Ringkasan Cerita Timun Mas Singkat


Sinopsis Timun Mas

Plong zaman silam, hiduplah sepasang suami istri peladang. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat jenggala. Mereka kehidupan bahagia. Sayangnya mereka belum belaka dikaruniai seorang momongan pun.

Setiap hari mereka berdoa pada Nan Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi koteng anak. Suatu hari seorang raksasa melangkahi tempat adv amat mereka. Ki akbar itu mendengar takbir suami ampean itu. Osean itu kemudian menjatah mereka skor mentimun.

“Tanamlah biji ini. Belakang hari kau akan mendapatkan seorang anak amoi,” kata Raksasa. “Cak dapat anugerah, Ki akbar,” alas kata junjungan ampean itu. “Tapi ada syaratnya. Sreg arwah 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu lalu merindukan koteng anak. Karena itu tanpa berpikir janjang mereka sejadi.

sinopsis timun mas

Suami istri peladang itu kemudian menanam kredit-biji mentimun itu. Setiap musim mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-wulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun bercelup keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin segara dan berat. Saat buah itu menguning, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong biji zakar itu. Betapa terkejutnya mereka, di internal buah itu mereka menemukan bayi perawan nan sangat cantik. Suami gula-gula itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.

Musim demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi amoi yang rupawan. Kedua anak adam tuanya dulu bangga padanya. Tapi mereka menjadi terlampau takut. Karena pada hari lahir Timun Mas nan ke-17, si raksasa menclok kembali. Besar itu menangih janji bakal mengambil Timun Mas.

Orang tani itu menyedang ranah. “Tunggulah sekelebat. Timun Mas madya bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya kontan menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Osean. Sekarang larilah secepat bisa jadi,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka bukan rela kalau anaknya menjadi santapan Lautan. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi bukan sabar. Sira tahu, telah dibohongi suami istri itu. Habis beliau pun menghancurkan pondok petani itu. Tinggal ia mencari Timun Mas ke hutan.

Ki akbar segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dempang. Timun Mas segera mencuil segenggam garam dari rajut kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Mendadak sebuah laut yang luas pun terhampar. Ki akbar terpaksa berenang dengan susah payah.

Timun Mas berlari sekali lagi. Tapi kemudian Besar dempang bertelur menyusulnya. Timun Mas kembali menjumut benda ajaib berasal kantungnya. Ia mengambil segenggam lada. Cili itu dilemparnya ke sebelah lautan. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Segara berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Dia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan poin-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pula bersantap mentimun-mentimun yang fit itu dengan rakus. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.

Timun Mas kembali culik diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya silam. Lebih celaka lagi karena Osean terbangun dari tidurnya. Lautan lagi-juga damping menangkapnya. Timun Mas lewat kehebatan. Dia pun mengandaskan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-juga terjadi keajaiban. Sebuah tasik lunau yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya intim menggapai Timun Mas. Tapi haud luluk itu menariknya ke dasar. Raksasa buncah. Beliau tak bisa bernapas, lewat terendam.

Timun Mas lega. Engkau telah selamat. Timun Mas sekali lagi kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali mengintai Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Belas kasih, Yang mahakuasa. Kau sudah lalu mengetanahkan anakku,” pembukaan mereka gembira.

Sejak momen itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama insan tuanya. Mereka dapat kehidupan bahagia tanpa keheranan pun.

Plong zaman terlampau, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka atma bahagia. Sayangnya mereka belum namun dikaruniai seorang momongan pula.

Setiap hari mereka berdoa plong Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang momongan. Suatu masa seorang segara melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar tahlil suami istri itu. Osean itu kemudian membagi mereka angka mentimun.

“Tanamlah kredit ini. Tulat kau akan mendapatkan seorang anak dara,” kata Raksasa. “Terima karunia, Ki akbar,” kata junjungan gula-gula itu. “Tapi ada syaratnya. Pada vitalitas 17 perian anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Lautan. Suami istri itu sangat merindukan koteng anak. Karena itu minus berpikir panjang mereka setuju.

Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan secantik kelihatannya. Berbulan-rembulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan susah. Ketika biji pelir itu menguning, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan kanak-kanak anyir gadis yang sangat elok. Suami istri itu terlampau bahagia. Mereka membagi nama bayi itu Timun Mas.

Tahun demi perian berlalu. Timun Mas bertaruk menjadi amoi nan cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat menggermang. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa hinggap kembali. Besar itu menangih janji kerjakan mengambil Timun Mas.

Peladang itu mencoba tenang. “Tunggulah sepemakan. Timun Mas menengah bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu buru-buru menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil memberikan sebuah kantung perca. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Masa ini larilah paling awal mungkin,” katanya. Maka Timun Mas juga lekas melarikan diri.

Suami cem-ceman itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka enggak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu patut lama. Beliau menjadi enggak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Silam ia pun menyakatkan perahu pondok peladang itu. Sangat dia mengejar Timun Mas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Samudra semakin intim. Timun Mas segera mengambil segenggam garam bermula rajut kainnya. Lampau garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Start-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Ki akbar terpaksa berenang dengan terik erak.

Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Segara hampir berakibat menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib mulai sejak kantungnya. Ia mengambil segenggam cili. Lada itu dilemparnya ke jihat ki akbar. Seketika pokok kayu dengan ranting dan duri yang ekstrem memerangkap Ki akbar. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menguburkan diri.

Tapi Raksasa bukan main kuat. Ia pun-pula hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun membebaskan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan skor-skor mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun nan sangat luas. Osean lampau erak dan kelaparan. Ia juga bersantap mentimun-mentimun nan cegak itu dengan pajuh. Karena bersisa banyak makan, Samudra tertidur.

Timun Mas kembali melarikan diri. Kamu berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka kembali karena Raksasa terbangun berbunga tidurnya. Raksasa pula-lagi dekat menangkapnya. Timun Mas terlampau ketakutan. Ia pun mencampakkan senjatanya nan terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-kembali terjadi keajaiban. Sebuah situ lumpur nan luas terhampar. Lautan terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi haud lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, sangat tenggelam.

Timun Mas lega. Ia sudah selamat. Timun Mas pun kembali ke apartemen basyar tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas demen sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Cak dapat Kasih, Tuhan. Kau mutakadim menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Mas dapat sukma tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat umur bahagia tanpa kedahsyatan lagi.




Cerita Rakyat – Timun Mas


Pada zaman dulu, hiduplah sepasang laki istri peladang. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka atma bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang momongan pun.

Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu masa sendiri raksasa melewati tempat habis mereka. Raksasa itu mendengar doa suami ayutayutan itu. Osean kemudian memberi mereka biji mentimun.

“Tanamlah angka ini. Nanti kau akan mendapatkan sendiri anak asuh upik,” perkenalan awal Raksasa. “Syukur, Raksasa,” kata suami gula-gula itu. “Tapi suka-suka syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Junjungan amputan itu adv amat menginginkan seorang anak asuh. Karena itu tanpa berpikir dalam-dalam jenjang mereka sejadi.

Junjungan istri peladang itu kemudian menanam kredit-angka mentimun itu. Setiap hari mereka merawat pohon yang mulai bertunas itu dengan sebaik siapa. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Biji zakar mentimun itu semakin lama semakin besar dan susah. Ketika biji kemaluan itu masak, mereka memetiknya. Dengan membedabedakan mereka menyusup biji kemaluan itu. Bukan main terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan orok pemudi yang adv amat elok. Junjungan istri itu lampau bahagia. Mereka menjatah merek bayi itu Timun Mas.

Tahun demi periode berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi cewek yang cantik. Kedua anak adam tuanya adv amat bangga padanya. Tapi mereka menjadi silam takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa nomplok kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.

Petani itu mengepas tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Pembajak itu segera menemui anaknya. “Anakkku, nah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung reja. “Ini akan menolongmu membalas Ki akbar. Saat ini larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami candik itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Lautan menunggu cukup lama. Beliau menjadi tak sabar. Ia tahu, mutakadim dibohongi suami istri itu. Silam ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu anda berburu Timun Mas ke alas.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dempet. Timun Mas segera mencoket segenggam garam semenjak kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke sisi Samudra. Sekonyongkonyong sebuah laut yang luas pun terhampar. Besar terpaksa berenang dengan susah payah.

Timun Mas berlari pula. Tapi kemudian Osean hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas juga mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia menjeput segenggam lada. Lada itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri nan tajam memerangkap Raksasa. Segara berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari memakamkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Dia pula-lagi erat menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Dia menebarkan poin-poin mentimun ajaib. Tiba-tiba tumbuhlah ladang mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat lelah dan kelaparan. Kamu pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.

Timun Mas kembali melarikan diri. Kamu berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Kian celaka lagi karena Raksasa tercegak dari tidurnya. Lautan lagi-kembali dempang menangkapnya. Timun Mas suntuk ketakutan. Sira pun melemparkan senjatanya yang keladak, segenggam terasi benur. Lagi-lagi terjadi kedahsyatan. Sebuah situ lumpur nan luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lendut itu menariknya ke pangkal. Raksasa keruh. Ia tak dapat bernapas, suntuk tergenang.

Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali mematamatai Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Pemberian, Halikuljabbar. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Mas dapat sukma lengang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia minus keluarbiasaan lagi.



Amatan Zarah Intrinsik Dongen Timun Kencana

Judul:Timun Emas

Tema: kesabaran dan kependekaran dapat mengalalahkan angkara berang

Pelopor: internal kisah itu disebutkan cak semau 4 induk bala terdahulu adalah (ibu timun emas), Timun Kencana, Raksasa dan ayah timun mas.

Penokohan :ibu timun mas sebagai hamba allah yang panjang usus dan teladan berani  membela segala apa nan disayangnya, Timun Emas penurut dan nyali, Ki akbar pentolan yang rakus, Latar: waktu jaman habis, rataan tempat  di wana dan dirumah timun mas.

Alur: modern.

Maklumat: jangan aliansi takut menghadapi hidup dengan tantangan yang raksasa, dan jangan pernah berikrar seandainya lain mampu memernuhinya dan bersikap tanggungjawablah atas segala yang sudah lalu kita bakal



Ringkasan Cerita Timun Mas

Timun Mas

Di sebuah desa hiduplah koteng cewek tua bernama Ayuk Yem. Anda sukma sebatang kara. Mbuk Yem ingin sekali memiliki sendiri momongan, agar dapat merawat dirinya yang sudah start tua. Hanya, itu semua tidak-tidak karena ia tidak memiliki suami.Setiap hari MbokYem menjauhi ke hutan buat mencari tiang bakar. Pada suatu hari, di tengah hutan. Ia berlaga dengan seorang raksasa yang terlampau menyeramkan. Tubuh raksasa itu lebih tinggi dari pokok kayu. Kulitnya penuh dengan bulu yang bernafsu. Kulitnya bawah tangan.

Mulutnya terdapat sepasang saing yang sagat tajam. Kukunya panjang dan kontor.Empok Yem sangat keluarbiasaan. Tubuhnya gemetaran melihat mahluk yang lalu osean itu. Raksasa itu berkata dengan celaan yang silam membahana,” Hei, perempuan tua renta? Jangan ngeri, aku tak akan memakanmu. Kamu sudah berlebih tua. Dagingmu keras dan bukan sedap. Aku datang kesini hanya mau memberikan sesuatu padamu.”

Ki akbar itu memberikan beberapa butir benih tanaman dan berfirman,”Tanamlah benih ini dan rawatlah dengan baik dan kau akan mendapatkan semua yang kau inginkan sepanjang ini.. tapi ingat, kau tak boleh menikmatnya seorang diri. Kau harus memberikannya kepadaku pun sebagai merek terima kasih.”Mbok Yem hanya menganggut. Ia langsung pulang ke rumahnya. Setiba Taci Yem dirumah, sesuai dengan nubuat si samudra itu, di tanamlah benih tersebut. Ajaibnya, keesokan harinya, benih tumbuhan itu mutakadim bertunas menjadi tumbuhan mentimun. Buah-buahnya raksasa-besar. Seandainya terkena kilap matahari, warnanya besinar sebagai halnya emas. Karena penasaran dengan dengan buah mentimun itu, akhirnya di petiklah satu nan paling besar. Ketika di belah, Kakak Yem sangat tersingahak. Di dalam timun tersebut terserah seorang bayi gadis yang sangat rupawan.

“Jadi ini intensi berbunga ucapan sang raksasa.” ujarnya dalam hati.
Sungguh senangnya Embok Yem. Tidak pernah terbayangkan akan memiliki seorang anak dara yang sangat cantik. Karena lahir dari biji zakar mentimun berwarna keemasan. Anak itu di beri jenama Timun Mas. Keesokan harinya, di hutan, Kakak Yem bertemu pun engan si osean Raksasa itu berkata, ” Engakau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan selama ini. Sesuai dengan janjimu, engkau harus membaginya denganku.”
Mbok Yem rusuh, sira bertanya, ” Bagaimna mungkin bayi perempuan bisa dibagi?”

“Tak usah bingung perempuan tua. Kau boleh memilikinya sebatas usia 17 hari. Seterusnya. Anak asuh itu akan menjadi santapanku.” Jelas raksasa.
“Baiklah ki akbar. Aku akan merawat anak itu, dan menganggap anak itu anakku koteng hingga umur 17 tahun,” ujar Mbok Yem.
Timun Mas tumbuh menjadi seorang gadis yang lampau baik hati dan elok jelita. Kulitnya putih kuning. Tubuhnya strata semampai. Rambutnya hitam berkilau. Semakin hari kecantikannya, semakin terlihat. Timun Mas juga sangat rajin membantu ibunya. Ia gegares menemani ibunya mencari kayu bakar di hutan.

Kebaikan lever Timun Mas membuat Teteh Yem khawatir kehilangannya. Sira sangat menyayangi Timun Mas cak bagi menjadi santapan si besar. Tahun demi tahun terus berganti. Kini, Timun Mas mutakadim menginjak umur 17 tahun. Telah waktunya cak bagi osean itu lakukan mengambil Timun Mas Mbak Yem menyuruh Timun Mas bersembunyi di dalam kamar. Tahu-tahu, terdengar suara dentuman yang dulu gigih. Itu adalah suara ancang kaki sang osean. Mbok Yem menggigil ketakutan.

“Hai dara tua! Mana anak perempuanmu yang telah kau janjikan untukku ?” teriak raksasa itu.
“Dia sedang bersiram di kali, Pemilik raksasa. Tubuhnya terlampau bau. Kau pasti tidak akan senang memakannya” Ujar Ayuk Yem.
“Baiklah. Aku akan kembali seminggu lagi. Pastikan detik aku kembali ia sudah lalu siap untuk ku bopong ke rimba.” Sebut raksasa.

“Tentu namun. Tuan. Aku tak akan mengecewakanmu.” Ucap Ayuk Yem.
Maka pergilah samudra itu pun ke pangan. Mbok Yem dan Timun Mas dulu lega. Mereka masih punya hari semiggu lakukan bersama. Namun, sehabis sepekan berlalu dan segara itu nomplok kembali, ibu dan anak ini ki ajek tidak kepingin berakhir. Timun Mas kembali bersembunyi. Kali ini di dapur, di dalam kumba air yang kosong.
” Hai perempuan gaek. Aku pula untuk menagih janjimu! Cepat serahkan anak perempuanmu.” Teriak si raksasa.
” Pemaafan, Tuan lautan. Timun Mas sedang lego kusen ke kampung. Bila saja engkau datang lebih pagi, beliau pasti antuk dengan kamu.” Ujar Mbok Yem
Dengan setengah marah raksasa itu berteriak.

” Baiklah, ku beri waktu 1 minggu lagi. Jika anakmu lain kau serahkan kepadaku. Akan ku hancurkan rumahmu.”
Mbok Yem semakin ketakutan dan ganar denngan ancaman si raksasa. Beliau betapa tidak rela anak asuh perempuanya yang sangat cantik menjadi santapan si raksasa yang kejam itu. Melihat keadaan ibunya. Timun Mas bersuara. ” Ibu, janganlah bersedih. Relakanlah aku menjadi santapan raksasa itu.” Ujar Timun Mas.

“Tidak anakku. Ibu enggak akan membiarkanmu menjadi mangsa samudra jahat itu. ibu akan melakukan apapun untuk menyelamatkanmu.” Ujar Mbok Yem. Kemudian Taci Yem pergi menangkap basah sendiri kakek yang ampuh adv amat di jabal. Kakek sakti itu memasrahkan jauhar mentimun, sebuah duri, sebutir garam, dan secebis terasi. Sepekan kemudian, raksasa itu datang lagi. Kali ini, si raksasa telah tak boleh membendung emosinya. Kakinya yang besar, di hentak-hentakan ke tanah sehingga bumi bergetar.

“Cepat serahkan anakmu atau ku hancurkan rumah beserta dirimu! Aku sudah sangat lapar!” teriak raksasa.
” Pembebasan, Berida raksasa. Anakku mutakadim berjalan ke hutan. Kembalilah dia ke hutan tempat tinggalmu. Timun Mas mutakadim berada di sana.” Introduksi Mbok berbohong.
Plong ketika itu. Timun Mas sudah keluar rumah melalui pintu belakang. Sira mengapalkan semua benda nan di berikan oleh bibit buwit sakti berbunga gunung itu. Ketika akan kembali ke hutan, si raksasa melihat Timun Mas berlari dari pinggul apartemen. Di kejarnya Timun Mas. Meskipun panik. Timun Ma masih mengingat perintah ibunya untuk melempar seuntil semen mentimun.

Jauhar mentimun itu langsung berubah menjadi lading mentimun dengan biji kemaluan yang segara-segara. Karena kelaparan, si raksasa memakan mentimun-mentimun di ladang itu. Setelah keyang. Sira kembali berburu Timun Mas. Kendatipun perutnya nan begah takhlik jalannya menjadi lambat. Raksasa itu tunak dapat mencari Timun Mas karena ancang kakinya yang janjang. Saat si raksasa sudah lalu damping. Timun Mas melemparkan sebuah duri. Duni itu berubah menjadi sebuah hutan bambu. Hutan bambu itu menunggak jalan lautan itu. Tubuhnya menjadi penuh luka karena tertusuk batang bambu.

Doang, raksasa itu lain menyerah. Engkau teguh berburu mangsanya. Kali ini, Timun Mas melemparkan sebutir garam. Garam itu berubah menjadi sebuah lautan yang luas. Raksasa itu harus berenang untuk mengejar Timun Mas. Ia berhasil, tetapi tubuhnya sudah dulu lelah. Raksasa itu terus mengejar Timun Mas meskipun sudah kelelahan. Timun Mas melempar sepotong belacan. Siapa ini petis tersebut berubah menjadi lunau hisap. Raksasa itu berteriak mempersunting tolong ketika tubuhnya terhisap selut.

Awak raksasa yang besar tidak berada melawan hisapan lumpur karena kepenatan. Anda pun tewas terhisap selut. Maka, tamatlah riwayat raksasa jahat itu. Setelah netral dari segara jahat itu. Kehidupan Timun Mas dan Mbuk Yem membaik. Timun Mas bersesuai seorang sultan terbit distrik seberang. Raja itu terpesona kepadanya. Merekapun menikah. Timun Mas dan Mbok Yem diboyong maka itu pangeran itu ke istananya. Mereka hidup bahagia selamanya.




Naskah Drama Timun Kencana


Assalamu’alaikum wr.wb

Buya/ibu guru,teman-teman dan hadirin nan saya hormati…perkenankanlah kami untuk mengemukakan peragaan drama yang berjudul’’TIMUN EMAS’’dengan para anak bangsawan.Baiklah para hadirin yg beruntung marilah kita saksikan pengejawantahan dari rekan-rekan kami.

  1. Agnes
    sebagai Timun Emas
  2. Zainal andai Ayah
  3. Evan
    sebagai Buto Ijo
  4. Chintia sebagai ibu timun emas
  5. Amel
    misal pertapa


Narator

:


Alkisah, di sebuah desa di distrik Jawa Tengah, hiduplah sepasang suami istri amoi paruh baya. Dia ingin memiliki seorang momongan. Namun sayangnya Dia dahulu berharap suatu keajaiban  datang padanya. Lakukan meraih maksud itu, siang malam anda buruk perut berdoa kepada Tuhan Yanh Maha Kuasa seharusnya diberi anak asuh.


Lega satu malam, intensi itu datang melampaui mimpinya. N domestik mimpinya, beliau didatangi oleh sesosok anak adam raksasa yang menyuruh suami istri tsb pergi ke rimba tempat galibnya sira mencari papan bakar buat mencekit sebuah pak di bawah sebuah pohon besar.

Ibu              : ‘’kenapa kiai termenung…? ada segala apa kemasan’’

Bapak         : ‘’Khusyuk ajaib! Rasanya…,aku tak percaya dengan mimpiku bu!’’

Ibu              : ‘’intensi kiai apa sih…. ‘’
(ibu Tanya sambil heran)

Bapak         : ‘’ begini bu… tadi lilin batik,kiai bermimpi di datangi Buto IJo,buya di suruh cabut bungkusan di jenggala tempat yang lazim kita

                     Mencari kayu bakar,di dempet pokok kayu segara…’’
(sambil kekhawatiran)

Ibu              : ‘’sekiranya begitu,mbak kita ke alas! Kelihatannya tau ini petunjuk dari Allah ya pak…’’
(harap ibu serempak girang)

Bapak         : ‘’Ah! Aku tidak boleh ragu…aku harus cari tau makna mimpiku itu…semoga membawa kelebihan. ayunda bu kita ke alas!’’


Narator:


Dengan penuh intensi, suami istri tsb bergegas menentang ke wadah yang ditunjuk makanya lautan itu. Setibanya di alas….

Ibu              : ‘’Dimana bungkusan itu ya pak…kataaaaaanya di dekat pohon ki akbar itu.ayo kesana pak!

Bapak         : ‘’Hah!
(terkejut)
itu ada pak sebagaimana yang di tunjukkan Buto ijo itu dalam mimpiku…yuk liat bu’’


Bapak dan Ibu Timun emas tergegau dan keduanya berujar

                   ‘’Haaah…Cuma bungkusan ponten Timun,’’

Bapak         : ‘’Apa maksudnya,aku tidak mengerti…’’


Narator:


Disaat suami –istri itu bingung,berangkat-tiba di belakangnya remang sosok Buto ijo serta merta tertawa terbahak-bahak

Buto Ijo       : ‘’ Hahahahaha…hahahahaha

(Ibu & Bapak Timun tergemap kaget & membalikkan raga)

Kiai         : ‘’Haaahh??? Buto ijo itu yg hadir dalam mimpiku….
(sambil menunjuk Buto itu)

                    Ampun Buto Ijo… jangan makan kami…kami masih mau hidup!’’

Ibu              : ‘’aku juga mengalir perlahan-lahan bungkusan!’’

Buto Ijo       : ‘’Haahahahaha…Jangan takut orang lanjut umur! Aku lain akan makan kalian,daging kalian tidak enak…alot. Kalian mengharapkan    seorang anak kan… Segera tanam biji timun              timun itu,kemudian hari kalian akan dapat anak perempuan! Tapi ingat! Kalian harus serah kan kepadaku setelah dia dewasa! Anak itu akan ku jadikan santapanku. Hahahaha’’


Narator:


Karna kedahagaan begitu besar memiliki anak asuh minus sadar kiai timun kencana menjawab…

Bapak         : ‘’Ba…ba…baiklah buto ijo,kami serahkan kepada mu kelak kalau dia sudah dewasa’’


Narator:


Begitu suami-ulam-ulam itu selesai menyatakan kesediannya,Buto ijo itu berlalu berpunca hadapannya.merekaa taajul menanam biji timun itu diladang dekat rumahnya,mereka merawatnya dg baik,2 bulan kemudian pokok kayu itu pula berputik.

Ibu              : ‘’Syukurlah tanaman kita start berbuah…tapi buaahnya kog Cuma satu ya selongsong…dan buahnya besar sekali lain seperti timun  Timun pada lazimnya,warnanya pula asfar keemasan’’

Bapak         : ‘’iya ya bu.sepertinya telah masak tuh…petik yuk bawa pulang…hup beratnya’’


Narator:


Sesampai di rumah mereka membelahnya dengan lampau lever-hati…Dan apa yg dilihatnya…’’

Ibu & Bapak
(Kaget)

Ibu              : ‘’ha…orok ! cantik sampul’’

Bapak         : ‘’ biar ku gendongnya bu’’

Bayi            : ‘’oaek…oaek..oaek…’’

Ibu              : ‘’telah lama aku merindukan tangisan jabang bayi…baiklah anakku rajin,cup…cup…cup jangan menangis pula ya’’

Bapak         : ‘’karna jabang bayi ini lahir mulai sejak timun yg bercelup kuning keemasan,bintang sartan kita namakan orok ini Timun Emas’’


Narator:


Suami ayutayutan itu dulu bahagia hingga merintik-rintik air mata mereka mulai sejak kedua pipinya yg telah mulai kerimut,perasaan bahagia itu membuatnya pangling pada janjinya bahwa mereka akan menyerahkan Pada Buto ijo itu suatu saat kelak.Mereka merebus & merawat Timun Emas dg anugerah selalu hingga bersemi menjadi pemudi yg cakap,cerdas & perangainya baik.


Satu malam laki istri itu di datangi Buto ijo & mewasiatkan seminggu lagi engkau akan datang menjemput timun emas. Sejak detik itu mereka selalu duduk termenung.

Ibu              : ‘’(spontan menangis)
Aku tidak dapat berpisah dg anak yg sangatku sayangi…kenapa aku baru sadar kalau Buto ijo itu brutal ,tidak  rela anakku dijadikan santapannya!aku tidak rela…aku dayuh paak..kita harus cari cara!’’

Buya         : ‘’kiai masih berpikir ni bu…lunak ya’’

Narator:

Timun kencana pelalah memperhatikan kedua orang tuanya duduk bergeming,suatu petang timun emas mengoja diri untuk bertanya kegundahan lever kedua bani adam tuanya.

TimunEmas  :  ‘’Intiha-penutup ini bapak & ibu burung laut duduk termenung,Nampak trenyuh sekali…coba ceritakan,mana tahu Timun bs sokong mengurangi kepiluan di hati kiai & ibu’’

Ibu                :
(Gundah)’’ gimana ya…ibu bukan ingin kau turut sedih.Nak,ibu bukan ingin kehilanganmu,bukan ingin jauh darimu…ibu terlampau menyanyangimu’’

TimunEmas :  ‘’Segala apa intensi ibu? Aku lebih gak ngerti…coba katakana sejujurnya bu…’’

Bapak           :
(dengan perasaan tersentuh perasaan)’’Baiklah nak,buya & ibu mohon maaf karna telah merahasiakan asal usul mu selama ini…Nak,sememangnya kau bukan momongan kandung kiai & ibu’’

TimunEmas(mencelah & terkejut):
‘’Aapa bu…aku tidak anak kandung? Bintang sartan… aku anak siapa bu… ‘’

Ibu                :  ‘’Mati silam anakku…biar kiai jelaskan ya’’

Bapak           :  ‘’Bapak kekeluargaan berfantasi di datangi Buto ijo,buat mengambil kemasan di hutan,bungkusan itu berisi biji timun     yang jika sudah berakibat dia besok buat menyantapnya.isibuah  itu merupakan kau nak’’

TimunEmas
(sambil menangis terisak)
: ‘’Aku tidakpercaya! Apa mana tahu aku terlahir dari timun…Aku gak mau ikut raksasa itu…hiks hiks aku ga mau’’

Ibu
(berbarengan memeluk timunEmas)
: ‘’iya anakku sayang,kami tidak ingin membiarkanmu jadi santapan Buto ijo  sadis,kita harus cari kaidah’’

TimunEmas  : ‘’makasih ibu…makasih ayah’’


Narator:


Setelah berpikir gentur,jadinya mereka menemukan cara yang menurutnya bisa menyelamatkan TimunEmas berasal santapan Buto ijo,mereka meminta pertolongan pertapa yang dulu di sebuah giri.

Ibu              :‘’Anakku …masa ini kami akan menangkap tangan pertapa,dia adalah temen bapakmu,barangkali kamu bisa kondusif menghentikan karsa jahat buto ijo itu,sebelum belakang hari Buto ijo itu datang kemari’’

TimunEmas     : ‘’iya..ibu etis,aku tidak mau kaprikornus santapannya’’


Narator:


Berangkatlah Bapak & ibu TimunEmas kegunung dan memunculkan maksud kedatangannya kepada pertapa.

Kiai&Ibu : ‘’permisi…’’

Pertapa      : ‘’Cak semau apa nini &aki  start-tiba menclok kemari?

Bapak         : ‘’lepas,kyai…maksud kedatangan kami cak hendak minta bantuan pada kyai.’’

Pertapa      : ‘’Barang apa yg boleh aku bantu?’’

Buya         : ‘’begini kyai…sayapunya cewek namanya timunEmas,Dan putri saya itu akan di jadikan santapan Buto ijo.saya enggak mau gadis saya jadisantapannya ,kyai.saya bertekad kyai kepingin membantu saya’’

Pertapa      : ‘’ohh begitu,tunggu sepemakan’’(masuk kedalam ruangan untukmengambil sesuatu).


Narator:


Tak lama kemudian kyai itu kembali serentak mengirimkan 4 kelongsong dan menyerahkannya kepada ibu TimunEmas.

Pertapa      : ‘’Nah,berikan bungkusan ini kepada putrimu,ke 4 cangkang ini masing-masing berisi Kredit timun,Penyemat,Garam,Belacan,jika Buto itu mengejarnya…suruh sebarkan isi bungkusan ini.jelas?’’

Ibu              : ‘’iya…iya kyai.terima karunia kyai’’

Bapak         : ‘’Jika seperti itu kami pamit pulang kyai…’’

Pertapa      : ‘’Ya…’’


Narator:


Pagi-subuh sampailah mereka kegubuknya dan menerimakan bungkusan tadi kepada Timun mas,ujar-ujar sejumlah menit terdengar suara minor Buto ijo dan TimunEmas berlari keluar.

TimunEmas     :           ‘’Buto ijo ayo kejar aku…ayo kejar’’

ButoIjo        :    ‘’Hahahahaha….hahahahaha….ku sambar kau!

TimunEmas     :           ‘’Rasakan ini (sambil melempar bungkusan kearah Buto ijo dg penuh keimanan)

(Buto ijo rebah dan tewas)

TimunEmas  :                                ‘’Syukurlah Buto ijo itu sdh antap! Terima kaasih tuhan…’’

Narator      :  TimunEmas berlari condong gubuknya dan cak hendak mengkover berita gembira kepada oaring tuanya

TmunEmas : ‘’bapak…ibu… aku selamat…aku selamat,buto itu ssudahmati bu’’

Ibu              : ‘’syukurlah nak kau selamat…ibu bahagia,nak (sambil berbelitan)

Buya         : ‘’Alhamdulillah…Terima rahmat Halikuljabbar (kontan bersujud tanda terima kasih)


Narator:


Sejak itulah mereka hidup bahagia


(Narator naik ke atas pentas & mengerudungi peragaan drama)


Narator:


Demikianlah tadi dongeng TIMUN EMAS bermula Jawa tengah. Pesan Moral :


-Kita tidak boleh melakukan jahat kepada orang lain karna kita akan memperoleh ikab setimpal.


-Walaupun kita namun orang katai & lemah jangan mudah tunduk pada hal,Tetap usaha & berdoa pada Tuhan.



Pesan Kesopansantunan Cerita Timun Mas

Puas dahulu kala di Jawa, hiduplah sekelamin peladang. Mereka lampau di sebuah desa karib hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka tidak saja dikaruniai sendiri anak tunggal.
Setiap hari mereka berdoa kepada Yang Mahakuasa. Mereka berdoa cak bagi memiliki momongan. Suatu hari raksasa melewati bekas tinggal mereka. Osean itu mendengar doa pasangan itu. Sendiri segara kemudian memberinya mani Timun.

“Tanam jauhar ini. Tubin ia akan mendapatkan koteng gadis, ”kata si Raksasa. “Syukur, Giant,” kata suami-istri. “Tapi cak semau beberapa syarat. Pada jiwa 17 anak harus meninggalkanmu dan hinggap kepadaku, ”kata si Raksasa. Hanya karena suami dan istri menunggu begitu lama kerjakan memiliki anak asuh, mereka bernegosiasi minus berpikir dua kelihatannya.

Suami cem-ceman pekebun itu kemudian menanam benih-benih Timun di yojana. Saban hari mereka merawat tanaman mulai menumbuhkannya secantik mungkin. Beberapa wulan kemudian bertunas Timun emas.
Timun menjadi semakin besar dan susah. Momen buahnya masak, mereka memetiknya. Hati-hati mereka menyela buah. Betapa terkejutnya mereka, dalam buah itu mereka menemukan bayi putri yang silam cakap. Suami dan istri tinggal bahagia. Mereka menegur bayi Timun Mas.

BACA LEBIH BANYAK Kisahan Rakyat Singkat: “Kancil Dan Bungkusan Bercocok tanam” Dalam Bahasa Inggris

Hari-tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi dara yang elok. Kedua ayah bunda adv amat bangga padanya. Tetapi mereka menjadi sangat takut karena ketika dies natalis Timun Mas mencapai terlepas 17, ki akbar itu akan kembali. Segara itu meminta janji mereka bagi mengambil Timun Mas.
Petambak itu berusaha tenang. “Tunggu selintas. Timun Mas Harus pergi ke jenggala! “” Gula-gula saya, tolong panggil sira, “katanya. Timun Mas memveto ayahnya. “Putri, rampas ini,” katanya, mengasihkan tas kain. “Ini akan kontributif ia melawan samudra. Sekarang larilah secepatnya, ”katanya. Jadi Timun Mas segera culik diri.
Suami dan istri sedih dengan kepergian Timun Mas. Tetapi mereka lain mau putri mereka menjadi perut raksasa. Raksasa menunggu patut lama. Dia menjadi tidak sabar.

Anda luang bahwa mereka telah berbohong padanya. Kemudian beliau menghancurkan pondok orang tani itu. Selain itu, ia mengejar Timun Mas ke dalam rimba.
Raksasa lekas berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas mengalir perlahan-lahan. Dia buru-buru menjumut segenggam garam dari tas kain. Kemudian dia menyerakkan garam, dan garam itu ditaburkan ke sisi sang Raksasa. Mulai-tiba laut luas tersebar. Raksasa yang dipaksa harus berenang dengan sukar lelah. Tapi beliau masih bisa mengejarnya.
Timun Mas berlari pun. Tapi kemudian Giants hampir menangkapnya. Timun Mas kembali menjeput benda ajaib dari sakunya. Dia mengambil segenggam lada. Cabai itu dilemparkan ke arah raksasa. Seketika pokok kayu dengan silang dan duri raksasa drastis. Giant berteriak kesakitan. Kemudian Timun Mas masih berlari cak bagi menguburkan dirinya.



Asal Usul Timun Mas

Alkisah, hiduplah seorang janda tengah baya di sebuah kampung bernama Teteh Srini. Ia roh ki sebatang kacang kara setelah ditinggal mati oleh suaminya. Siang malam ia gelojoh berdoa pada Yang mahakuasa Yang Mahakuasa mudahmudahan diberi anak.

Asal Usul Timun Mas

Plong suatu malam, ia bermimpi didatangi sesosok raksasa nan menyuruhnya menghindari ke hutan untuk mengambil sebuah bungkusan nan cak semau dibawah tanaman osean. Saat tertegak di pagi harinya.

“Mungkinkah keajaiban itu benar-benar terjadi padaku?” batin mbok srini.

Tetapi sreg akhirnya sira  pergi ke gelanggang itu. Sesampainya dihutan, ia mencari pak tersebut nan ternyata berilmu sebutir biji timun.

“Apa pamrih raksasa itu memberiku sebutir nilai timun?” kemam janda bertanya-tanya.

Sekonyongkonyong makhluk raksasa itu sudah takut di belakangnya serampak tertawa.

“Ha… ha… ha…!” tawa raksasa itu.

Karena terkejut Mbok Srini membalikkan badannya dan melihat raksasa yang hadir kerumahtanggaan mimpinya.

“Ampun, Tuan Raksasa! Jangan memakanku, Aku masih mau roh.” pinta Mbok Srini.

“Jangan takut, kuntum tua! Aku tidak akan memakanmu. Bukankah anda ingin seorang anak?” tanya raksasa.

“Be… etis, Pemilik Samudra!” jawab Ayuk Srini merayang.

“Tanam biji timun itu! dia akan mendapatkan koteng anak perempuan. Tapi, ingat! Kamu harus menerimakan anak itu ketika beliau sudah dewasa karena akan kujadikan santapanku,” pembukaan segara itu.

Minus sadar Ayunda Srini pun menjawab, “Baiklah, Samudra! Aku akan menyerahkan anak itu kepadamu.”

Setelah hilangnya si raksasa Teteh Srini mengetanahkan biji timun itu di tipar dan merawatnya setiap tahun. Dua bulan kemudian, tanamannya mulai berbuah doang anehnya saja berdampak satu dan snagat raksasa. Uni Srini memetik buah yang berwarna kuning keemasan itu lalu dibawanya pulang ke pondok. Anda menjumpai seorang orok perempuan nan terlampau cantik setelah membelah buah timunnya.

“owee… owee… owee… !!!” suara tangisan bayi itu.

“Cup… cup… cup..!!! Jangan menangis anakku sayang… Timun Mas!” ucap Ayuk Srini.

Kesenangan itu menciptakan menjadikan dia tengung-tenging janjinya pada si raksasa. Ia merawat serta mendidik momongan nan ia beri nama Timun Mas dengan penuh anugerah sayang hingga bersemi menjadi pemudi yang cantik jelita.

Suatu malam, Mbok Srini berangan-angan didatangi raksasa itu pula dan berpesan bahwa sepekan lagi sira akan ulem Timun Mas. Sejak momen itu, ia buruk perut termenung hatinya terharu, karena ia akan bubar dengan momongan yang disayanginya. Ia sadar bahwa raksasa itu  jahat, karena ingin menjadikan Timun Mas santapannya.

Suatu burit, Timun Kencana mengoja diri bagi meminta kegundahan puas hati ibunya.

“Bu, kenapa penutup-penghabisan ini Ibu selalu terbantah sedih?” pertanyaan Timun Mas.

Sebenarnya Kakak Srini tidak ingin menceritakannya. Doang, karena desakan akhirnya Taci Srini kembali menceritakan rahasianya.

“Maafkan Ibu, Anakku! Selama ini Ibu merahasiakan sesuatu padamu,” kata Mbok Srini dengan trenyuh.

“Rahasia apa, Bu?” tanya Timun Mas nan penasaran.

“Ketahuilah, Timun Mas! Bahwa sebenarnya, anda bukan momongan kandung nan lahir berusul rezeki Ibu.”

“Maksud, Ibu?” tanya Timun Mas kembali

Diceritakanlah semua rahasia tersebut oleh ibunya.

“Timun tidak cak hendak ikut dengan segara itu. Timun sering pada Ibu nan telah godok dan membesarkan Timun,” ucapTimun Mas.

Mbok Srini khawatir mencari cara supaya anaknya selamat dari raksasa itu. Intern kecemasannya, ia menemukan sebuah cara dengan menyuruh Timun Mas berpura-pura guncangan sehingga raksasa itu lain akan menyantapnya. Disaat hari mulai senja, ki akbar pun nomplok kegubuk Yunda Srini.

“Hai, Perempuan Gaek! Mana momongan itu? Aku akan membawanya sekarang juga,” pinta raksasa itu.

“Maaf, Tuan Raksasa! Momongan itu sedang sakit keras. Dagingnya bukan enak jika disantap sekarang. Bagaimana kalau kau datang tiga hari lagi? Saya akan menyembuhkan penyakitnya suntuk,” bujuk Mbok Srini.

“Baiklah, jika begitu! Tapi, kamu harus berjanji untuk menyerahkan momongan itu padaku,” kata ki akbar itu.

Setelah Mbuk Srini berikrar, raksasa itu juga menghilang. Mbok Srini berburu mandu lain lagi  dengan menanyakan bantuan koteng pertapa yang tinggal di jabal.

“Anakku! Besok pagi sekali Ibu akan menghindari ke gunung untuk menemui seorang pertapa. Dia teman almarhum junjungan Ibu. semoga dia bisa membantu kita menghentikan niat jahat raksasa itu,” jelas Mbok Srini.

“Moralistis, Bu! Kita harus membinasakan segara itu. Timun tak ingin jadi santapannya,” imbuh Timun Mas.

Keesokan harinya, Mbok Srini pergi ke gunung itu bakal menangkap basah si pertapa dan menyampaikan tujuannya.

“Maaf, Empunya Pertapa! Kedatangan saya kemari kepingin meminta bantuan pada Tuan,” perkenalan awal Mbok Srini.

“Segala yang boleh kubantu, Ayuk Srini?” tanya pertapa itu.

Pasca- mendengar kisahan Mbok Srini, pertapa itu juga bersedia kerjakan membantu.

“Baiklah, kamu tunggu di sini !” seru pertapa.

Ia masuk ke ruang rahasianya dan kembali sambil membawa empat buah bungkusan kecil, kemudian diserahkan pada Mbok Srini.

“Berikanlah keempat cangkang ini pada anakmu. pak ini berisi poin timun, jarum, garam serta belacan. apabila raksasa itu mengejarnya, suruh sebarkan isi bungkusan ini!” ungkap pertapa itu.

Setelah itu mbok srini pulang dan menyerahkan buntelan tersebut lega timun mas dan menjelesakannya.

Dua hari kemudian, Raksasa itu juga datang lagi.

“Hai, cewek renta! Kelihatannya ini kamu harus memenuhi janji. Apabila tidak, sira juga akan makara santapanku!” ancam besar.

Dengan tenang, Mbok Srini memanggil Timun Mas dan meleleh di sampingnya.

“Jangan meleleh, Anakku! Sekiranya raksasa ingin menangkapmu, taajul lari dan ikuti petunjuk yang sudah lalu kejelaskan padamu,” Mbok Srini berbisik pada Timun Mas.

“Baik, Bu!” jawab Timun Mas.

Ketika segara akan menangkapnya, Timun Mas berlari kencang. Sehingga osean pun mengejarnya. Timun Mas start merasa lelah, namun segara itu semakin mendekat. Akhirnya, ia mengeluarkan buntelan pemberian pertapa itu.

Timun Mas menginjak menebar biji timun dari ibunya. Rimba di sekelilingnya tiba-tiba berubah bintang sartan tegal timun yang batangnya menjangkit dan meilit segara itu. Namun, raksasa itu bisa mengasingkan diri dan mencari Timun Mas lagi.

Timun Kencana melempar cangkang yang kedua kebal jarum yang berubah menjadi rerumbunan tumbuhan buluh yang tinggi dan runcing. Sahaja, ki akbar itu bisa melewatinya dan terus berburu Timun Mas.

Lampau Timun Mas membuka selongsong ketiga yang mandraguna garam lalu menebarkannya seketika berubah menjadi lautan luas dan dalam, tapi raksasa itu tetap berhasil melaluinya dengan mudah. Timun Emas mulai pusing, belaka dengan munjung keyakinan, dia pun membanting kemasan buncit yang sakti terasi yang berubah menjadi osean lendut nan mendidih. Sehingga ki akbar pun tercebur dan tewas.

Lalu Timun Kencana berjalan menuju ke gubuk bikin menemui ibunya. Mengintai anaknya selamat, Mbok Srini pun bertepatan berterima kasih pada Tuhan Yang Mahakuasa. Kesudahannya Mbok Srini dan Timun Mas kehidupan bahagia.

demikianlah artikel dari
duniapendidikan.co.id
mengenai
Radiks Usul Timun Mas : Sinopsis, Kisah Takyat, Kajian, Partikel Instrik Dongen, Ringkasan, Naskah Dagelan, Pesan Moral,
seyogiannya artikel ini bermanfaat bikin engkau semanya

Source: https://blog.widiyanata.com/pendidikan/asal-usul-timun-mas-sinopsis-cerita-takyat-analisis/