Ukhuwah Wathaniyah Wa An Nasab

Maka dari itu : Elida Mahriani

Seperti yang diketahui bahwa Indonesia ialah bangsa yang besar yang terdiri berbunga berbagai agama, kaki, adat-istiadat dan bahasa kawasan yang masing-masing yang taat dijaga kelestariannya. Disini juga Penduduk Negara Indonesia diajarkan bakal saling puja-menghormati, ganti ketabahan, gotong royong, palamarta-tamah, dan itu menjadi putaran berusul kepribadian nasion ini melumer menjadi semboyan bangsa Indonesia yang tergambar pada lambang burung garuda yaitu Bhinneka Unik Ika.

Ukhuwah Wathaniyyah (hubungan nasional) bukan cuma slogan, melainkan juga sudah menjadi keperibadian bangsa, khususnya bangsa Indonesia. Semua suku yang hidup di pangkal atap Indonesia mengejawantahkan slogan ini di internal rangka keperibadian. Konsep sangkut-paut nan dibingkai oleh nilai-angka kebangsaan ialah keniscayaan memori (min lawazim al-sanat). Warga Negara  Indonesia memang terdiri dari beraneka macam tungkai nasion, bahasa, pilihan organisasi politik politik dan bahkan agama. Kebhinnekaan ini harus ki ajek dijaga, di rawat dan dikelola dengan baik, sepatutnya keutuhan dan persatuan nasion tetap terpelajar.

Persaudaraan demikian ini pun sebenarnya mutakadim diakui oleh agama Islam. Kapan keikhlasan Islam, meskipun mengenalkan jenis persaudaraan baru yang berdasarkan kesamaan iman dan agama, tidak lantas memberantas macam pernah yang lain. Ini dapat kita sambar semenjak sikap Rasulullah saw. nan mengikat warga Madinah n domestik sebuah rangkaian perjanjian nan dalam memori kemudian dikenal dengan Manuskrip Madinah ataupun Konstitusi Madinah, nan sukunya beragam seperti suku Aus, Khazraj, Bani Qaynuqa’, Banî Nadhir, dan sebagainya.

Urgensi


Ukhuwah Wathaniyyah


di Waktu Pandemi

Di tahun taun Covid-19 yang dirasakan di seluruh dunia saat ini, enggak terkecuali di Indonesia nan seluruh wilayahnya tepapar virus ini dan berdampak plong tatanan sosial ekonomi kemasyarakatan. Dimana pertumbuhan ekonomi pada saat ini mengalami menurun, pemasukan berkurang bahkan Penyudahan Hubungan Kerja (PHK) trejadi dimana-mana karena ketidakmampuan firma bikin menjalankan sistem operasionalnya sehingga mereka pula tidak dapat mendapatkan
income
seperti biasanya, situasi ini lah yang memunculkan para pengangguran hijau. Sedangkan para pedagang kecil, buruh buku harian lepas yang kebanyakan mendapatkan nafkah perhari waktu ini penghasilannya berkurang bahkan tidak ada penghasilan kadang-kadang. Nah disinilah pentingnya kita meningkatkan
Ukhuwah Wathaniyyah (persaudaraan kebangsaan) yang dilakukan oleh semua Penduduk Negara Indonesia dan kondusif saudara-saudara sebangsa kita nan memerlukan.

Memaknai
Ukhuwah Wathaniyyah

Ukhuwah
Wathaniyyah
nan sudah lalu diajarkan oleh Rasulullah Saw ini adalah teladan nan acuan bagi kita, disini diajarkan bagi mempunyai jiwa kepedulian sosial merupakan ubah merangkul, membantu dan menjaga seluruh warga negara mudah-mudahan keselamatan jiwa, kesehatan dan hartanya dapat dijaga serta kemakmuran boleh dirasakan oleh seluruh salutan masyarakat. Ukhuwah
Wathaniyyah
ini tidak belaka menjadi tanggung bagi pemerintah yang tugasnya adalah wakil berpangkal rakyat untuk menjada dan melindungi rakyatnya hanya pun kejadian ini terimplementasi dari banyaknya Warga Negara Indonesia yang memiliki kesadaran dan nasib sosial yang tingkatan karena terbujuk lega
Ukhuwah Wathaniyyah (persaudaraan kebangsaan) dengan bahu-niaga kontributif masyarakat yang memang ketika ini adv amat memerlukan khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (kebutuhan daya), mendukung kerjakan mewujudkan APD (khususnya untuk tenaga kesehatan) dan masker. Selain itu Warga Negara Indonesia juga mematuhi protokol kesehatan dengan memakai kedok, tetap menjaga
phsycal distancing
dan
social distancing
agar ain rantai penyiaran Covid-19 ini dapat diputuskan.

Membantu dengan pendirian memberikan sesuatu kepada orang lain bukan berarti kita menjadi rugi. Takdirnya manusia mengukurnya dengan materi dan hitungan matematis, mungkin sekadar merasa berkurang karea mutakadim memberika sesuatu kepada orang lain. Padahal sejatinya sikap memberi itu tak setara sekali merugi. Asalkan skor pemberian itu dilandasi dengan kemurahan hati, kedatangan, dan juga keyakinan. Dalam hal ini, membantu privat kebaikan seberapapun besar dan kecil nilainya pasti akan terasa ringan apabila dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Dengan mengingat-ingat bahwa segala yang kita miliki hanyalah antaran Allah semata, maka budaya saling berbagi dan peduli dalam Islam juga begitu abadi.

*Penulis adalah dosen pada Fakultas Ekonomi dan Memikul Islam dan dapat dihubungi melangkahi [email protected]

Source: https://www.uin-antasari.ac.id/memaknai-ukhuwah-wathaniyyah-bagi-warga-negara-indonesia/