Renungan Matius 25 31 46

Ilustrasi: Om Simon berkedai abuk kilir (Eman Dapa Loka)

SEORANG
bos firma ingin memberi karunia ulangtahun kepada sopirnya. Ia menghindari ke toko menggambar. Beliau mohon kepada pelayan menunjukkan sampel baju-baju menulis.

Pelayan itu menawarkan, “Ini tuan, batik yang bagus, harganya 1.5 miliun”.
“Kemahalan”.

Boss itu melihat baju yang lain. “Ada nan di bawah itu?”
Pelayan mencekit batik lain. “Ini empunya, cukup baik, Cuma 750 ribu”.
“Masih bersisa mahal” perkenalan awal sang superior.
“Atau yang ini, 500 mili. Kalau ini 250 ribu. Pas baik”.

Jadinya sang Pengarah mengidas menggambar seharga 70 ribu. “Tolong dibungkus kado ya mbak!!”

Di enggak kesempatan sopirnya menjauhi ke toko batik untuk membagi belas kasih bagi bosnya yang berulangtahun.

Ia ingin memberi kejutan. “Ada batik nan bagus mbakyu? Bos saya dies natalis”.

Pelayan memberi batik seharga 250 mili. Sang sopir harap yang agak mahal kendati bossnya tidak tersinggung diberi rahmat murahan. Pelayan menunjukkan gaun seharga 500 ribu. Pengemudi bilang minus bergengsi. Pelayan membagi baju seharga 1 juta. Dia masih menawar dicarikan batik yang cukup pantas lakukan bosnya.

Kesannya sopir itu membeli busana seharga 1,5 juta untuk hadiah bosnya. Harga pakaian itu yaitu separoh terbit gajinya tiap bulan.

Intern perumpamaan pustaka Bibel hari ini, Yesus menekankan dua keadaan.

Mula-mula,
kerjakan memperoleh mahkota Kerajaan Allah, individu harus mau memberi pertolongan kepada sesama. Pemberian itu dilakukan dengan bersih iklas minus maksud. Tindakan membagi itu dilakukan n domestik “ketidak-sadaran”. Pertolongan itu lain dibuat-untuk atau membikin-bikin.

Mereka enggak peduli kasih itu untuk siapa. Mereka diumpamakan sebagaimana kambing kibas-kambing arab di sebelah kanan yang bertanya, “Bilamana kami melihat Engkau lapar, haus, bugil, nyeri atau di intern penjara atau menjadi orang asing? Kapan itu Allah?” Yesus menegaskan, “Seandainya tangan kananmu membagi, jangan sampai diketahui tangan kirimu”

Kedua, pemberian kepada bani adam miskin, hina dina identik dengan menjatah kepada Yesus sendiri. Yesus menampakkan diri internal pribadi mereka yang hina, miskin, rendah, terdepak. Yesus memilih hadir dalam diri bani adam kecil.

Gereja harus mempunyai opsi bikin menolong insan kerdil karena di dalam diri mereka Yesus hadir. Santa Teresa dari Kalkuta memilih melayani individu-orang miskin, terlantar, sakit, terusir di India. Yesus bercakap, “Barang apa sesuatu nan kamu lakukan kerjakan saudaraKu nan paling hina ini, sira sudah melakukannya bakal Aku”. Ada banyak fakir di sekitar kita. Bukan privat hal materi, tetapi miskin perhatian, miskin belas kasih sayang, miskin teguran, miskin sentuhan, miskin waktu, dan aneka miskin yang lain. Dalam diri mereka yang miskin itulah Yesus hadir.

Meninggalkan ke dealer untuk membeli honda
Berbintang terang bonus selusin cangkir
Marilah menolong mereka yang hina
Dalam diri mereka Yesus hadir

Berkah Dalem,


Source: https://www.sesawi.net/puncta-11-03-19-matius-2531-46-ketidaktahuan/