


Tegal cinta kasih berbentuk madrasah tanpa berpilih


Naim membimbing relung pancur harap enggak pamrih


Nasehat cakap bertentangan pamrih bersorak sebatas berbuih


Relevansi kuat menyambat sendir pamer alot terasuh


Patok akhlak tanamkan momongan lumur berjerih


Panduan ibu melodramatis, biarkan sira tidak bersedih


Renik, Sayup, Tua Wreda


Rasi hati menitihkan air alat penglihatan


Kala dunia menghujat dan menertawai


Tapi kau akan besar perut datang membela


Tidak langka pula aku menyuruhmu tanpa rasa malu


Meninggi bebanmu yang gak sedikitpun aku bantu


Membentakmu dengan mimik kesalku


Hanya karena sejodoh baju yang belum tahu dilipat untuk sekolahku


Apa harus dengan kehilanganmu aku akan tersadar?


Apa harus dengan membiarkanmu menggeletak di lantai aku akan mengerti?


Segala apa harus dengan melihatmu tidak lagi diisi aku akan berubah?


Aku tak sanggup lagi, walau belaka mengkhayal sendiri.(Ester)

Source: https://kumparan.com/inspirasi-kata/6-puisi-ibu-singkat-4-bait-yang-mengharukan-1xpkmd7eI4J